JAKARTA – Pemerintah Venezuela perlahan membuka jalan bagi penggunaan mata uang kripto yang dipatok terhadap dolar AS dalam pertukaran mata uang untuk sektor swasta. Langkah ini diambil karena sanksi Amerika Serikat membatasi akses Venezuela terhadap devisa, khususnya dari ekspor minyak.
Sanksi yang disebut pemerintah Venezuela sebagai “perang ekonomi” tersebut mempersulit transaksi bisnis, membuat perusahaan-perusahaan harus menukar bolivar lokal dengan dolar yang dihasilkan dari perdagangan minyak dan transaksi kartu asing, yang sebagian diinjeksikan ke pasar oleh bank sentral.
Namun, pendapatan minyak mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Meski Departemen Keuangan AS bulan lalu mengeluarkan lisensi terbatas baru untuk Chevron guna mengekspor minyak setelah jeda tiga bulan, lisensi tersebut melarang pembayaran kepada pemerintah Venezuela, sehingga mengurangi pasokan dolar di pasar.
Sebagai respons, sejak Juni, pemerintah Venezuela mengizinkan penggunaan lebih banyak USDT (Tether), mata uang digital yang nilainya dipatok terhadap dolar AS dan dirancang stabil. Hal ini diungkapkan oleh sejumlah sumber di sektor swasta dan keuangan yang enggan disebutkan namanya karena khawatir akan adanya konsekuensi.
Penggunaan mata uang digital ini membantu menjaga roda perekonomian tetap berputar di tengah sanksi, termasuk untuk mendukung produksi domestik bahan kebutuhan pokok seperti makanan. “Ketika satu jalur tertutup, jalur lain terbuka,” ujar seorang pelaku usaha mengenai penggunaan kripto.
Sumber lain memperkirakan penggunaan kripto akan terus meningkat. Perusahaan minyak negara PDVSA sejak tahun lalu perlahan meningkatkan penggunaan mata uang digital dan mengalihkan penjualan ke USDT.
Tether tidak memberikan komentar ketika dimintai tanggapan, namun tahun lalu menyatakan bahwa mereka mematuhi daftar entitas yang dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan AS.
Baik Kementerian Komunikasi Venezuela maupun bank sentral tidak memberikan jawaban atas pertanyaan media, namun Wakil Presiden Delcy Rodriguez pada Agustus lalu mengatakan bahwa “mekanisme non-tradisional dalam pengelolaan pasar valuta asing” sedang diterapkan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Senin lalu, Venezuela mengirimkan 600.000 barel minyak mentah berat melalui kapal tanker.
Menurut sumber-sumber tersebut, sejumlah bank tertentu menjual mata uang kripto, biasanya USDT, kepada beberapa perusahaan dengan pembayaran menggunakan bolivar. Perusahaan yang membeli wajib memiliki dompet digital yang disetujui otoritas dan nilai transaksi akan masuk ke sana. Perusahaan kemudian dapat menjual kripto tersebut atau menggunakannya untuk membayar pemasok domestik maupun internasional.
Belum ada data resmi terkait penjualan kripto, namun firma analisis lokal Ecoanalitica memperkirakan sekitar 119 juta dolar AS dalam bentuk mata uang kripto telah dijual ke sektor swasta pada Juli.
Bank sentral Venezuela menginjeksi sekitar 2 miliar dolar AS ke pasar valuta asing selama tujuh bulan pertama tahun ini, 14% lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pembatasan lisensi Chevron diperkirakan akan semakin mengurangi ketersediaan devisa.
Ekspor minyak pada Juli turun sekitar 10% dibanding bulan sebelumnya, menurut data pelacakan kapal dan dokumen perusahaan.
“Ketersediaan devisa selalu memiliki batas,” kata anggota parlemen Orlando Camacho, yang dekat dengan partai berkuasa sekaligus memimpin asosiasi perusahaan menengah. “Peran perusahaan juga untuk menjamin ketersediaan devisa melalui ekspor mereka.”
