Kobarkan 100 Persen Katolik, 100 Persen Indonesia

Kobarkan 100 Persen Katolik, 100 Persen Indonesia

SEMARANG – Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, mengajak umat Katolik menjadikan Gereja sebagai wajah yang inklusif, inspiratif, dan membawa manfaat bagi seluruh masyarakat, tanpa terkecuali.

Hal itu disampaikan Mgr. Rubiyatmoko dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-85 Keuskupan Agung Semarang yang digelar di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 29 Juni.

“Kobarkan semangat 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia,” ujar Mgr. Rubiyatmoko dalam khotbahnya di hadapan belasan ribu umat Katolik dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dikutip dari Antara. 

Menurutnya, semangat tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui keterlibatan aktif dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ia menekankan pentingnya mewartakan nilai-nilai kasih dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

“Wujudkan dan wartakan peradaban kasih,” lanjutnya.

Mgr. Rubiyatmoko juga mengingatkan bahwa tantangan ke depan tidaklah ringan. Isu intoleransi, kekerasan, hingga ketimpangan sosial masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Ia mengajak Gereja untuk hadir sebagai pembawa harapan dengan menumbuhkan budaya dialog, kasih, dan keadilan.

“Gereja harus menjadi berkat, tidak hanya bagi umat Katolik, tapi juga bagi seluruh masyarakat, bangsa, dan negara,” tegasnya.

Refleksi Syukur dan Kebersamaan

Perayaan HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang mengangkat tema “Bersama Berziarah, Berbagi Berkah”. Tema ini, kata Mgr. Rubiyatmoko, merupakan bentuk refleksi atas perjalanan panjang Gereja yang terus bergerak maju, namun tetap berpijak pada nilai-nilai spiritualitas dan pelayanan.

Rangkaian acara HUT dimulai sejak pagi dengan defile perwakilan umat dari 109 paroki yang tergabung dalam Keuskupan Agung Semarang. Puncaknya adalah misa akbar yang berlangsung khidmat dan penuh semangat kebersamaan.

Pemilihan Stadion Jatidiri sebagai lokasi perayaan pun bukan tanpa alasan. Tempat ini memiliki ikatan historis dengan Keuskupan, karena pernah menjadi lokasi pentahbisan dua Uskup Agung Semarang.

“Stadion Jatidiri adalah bagian dari sejarah Gereja kita. Tempat ini menjadi simbol keberagaman dan kebanggaan umat,” kata Mgr. Rubiyatmoko.