Jakarta, CNBC Indonesia – Kamera, pada zaman dulu, pernah berukuran sangat besar. Berukuran sebesar microwave, mereka yang ingin mengambil gambar juga harus membawa peralatan lain seperti tripod besar, pelat kaca dan berbagai zat kimia.
Peralatan yang besar dan sangat banyak itu juga harus dibawa George Eastman saat berlibur ke Dominika tahun 1878. Namun akhirnya dia sadar biaya membawa peralatan fotografi itu mencapai ratusan dollar. Kondisi itu memaksanya memutar otak.
Elizabet Brayer dalam George Eastman: A Biography (2006) menuliskan tak lama setelah itu muncul jurnal ilmiah soal formula kimia agar bisa menghasilkan satu gambar melalui kamera. Eastman membaca dan mencoba mempraktikannya.
Prosesnya cukup panjang hingga tiga tahun untuk mendapatkan kamera yang sempurna. Akhirnya Eastman berhasil membuat pelat kering agar orang tak perlu memboyong bahan kimia lagi.
Pelat kering itu dipatenkan. Eastman juga resmi terjun ke bisnis fotografi lewat Eastman Dry Plate Company pada 1881.
Baru tujuh tahun kemudian kamera analog modern Kodak lahir. Dia membuatnya bersama William Hall Walker.
Berkat Kodak, peralatan berukuran besar tak diperlukan lagi. Orang-orang tinggal membawa kamera baru sebesar genggaman tangan.
Bukan hanya itu, Kodak juga memperkenalkan gambar warna-warni. Ini juga membuat Kodak dan Eastman sukses besar.
Sayang, Kodak berakhir bangkrut pada 2013. Alasannya karena mau mendengar saran seorang karyawan.
Pada 1970-an, Steve Sasson seorang engineer di Kodak menemukan kamera digital. Dengan temuan itu, Kodak seharusnya bisa sukses lebih besar.
Namun ternyata hal ini tak bisa dilihat para pimpinan Kodak. Menurut mereka, temuan tersebut memiliki banyak kelemahan seperti pemrosesan yang lama, resolusi rendah hingga bobot yang besar.
Kamera digital memang bisa diwujudkan pada 1970-an. Di sisi lain juga ditakutkan mematikan Kodak sebagai penghasil kamera analog dan pada akhirnya bisa membuat bangkrut perusahaan.
Ternyata dua hingga tiga dekade berikutnya, kamera digital muncul dan mengalahkan kamera analog. Kodak kehilangan garis start untuk bisa lebih dulu menciptakan perangkat tersebut.
(Novina Putri/hsy)