Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kisah Hafiz Alquran di Lumajang yang Tuna Netra Sejak Kecil

Kisah Hafiz Alquran di Lumajang yang Tuna Netra Sejak Kecil

Lumajang (beritajatim.com) – Muhammad Fatoni atau biasa Ustazz Fatoni merupakan seorang hafiz Alquran yang mengalami tuna netra sejak kecil. Namun, dengan keterbatasannya, ia membuktikan kelebihannya dengan meraih beragam penghargaan pada ajang Tahfidz dan MTQ di tingkat provinsi dan nasional.

Muhammad Fatoni (38), seorang tuna netra asal Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang yang hilang penglihatannya sejak usia 7 hari setelah mengalami demam tinggi. Namun, berkat kegigihannya dalam mempelajari Alquran, kini ia juga mendapatkan kepercayaan untuk mengajar Qiro’ah di berbagai lembaga berbeda meski tidak pernah sekalipun melihat Alquran secara utuh.

Adapun metode yang digunakannya adalah dengan mendengarkan audio player, kemudian menirukannya dengan persis. Awalnya, Fatoni memiliki ketertarikan untuk mendalami Qiro’ah sejak usia 7 tahun karena sering mendengarkan speaker masjid.

Namun, dari speaker, terdapat banyak kesalahan, dari ayat maupun huruf yang kurang jelas. Sehingga ia langsung mencari guru Qiro’ah di Lumajang, yaitu Ustadz Masyfi’i, sampai menguasai 7 lagu beserta makhraj Alquran yang benar.

“Awalnya senang mendengarkan speaker masjid sejak umur 7 tahun dan menirukan suara. Tapi kurang jelas sehingga dicarikan guru Qiroah,” ungkap Fatoni, Jumat (29/3/2024)

Kemudian dari belajarnya membuahkan hasil, ia mendapatkan berbagai penghargaan mulai Juara 1 sampai Juara Harapan 3 pada beberapa cabang Putra Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) baik tingkat provinsi maupun nasional.

“Belajar terus sampai ikut beberapa cabang lomba MTQ, Juara 1 hingga Juara Harapan 3 di tingkat provinsi dan nasional, waktu itu di Palangkaraya yang Juara 1 pada tahun 2022,” lanjutnya

Kemudian, ia bertemu dengan peserta Qiro’ah lain yang ternyata adalah seorang hafidz dari Kabupaten Jember. Fatoni kemudian juga tertarik untuk menjadi seorang hafidz Alquran seperti peserta dari Jember tersebut.

“Saya tertarik dengan suara beliau yang dari Jember itu, ternyata juga seorang hafidz 10 juz. Lalu saya mondok di tempatnya waktu itu, di Ponpes Darul Hidayah Wuluhan, Kabupaten Jember untuk menjadi hafidz juga” terangnya.

Fatoni dulu sering mendengar lantunan ayat suci Al-Quran melalui kaset pita hingga audio player yang menggunakan flashdisk, sampai detik ini. Hal itu juga berlaku ketika ia ingin murojaah (mengingat kembali) bacaan Al-Quran dibantu dengan istrinya yang menyimak.

“Saya dengar Alquran dari kaset pita kemudian beralih ke audio player pake flashdisk dan kartu memori. Juga waktu murojaah itu saya pake. Saat ini hafal 30 juz meskipun belum lancar sepenuhnya” jelasnya

Saat ini, Fatoni menjadi guru Qiro’ah di 22 lembaga TPQ dan Pondok Pesantren berbeda di Lumajang. Kegigihan dan kecintaannya terhadap Alquran bisa menjadi contoh luar biasa bagi orang lain. Ini juga menjadi pengingat, bahwa di setiap kekurangan pada seseorang, terdapat kelebihan yang mengagumkan. [vid/suf]