Keutamaan dan Tata Cara Iktikaf pada 10 Hari Terakhir Ramadan

Keutamaan dan Tata Cara Iktikaf pada 10 Hari Terakhir Ramadan

Jakarta, Beritasatu.com – Sepuluh hari terakhir Ramadan adalah waktu penuh keberkahan, dan umat Islam dianjurkan meningkatkan ibadah. Salah satu amalan utama adalah iktikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah secara intensif dan mempererat hubungan dengan Allah Swt.

Iktikaf bukan sekadar ibadah yang membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat, tetapi juga merupakan kesempatan bagi setiap muslim untuk fokus pada perbaikan diri, introspeksi, serta memperbanyak doa dan ibadah.

Selain itu, iktikaf juga menjadi momen untuk menebarkan kebaikan kepada sesama, baik melalui doa, berbagi ilmu, maupun memberikan manfaat lainnya.

Menurut kitab “Al-Adzkar An-Nawawi” karya Syekh Imam An-Nawawi, terdapat empat keutamaan besar yang diperoleh dari menunaikan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

Keutamaan Iktikaf pada 10 Hari Terakhir Ramadan

1. Menjauhkan dari siksaan api neraka

Salah satu keutamaan utama dari iktikaf adalah bahwa ibadah ini dapat menjadi perlindungan dari siksaan api neraka di akhirat kelak. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyampaikan seseorang yang beriktikaf dengan niat mengharap keridaan Allah Swt akan dijauhkan dari api neraka sejauh tiga parit, dan setiap parit memiliki jarak yang setara dengan timur dan barat.

Hal ini menunjukkan iktikaf bukan sekadar ibadah tambahan, tetapi juga menjadi salah satu bentuk perlindungan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mencari rida-Nya.

2. Meningkatkan kedekatan dengan Allah Swt

Berdiam diri di masjid selama iktikaf memungkinkan seseorang untuk lebih fokus dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Selama periode ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak salat sunah, berzikir, tadarus Al-Qur’an, serta memperbanyak doa dan istigfar.

Tanpa gangguan dari aktivitas duniawi, seseorang dapat lebih mudah mencapai ketenangan batin dan mendalami makna ibadah yang dilakukan. Hubungan spiritual dengan Allah Swt pun akan semakin kuat, sehingga setelah Ramadan berakhir, seseorang dapat mempertahankan kebiasaan baik ini dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mendapatkan doa dari malaikat

Keutamaan lain dari iktikaf adalah mendapatkan doa dari para malaikat. Dalam ajaran Islam, malaikat adalah makhluk Allah yang senantiasa taat kepada-Nya dan memiliki tugas tertentu, termasuk memohonkan ampunan bagi hamba-hamba yang beribadah dengan ikhlas.

Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, para malaikat turun ke bumi dan mendoakan mereka yang sedang beriktikaf. Dengan menjalankan ibadah ini, seseorang tidak hanya mendapatkan pahala dari amalannya sendiri, tetapi juga doa dan keberkahan dari malaikat yang selalu memohonkan ampunan kepada Allah Swt untuk dirinya.

4. Kesempatan besar untuk meraih malam Lailatulqadar

Malam Lailatulqadar adalah malam yang sangat istimewa karena disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah Swt menurunkan banyak keberkahan di malam ini, termasuk pengampunan dosa dan pahala yang luar biasa bagi mereka yang beribadah dengan sungguh-sungguh.

Dengan menunaikan iktikaf, seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih malam Lailatulqadar. Hal ini karena mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam ibadah, khususnya di dalam masjid, yang merupakan tempat terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memaksimalkan ibadah selama Ramadan.

Tata Cara Pelaksanaan Iktikaf

Untuk menjalankan iktikaf dengan maksimal, penting bagi setiap muslim untuk memahami tata cara pelaksanaannya.

Berikut ini beberapa langkah yang perlu diperhatikan saat menunaikan iktikaf, sebagaimana dijelaskan dalam buku “Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari dari Kandungan hingga Kematian” karya Muh Hambali.

Sebelum memulai iktikaf, seseorang harus membaca niat dengan sungguh-sungguh, karena niat adalah salah satu syarat sah dalam setiap ibadah. Berikut adalah bacaan niat iktikaf dalam bahasa Arab beserta artinya:

نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى

Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā.

Artinya: “Saya berniat iktikaf di masjid ini karena Allah Swt”.

Niat ini dapat diucapkan dalam hati atau dilafalkan sebelum memulai iktikaf di dalam masjid.

Berdiam diri di masjid dan memaksimalkan ibadah

Selama menjalankan iktikaf, seseorang dianjurkan untuk tetap berada di dalam masjid dan tidak keluar kecuali untuk keperluan mendesak, seperti ke kamar mandi atau membeli makanan jika tidak tersedia di masjid.

Beberapa aktivitas ibadah yang dapat dilakukan selama iktikaf antara lain membaca Al-Qur’an secara mendalam dan memahami maknanya, memperbanyak zikir dan tasbih, menjalankan salat sunah, seperti salat tahajud, salat witir, dan salat duha, serta merenungkan makna kehidupan serta melakukan introspeksi diri.

Dengan melakukan berbagai ibadah ini, iktikaf akan menjadi lebih bermakna dan memberikan manfaat spiritual yang lebih besar.

Menjauhi perbuatan yang tidak baik

Salah satu tujuan utama dari iktikaf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan membersihkan hati dari hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, selama iktikaf, seseorang dianjurkan untuk menghindari perkataan sia-sia, perdebatan yang tidak perlu, serta aktivitas yang bisa mengurangi pahala ibadah.

Sebaliknya, manfaatkan waktu untuk memperbaiki diri, memohon ampunan atas kesalahan yang telah dilakukan, serta berdoa agar Allah Swt memberikan keberkahan dan hidayah dalam kehidupan.

Iktikaf merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak keutamaan, terutama jika dilakukan di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Dengan melaksanakan iktikaf, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjauhkan diri dari siksaan neraka, mendapatkan doa dari malaikat, serta memiliki peluang besar untuk meraih malam Lailatulqadar.