​Koalisi Cek Fakta dan ICT Watch Hadirkan Aplikasi Berbasis AI Bantu Tangkal Hoaks

​Koalisi Cek Fakta dan ICT Watch Hadirkan Aplikasi Berbasis AI Bantu Tangkal Hoaks

Jakarta: Koalisi Cek Fakta dan 102 media online bersama ICT Watch menjalin kolaborasi strategis menghadirkan aplikasi berbasis AI untuk membantu publik melakukan pemeriksaan fakta dan mengenali hoaks-disinformasi secara lebih mudah dan efisien.

Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang berlangsung hari ini Selasa,11 November 2025.
AI Membuat Penyebaran Hoaks Makin Masif
Koalisi Cek Fakta(Aliansi Jurnalis Independen/AJI, Asosiasi Media Siber Indonesia/AMSI, dan Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia/MAFINDO) melihat saat ini penyebaran hoaks semakin masif dengan adanya AI. Karena itu diperlukan alat yang bisa menyebarluaskan klasifikasi dengan lebih cepat.

Koordinator Koalisi Cek Fakta, Adi Marsiela menjelaskan selama ini tim pemeriksa di Cek Fakta melaporkan sebuah informasi yang diduga mengandung hoaks melalui chatbot yang berbasi WhatsApp. 

“Chatbot itu berbasis aplikasi WhatsApp yang kemudian akan memberikan jawaban apakah informasi yang dimasukkan itu memang informasi bohong yang sudah diperiksa atau dibongkar oleh teman-teman Cek Fakta, atau sebuah informasi baru yang akan diverifikasi oleh tim Cek Fakta,” jelas Adi dalam sambutanya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Kompas, Selasa 11 November 2025.

Adi menambahkan dengan adanya aplikasi berbasis AI yang diberi nama Galifakta ini diharapakan bisa mempercepat dan mempermudah masyarakat melaporkan dan mengecek berita bohong atau disinformasi.  

“Ini akan menambah lagi alat untuk lebih memperlambat pergerakan, perpindahan informasi bohong dari satu platform ke platform lain,” imbuhnya.
 

Direktur Eksekutif ICT Watch Indonesia, Indriyatno Banyumurti menyoroti tantangan dalam penyebaran verifikasi fakta. Ia mengungkapkan bahwa penyebaran verifikasi fakta seperti yang dilakukan oleh Cek Fakta itu masih kalah masif dibandingkan dengan penyebaran hoaks. 

“Karena kita tahu bersama bahwa penyebaran verifikasi-verifikasi fakta itu jauh lebih rendah dibandingkan penyebaran hoaks. Jadi tantangannya sebenarnya di sana jadi kalau kami lihatnya bahwa sebanyak-banyaknya mungkin media tools yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat ini menjadi salah satu cara untuk bisa memperluas distribusi verifikasi yang sudah dilakukan oleh teman-teman Cek Fakta,” ungkap Indriyatno.
Aplikasi Galifakta

Aplikasi Galifakta ini dikembangkan menggunakan platform Canvas Google Gemini untuk membantu publik melakukan pemeriksaan fakta dan mengenali disinformasi secara lebih mudah dan efisien. Galifakta ini bisa diakses melalui melalui tautan https://s.id/galifakta.

(Tampilan hasil cek fakta di Galifakta. Foto: Medcom.id)

Medcom.id mencoba melakukan cek fakta di Galifakta. Selain memberi label bahwa inforsmasi tersebut hoaks dijelaskan juga bahwa asal mula berita bohong tersebut.

Jakarta: Koalisi Cek Fakta dan 102 media online bersama ICT Watch menjalin kolaborasi strategis menghadirkan aplikasi berbasis AI untuk membantu publik melakukan pemeriksaan fakta dan mengenali hoaks-disinformasi secara lebih mudah dan efisien.
 
Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang berlangsung hari ini Selasa,11 November 2025.
AI Membuat Penyebaran Hoaks Makin Masif
Koalisi Cek Fakta(Aliansi Jurnalis Independen/AJI, Asosiasi Media Siber Indonesia/AMSI, dan Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia/MAFINDO) melihat saat ini penyebaran hoaks semakin masif dengan adanya AI. Karena itu diperlukan alat yang bisa menyebarluaskan klasifikasi dengan lebih cepat.
 
Koordinator Koalisi Cek Fakta, Adi Marsiela menjelaskan selama ini tim pemeriksa di Cek Fakta melaporkan sebuah informasi yang diduga mengandung hoaks melalui chatbot yang berbasi WhatsApp. 

“Chatbot itu berbasis aplikasi WhatsApp yang kemudian akan memberikan jawaban apakah informasi yang dimasukkan itu memang informasi bohong yang sudah diperiksa atau dibongkar oleh teman-teman Cek Fakta, atau sebuah informasi baru yang akan diverifikasi oleh tim Cek Fakta,” jelas Adi dalam sambutanya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Kompas, Selasa 11 November 2025.
 
Adi menambahkan dengan adanya aplikasi berbasis AI yang diberi nama Galifakta ini diharapakan bisa mempercepat dan mempermudah masyarakat melaporkan dan mengecek berita bohong atau disinformasi.  
 
“Ini akan menambah lagi alat untuk lebih memperlambat pergerakan, perpindahan informasi bohong dari satu platform ke platform lain,” imbuhnya.
 

 

Direktur Eksekutif ICT Watch Indonesia, Indriyatno Banyumurti menyoroti tantangan dalam penyebaran verifikasi fakta. Ia mengungkapkan bahwa penyebaran verifikasi fakta seperti yang dilakukan oleh Cek Fakta itu masih kalah masif dibandingkan dengan penyebaran hoaks. 
 
“Karena kita tahu bersama bahwa penyebaran verifikasi-verifikasi fakta itu jauh lebih rendah dibandingkan penyebaran hoaks. Jadi tantangannya sebenarnya di sana jadi kalau kami lihatnya bahwa sebanyak-banyaknya mungkin media tools yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat ini menjadi salah satu cara untuk bisa memperluas distribusi verifikasi yang sudah dilakukan oleh teman-teman Cek Fakta,” ungkap Indriyatno.

Aplikasi Galifakta

Aplikasi Galifakta ini dikembangkan menggunakan platform Canvas Google Gemini untuk membantu publik melakukan pemeriksaan fakta dan mengenali disinformasi secara lebih mudah dan efisien. Galifakta ini bisa diakses melalui melalui tautan https://s.id/galifakta.
 

(Tampilan hasil cek fakta di Galifakta. Foto: Medcom.id)
 
Medcom.id mencoba melakukan cek fakta di Galifakta. Selain memberi label bahwa inforsmasi tersebut hoaks dijelaskan juga bahwa asal mula berita bohong tersebut.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di

Google News


Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

(RUL)