Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kita Bisa Jadikan 2025 Tahun yang Baik

Kita Bisa Jadikan 2025 Tahun yang Baik

Berlin

Saat Jerman menutup tahun ketidakpastian ekonomi dan politik, disusul dengan serangan teror di pasar Natal di Magdeburg yang menewaskan 5 orang dan melukai lebih dari 200 orang, Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam pidato Tahun Baru mengimbau agar Jerman tetap bersatu.

“Malam yang penuh sukacita selama musim perayaan di pasar Natal Magdeburg berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan,” kata Scholz, seraya mencatat bahwa banyak orang bertanya-tanya “dari mana kita bisa mulai menemukan kekuatan untuk melanjutkan setelah bencana seperti ini?”

“Kita bisa menemukannya dengan berdiri kuat bersama. Kita adalah negara yang bersatu,” ujar Scholz.

Keamanan Magdeburg menjadi sorotan

Pemimpin berhaluan kiri ini memuji respon cepat petugas di Magdeburg, termasuk polisi dan tenaga medis. Di sisi lain Scholz menyoroti peran warga biasa seperti penjual sosis yang “menghabiskan waktu semalaman untuk membuatkan teh bagi yang terluka dan bagi para penanggap pertama.”

Pidatonya ini telah dipersiapkan untuk dipublikasikan hanya beberapa jam setelah para pejabat tinggi keamanan, termasuk Menteri Dalam Negeri Nancy Feaser, diinterogasi di parlemen terkait peristiwa tersebut.

Laporan-laporan di media mengangkat kemungkinan adanya kelalaian keamanan yang memungkinkan seorang psikiater ateis kelahiran Arab Saudi, Taleb A., untuk melakukan serangan tersebut dengan cara yang sangat mirip dengan penabrakan truk oleh kelompok Islamis di Berlin pada 2016.

Kanselir Jerman mengecam rumor yang beredar di dunia maya setelah serangan Magdeburg, tetapi juga menjanjikan penyelidikan.

Scholz mengisyaratkan adanya campur tangan Musk dalam pemilu

Mengulang seruannya untuk persatuan, Scholz merujuk pada reunifikasi Jerman antara Jerman Barat yang kapitalis dan Jerman Timur yang sosialis sekitar 35 tahun lalu, dengan mengatakan bahwa pengalaman ini “membuktikan bahwa ke mana arah Jerman ke depan akan diputuskan oleh Anda — warga negara.”

Scholz juga mengatakan bahwa masa depan Jerman “tidak akan diputuskan oleh pemilik saluran media sosial”, sebuah sindiran yang jelas mengarah kepada Elon Musk. Pemilik X itu semakin vokal dalam dukungannya terhadap rival-rival sayap kanan Scholz dari partai AfD.

Menyikapi kemerosotan ekonomi yang sedang berlangsung, Scholz menunjukkan bahwa Jerman masih memiliki ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China, meskipun populasinya hanya 84 juta orang.

Scholz mencatat bahwa “masa-masa sulit, itu adalah sesuatu yang dapat kita rasakan bersama.”

“Perekonomian kita sedang menghadapi tantangan. Biaya hidup telah naik,” tambahnya, sambil merujuk pada “meningkatnya kecemasan akan perang agresi brutal Rusia terhadap Ukraina.”

“Mempertimbangkan kekhawatiran-kekhawatiran ini, tidak mengherankan jika banyak yang bertanya pada diri sendiri, ke mana arah Jerman setelah ini? Sekali lagi, jawaban saya adalah: Dengan bersatu, kita akan menjadi kuat.”

Dukungan untuk Ukraina, tanpa menyebutkan Israel atau Gaza

Scholz juga berjanji bahwa Jerman “tidak akan membiarkan Ukraina dalam kesulitan” dan mempertahankan dukungannya, sambil tetap berkepala dingin dan memastikan bahwa perang tidak menyebar. Pidato Scholz tersebut tidak menyinggung perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza dan titik-titik krisis lainnya di Timur Tengah.

Scholz juga mengimbau masyarakat untuk memberikan suara pada pemilu yang akan diadakan pada bulan Februari mendatang, dengan mengatakan bahwa situasi dunia saat ini menunjukkan “betapa hebatnya pemilu yang bebas dan adil.”

“Nasib kita ada di tangan kita sendiri. Kita dapat membuat 2025 menjadi tahun yang baik,” kata Scholz.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

(nvc/nvc)