“Ini pembuka jalan bagi kelancaran reformasi di dalam tubuh Kepolisian. Tanpa penggantian, pintu tertutup rapat,” terangnya.
Rizal menambahkan, pergantian Kapolri menjadi simbol nyata dari reformasi itu sendiri.
“Benar bahwa reformasi tidak identik ganti Kapolri, tetapi ganti Kapolri adalah reformasi. Binatang itu bukan kuda, tetapi kuda itu binatang,” kata dia menegaskan.
Ia memperingatkan, bila rencana reformasi hanya sebatas wacana, hal itu bisa berakibat fatal terhadap kepercayaan publik kepada Presiden Prabowo.
“Kebaikan di bidang lain rontok akibat pengabaian atau ketakutan realisasi niat bagus untuk melakukan reformasi. Nila setitik rusak susu sebelanga,” ucap Rizal.
Menurutnya, agenda reformasi Polri harus menjadi prioritas nasional, bukan sekadar basa-basi politik.
“Dampak buruk bagi Prabowo jika agenda ini mundur maju, tarik ulur, atau basa-basi, akan kalah gertak oleh Listyo yang telah mengerahkan pasukan Tim Transformasi Reformasi,” imbuhnya.
Rizal juga bilang, Prabowo terkesan ragu dan tidak konsisten, bahkan kerap membuat keputusan yang emosional dan tidak matang.
“Perencanaan Prabowo tidak pernah matang, selalu sporadis dan politis, emosional dan egois. Tidak mampu menggalang kekuatan riil atas perencanaan populis,” tandasnya.
Lebih jauh, Rizal menyinggung masa lalu Prabowo dalam perjalanan karier militernya.
“Mengulang kesalahan reformasi 1998. Ia mengkhianati amanat keluarga, hingga terusir ke Yordania. Mengkhianati karakter prajurit, hingga dipecat dari tentara. Mengkhianati prinsip hak asasi dengan menculik aktivis kritis. Komitmen terhadap nilai kejuangan tidak teguh. Prabowo itu rapuh,” timpalnya.
