Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kisah Alumni Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, Dirumahkan Saat Pandemi, Kini Buka Kedai Kopi Nasional 15 November 2024

Kisah Alumni Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, Dirumahkan Saat Pandemi, Kini Buka Kedai Kopi
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        15 November 2024

Kisah Alumni Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, Dirumahkan Saat Pandemi, Kini Buka Kedai Kopi
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Pandemi Covid-19 menyisakan cerita pilu bagi banyak orang, termasuk Budi Septiono (33). Saat itu, ia harus rela kehilangan pekerjaan sebagai teknisi di kawasan industri Tangerang, Banten.
Masa-masa sulit usai dirumahkan dihadapi. Budi berupaya dengan melamar pekerjaan kesana-sini, tetapi tak kunjung membuahkan hasil. 
Namun, tak ingin terperosok dalam keterpurukan, daya juang Budi untuk belajar bersambut dalam secangkir kopi. 
Bersama kawan-kawan senasib, Budi mulai bereksperimen dengan memanggang dan menyeduh kopi dari sebuah teras rumah. Namun,  ia semakin penasaran akan lebih banyak pengetahuan dan keahlian.
“Mengenal kopi dari kecil, suka ikut cicipi kopi orang tua. Inspirasinya sebelum pandemi bermula dari mendapat
job
untuk
repair
mesin kopi dari klien yang merupakan perusahaan kopi yang cukup besar di Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (15/11/2024). 
Dia menyebutkan, dari coba-coba itu, muncul ketertarikan minum kopi enak. Dia pun mulai belajar, membeli, dan menyimpan ragam peralatan/mesin pembuat kopi sederhana untuk menikmati kopi di rumah. 
“Suatu waktu saya dan teman-teman sedang ngopi di teras rumah, tiba-tiba ada orang datang dan pesan kopi ke saya,” ungkapnya. 
Budi tidak menyangka orang tersebut ingin membeli kopi di teras rumahnya. Namun, dari situ, dia menjadi terpicu untuk menekuni usaha kopi.
Dia pun mulai berjualan
roasted bean
dan mencoba
supply
ke beberapa
kedai kopi
.
Dari situ, dia banyak belajar dan diskusi dengan teman-temannya yang sudah bergelut di bidang kopi. 
“Saya coba jual
roasted bean
dan
supply
ke kedai kopi di Bandung, dapat sampai 2 kilogram (kg) per pekan,” jelasnya.
Dengan modal diskusi dan praktik mandiri, Budi memutuskan untuk lebih serius menggeluti usaha kopi. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan keterampilan melalui program pelatihan barista di Institut Kemandirian (IK)
Dompet Dhuafa

Bersama fasilitator Saiful Bari, pelatihan intensif selama enam hari tersebut tidak hanya mengasah keterampilan teknisnya, tetapi juga menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam dirinya.
“Pelatihan ini mengubah segalanya. Pelatihan ini bukan hanya tentang aspek teknis pembuatan kopi, pelatihan ini juga tentang pemahaman nuansa rasa, seni penyajian, dan pentingnya layanan pelanggan,” katanya.
Berbekal pengetahuan dan keyakinan baru, Budi semakin percaya diri meluaskan aktivitas perkopiannya. 
Budi pun bermitra dengan seorang teman-yang menyukai racikan kopinya untuk membuka kedai kopi di Jatinangor. 
Lokasi kedai itu dikelilingi universitas sehingga sangat cocok untuk target pasarnya. 
Kedai yang baru saja diluncurkan pada Oktober 2024 itu merupakan mimpi yang menjelma menjadi sebuah gerbang kenyataan untuk memasuki era baru dalam hidupnya.
“Melihat orang-orang menikmati kopi yang kami sajikan merupakan kepuasan tersendiri. Sampai kami bertemu dengan teman dan orang baik yang suka dengan kopi kita sehingga jadilah seperti ini (kedai kopi),” ungkapnya.
Budi menambahkan, tempat itu bukan hanya sebatas untuk menikmati kopi, tetapi berdiskusi juga wadah belajar bagi siapa pun, seperti halnya saya yang juga belajar dari banyak orang.
“Enggak pernah terpikirkan sama sekali saya hari ini akan duduk disini sebagai seorang pelaku bisnis, karena
basic
saya memang seorang pegawai, teknisi,” ucapnya.
Kisah perjalanan Budi merupakan bukti nyata dampak pengelolaan zakat produktif melalui program pendidikan dan pelatihan dalam memberdayakan individu serta perubahan masyarakat. 
Direktur Institut Kemandirian Dompet Dhuafa Abdurrahman Usman menekankan bahwa Institut Kemandirian (IK) berkomitmen menyediakan kesempatan bagi kelompok terpinggirkan. 
Kehadiran sekolah vokasi IK melalui pelatihan itu merupakan upaya untuk mendobrak pola pikir dari bertahan hidup dan fabrikasi, mental bisnis menjadi tanggung jawab, dampak, serta konsekuensi. 
“Melalui program pelatihan IK, kami bertujuan untuk membekali individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk meraih kesuksesan,” katanya.
Usman mengatakan, kisah Budi adalah contoh cemerlang tentang bagaimana pendidikan dapat memberdayakan orang untuk terbebas dari kemiskinan dan membangun masa depan yang lebih baik. 
“Mencari instruktur bukan sekedar beri pengajaran dan tersertifikasi, tetapi juga punya dampak, menarik ke
circle
yang sama, kesamaan visi dan
value
(
social and sustainable
).
Value
tentang kebermanfaatan, ada di alumni kita termasuk mas Budi,” ujarnya.
Sebagai informasi, pada Oktober 2024 lalu, IK Dompet Dhuafa juga menerima apresiasi dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Penghargaan itu adalah anugerah Indonesia’s SDGs Action Awards 2024 “Terbaik Ketiga dalam Kategori Filantropi” untuk program IK. 
Penghargaan tersebut diserahkan secara langsung Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) Ma’ruf Amin dalam seremoni Pembukaan Konferensi Tahunan SDGs atau SDGs Annual Conference (SAC) ke-7 yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat.
IK lahir dari isu kemiskinan dan pengangguran. Di sisi lain, angka putus sekolah kian tinggi dan menyebabkan orang-orang muda tak punya kegiatan positif. 
Oleh karenanya, kelompok pemuda rentan terjerumus pada aktivitas kriminal yang dapat menimbulkan masalah sosial baru. 
Sejak berdiri pada 2005, IK Dompet Dhuafa mulai bergerak dengan melakukan intervensi program berupa pengajaran dan pelatihan vokasional.
IK bertujuan menjadikan para peserta yang mengikuti pelatihan memiliki modal berupa keterampilan dan mental yang siap untuk masuk dunia kerja dan industri, serta wirausaha. 
Dengan demikian, program itu dapat berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Sejak itu, IK telah meluluskan 8.031 alumni penerima manfaat.
Sembari terus mengembangkan usahanya, Budi tetap bersyukur atas kesempatan yang datang padanya. 
Ia bercita-cita untuk memperluas jaringan kedai kopinya dan membagikan hasratnya kepada khalayak yang lebih luas. 
Perjalanannya dari seorang teknisi menjadi penikmat kopi menjadi inspirasi bagi semua orang, membuktikan bahwa dengan dedikasi dan dukungan yang tepat, siapa pun dapat meraih impiannya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.