Kisah Haru Haical, Santri Asal Probolinggo yang Selamat dari Runtuhan Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

Kisah Haru Haical, Santri Asal Probolinggo yang Selamat dari Runtuhan Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

Probolinggo (beritajatim.com) – Dari reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, lahir kisah haru seorang santri kecil asal Kota Probolinggo. Ia adalah Syehlendra Haical Raka Aditya, bocah 13 tahun yang selamat dari tragedi maut tersebut, meski harus kehilangan satu kaki.

Musibah terjadi pada Senin (29/9/2025) sore saat para santri sedang menunaikan salat asar. Bangunan musala tiba-tiba runtuh dan menimbun puluhan santri di dalamnya.

Haical, yang baru tiga bulan mondok di pesantren itu, menjadi satu dari sedikit korban selamat. Kini, setelah menjalani operasi amputasi, ia justru menjadi simbol ketabahan dan kekuatan iman bagi banyak orang.

Ayahnya, Abdul Hawi (40), masih mengingat panggilan terakhir sang anak sebelum musibah terjadi. “Yah, nanti kalau pulang bawakan ayam bakar, ya,” kata Haical riang lewat telepon yang hanya berlangsung dua menit.

Beberapa jam setelah panggilan itu, kabar duka datang. Musala tempat Haical salat runtuh saat rakaat ketiga, dan namanya masuk dalam daftar santri yang tertimbun reruntuhan.

“Saya langsung lemas. Dunia rasanya gelap,” tutur Hawi lirih saat ditemui di rumahnya, Perum Arum Abadi Bogowonto, Kota Probolinggo, Sabtu (18/10/2025). Bersama istrinya, Dwi Ajeng, ia segera meluncur ke Sidoarjo dengan hati penuh cemas.

Proses pencarian Haical berlangsung tiga hari penuh. Di tengah upaya evakuasi, video viral di media sosial memperlihatkan seorang santri dievakuasi dalam keadaan kritis — dan ternyata itu adalah Haical.

“Begitu lihat videonya, saya langsung sujud syukur. Anak itu anak saya,” ujar Hawi dengan suara bergetar. Mukjizat terjadi ketika denyut jantung Haical kembali pelan-pelan setelah sempat dinyatakan tidak bernapas.

Haical kemudian dibawa ke RSUD Sidoarjo. Dokter memutuskan kaki kirinya harus diamputasi karena infeksi berat, dan kedua kaki kecil itu dimakamkan di kampung halaman keluarga di Desa Sepoh Gembol, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo.

Ketika sadar dari operasi, Haical tak mengeluh sedikit pun. “Gak apa-apa, Ayah. Ayah harus sehat biar bisa jaga Mama, aku, sama adik,” katanya lembut — kalimat yang membuat ayahnya meneteskan air mata.

Kini, cita-cita Haical menjadi tentara berganti menjadi impian sederhana: menjadi anak pintar dan berguna bagi orang lain. “Yang penting Haical sehat,” ucap Abdul Hawi sambil tersenyum haru.

Pada Jumat (17/10/2025), Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin menjenguk Haical di rumahnya. Ia membawa bantuan sembako dan memastikan Kementerian Sosial akan menyediakan kaki palsu untuk sang santri tangguh.

“Semangat Haical adalah pelajaran hidup bagi kita semua. Dari cobaan berat, lahir kekuatan luar biasa,” ujar Wali Kota Aminuddin. Kini, Haical tengah belajar berjalan lagi — bukan hanya dengan kaki, tapi dengan semangat dan doa yang jauh lebih kuat dari baja. (ada/ian)