Takengon, Beritasatu.com – Kisah dramatis dialami Wahyu, jurnalis BTV yang terjebak di tengah bencana longsor dan banjir bandang di Kabupaten Aceh Tengah. Peristiwa ini terjadi saat Wahyu sedang meliput Festival Linge pada 24 November 2025 di Desa Linge, Kecamatan Linge.
Awalnya, kegiatan berlangsung normal. Namun, tiga hari kemudian, tepatnya 27 November 2025, bencana alam besar menghantam wilayah tersebut. Longsor dan banjir bandang memutus akses utama, merusak jembatan, serta menyebabkan desa terisolasi total.
Wahyu bersama 41 orang lainnya tidak memiliki sinyal dan kesulitan mendapatkan informasi dari luar. Kepanikan sempat muncul, tetapi mereka memilih untuk tetap tenang dan mencari cara menyelamatkan diri.
Dengan logistik yang kian menipis, rombongan memutuskan keluar dari Desa Linge pada 29 November 2025. Mereka menyeberangi sungai menggunakan perahu karet, sebelum melanjutkan perjalanan ekstrem dengan berjalan kaki puluhan kilometer menuju Takengon, tepatnya Bandara Rembele.
Perjalanan itu penuh tantangan. Mereka melewati sejumlah jalur longsor, menembus jalan yang tertutup material tanah, serta bermalam di desa-desa terpencil. Bantuan warga yang memberikan tumpangan dan makanan menjadi penyemangat di tengah kondisi sulit. Pada beberapa lokasi, mereka harus meniti longsor sepanjang ratusan meter yang masih labil dan berbahaya.
Pada hari berikutnya, harapan semakin terang ketika rombongan bertemu tim rescue dari Yayasan HAKA yang memberikan evakuasi lanjutan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 50 kilometer dalam beberapa hari, Wahyu dan rombongan akhirnya tiba di Takengon dengan selamat.
