Keutamaan Puasa Ramadan dalam Perspektif Tafsir Klasik dan Kontemporer

Keutamaan Puasa Ramadan dalam Perspektif Tafsir Klasik dan Kontemporer

Ramadan adalah bulan suci yang ditunggu-tunggu umat Islam. Sebelum memasuki bulan ini, umumnya umat Muslim mempersiapkan hati, niat dan ilmu yang berkaitan dengannya. Begitu pula dengan segala keutamaannya, sehingga bisa benar-benar memaksimalkan kesempatan emas sebulan penuh tanpa sia-sia.  

Pada bulan ini, Allah mewajibkan ibadah puasa sebulan penuh sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat (183): 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”

Ayat ini memberi makna bahwa puasa bukan hanya kewajiban ritual, namun juga memiliki  tujuan utama yaitu membentuk ketakwaan. Tafsir klasik dan kontemporer memberikan berbagai pandangan mengenai keutamaan puasa Ramadan, baik dari segi pahala, manfaat  spiritual, hingga dampak sosialnya. 

Keutamaan Puasa dalam Tafsir Klasik (Tafsir Ibnu Katsir) 

Dalam kitab tafsirnya, imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah memerintahkan puasa bagi  orang-orang yang beriman. Makna puasa sendiri adalah menahan diri dari makan, minum,  berhubungan badan, dengan niat yang murni karena Allah جل جلاله. 

Berpuasa mengandung hikmah dalam membersihkan dan menyucikan jiwa serta membebaskannya dari hal-hal negatif, baik  bagi kesehatan tubuh maupun akhlak. Allah menegaskan bahwa sebagaimana puasa diwajibkan bagi umat Islam, kewajiban ini juga telah diterapkan pada umat-umat sebelumnya. 

Dengan adanya teladan dari generasi terdahulu, hal ini menjadi dorongan bagi umat islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna dibandingkan yang telah dilakukan oleh umat sebelumnya.  

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa puasa Ramadan memiliki tujuan yang sangat  penting yaitu untuk menumbuhkan ketakwaan dalam diri seorang Muslim. Beliau menafsirkan  ُكْم تَتَّقُو َن kataَّلَعَ ل (agar kamu bertakwa) karena dengan berpuasa dapat menyucikan jiwa dan mempersempit jalan setan, sebagaimana dalam sebuah hadis di dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :  

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu memberi nafkah, maka kawinlah; dan  barang siapa yang tidak mampu (memberi nafkah), hendaklah ia berpuasa, karena  sesungguhnya puasa merupakan peredam baginya. 

Dalam tafsirnya terhadap ayat (185) dari Surah Al-Baqarah: 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk  bagi manusia serta penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil), barang siapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di  bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” 

Allah جل جلاله mengistimewakan bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya karena dalam bulan inilah Al-Qur’an yang mulia diturunkan. Sebagaimana Allah menetapkan Ramadan sebagai waktu turunnya Al-Qur’an, dalam hadis juga disebutkan bahwa kitab-kitab Allah lainnya pun diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW pada bulan yang  penuh berkah ini. 

Keutamaan Puasa dalam Tafsir Kontemporer 

Dalam kajian tafsir modern, puasa tidak hanya dilihat dari aspek spiritual, tetapi juga dari  perspektif sosial dan kesehatan. Beberapa penelitian dalam jurnal ilmiah menyoroti beberapa aspek berikut: 

1. Puasa sebagai Sarana Pembersihan Diri 

Beberapa kajian tafsir modern menyebutkan bahwa puasa memiliki dampak positif dalam membentuk disiplin diri dan mengurangi kecanduan terhadap hal-hal yang merusak tubuh seperti makanan berlebihan, rokok, dan kebiasaan buruk lainnya. 

Puasa juga mengajarkan kesabaran dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama terhadap mereka yang kurang mampu. 

2. Dampak Sosial Puasa 

Dalam kajian tafsir kontemporer, puasa dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan solidaritas sosial. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, seseorang lebih  dapat merasakan penderitaan kaum fakir miskin. Karena jika setiap harinya hidup berkecukupan atau bahkan lebih, mesti tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya orang-orang fakir menjalani hari-hari mereka yang penuh kekurangan. 

Hal ini mendorong kita sebagai umat Islam untuk lebih banyak berbagi dan bersedekah selama bulan Ramadan dan diharapkan menjadi kebiasaan baik yang akan terus berjalan bahkan setelah Ramadan berakhir. 

3. Manfaat Kesehatan Puasa 

Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Puasa Ramadhan dalam Perspektif Kesehatan” yang ditulis oleh Sumarno Adi Subrata, ia menjelaskan bahwa puasa Ramadan selain  memiliki manfaat untuk membentuk Muslim yang bertakwa, juga memiliki manfaat  dari sisi kesehatan mulai dari kesehatan saraf mata, ibu hamil, pasien dengan diabetes,  gangguan fungsi renal, gangguan kolesterol dan obesitas, hormon kortisol, sistem  kekebalan subuh, pasien dengan ulkus peptikum, dan pasien dengan kanker. 

Analisis Komparatif 

Puasa Ramadan memiliki keutamaan yang dibahas secara luas dalam berbagai tafsir, baik klasik maupun kontemporer. Meskipun kedua pendekatan ini berlandaskan pada sumber yang  sama, yakni Al-Qur’an dan hadis, terdapat perbedaan dalam cara pemaknaan dan penekanannya. 

Tafsir klasik lebih banyak berfokus pada aspek spiritual dan ibadah puasa sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah. Sedangkan tafsir kontemporer melihat dengan berkembangnya zaman dan teknologi, ia tetap mempertahankan aspek spiritual dari puasa, namun juga mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan modern, baik dalam bidang sosial  maupun kesehatan. 

Dengan pendekatan yang lebih kontekstual, tafsir kontemporer membantu umat Islam memahami relevansi puasa dalam kehidupan modern tanpa menghilangkan esensi spiritual yang telah ditekankan dalam tafsir klasik.

Kesimpulan  

Berdasarkan kajian tafsir klasik dan kontemporer, dapat disimpulkan bahwa puasa memiliki  berbagai keutamaan yang relevan dengan kehidupan modern, di antaranya: 

Penguatan Spiritual: Puasa membangun kedisiplinan dan ketakwaan kepada Allah. Peningkatan Kesehatan: Studi ilmiah membuktikan bahwa puasa memiliki manfaat  kesehatan yang signifikan. Kesejahteraan Sosial: Puasa meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap kaum duafa. Kontrol Diri: Puasa melatih kesabaran dan kemampuan menahan diri dari hawa nafsu.

*Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)