Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengungkapkan bahwa menjadi wartawan untuk saat ini tidak mudah. Sudah banyak perbedaan dan tantangan di era teknologi seperti sekarang ini.
Ninik menyebut, dulu namanya berita hanya dilahirkan dari seorang jurnalis atau orang menyebutkannya wartawan. Sekarang, masyarakat dibuat bingung, untuk membandingkan mana yang merupakan berita dengan mana yang merupakan informasi. Sebab, begitu banyaknya informasi yang saat ini dengan mudah dan cepat disebarluaskan oleh media sosial (medsos).
“Sekarang berbagai platform digital yang banyak menyajikan informasi yang memberi kesan sebagai sebuah berita,” kata Ninik, dalam sambutannya saat acara penutupan Ujian Kompetensi Wartawan (UKW) di Provinsi Jawa Timur di Hotel Oakwood Surabaya, ditulis Minggu (5/5/2024).
Nah, tantangan yang harus dilakukan oleh wartawan, yakni harus berjibaku untuk meyakinkan masyarakat. Meyakinkan dan merebut kembali hati masyarakat, untuk menggunakan media mainstream sebagai rujukan kebenaran.
“Wartawan harus meyakinkan masyarakat untuk menggunakan media mainstream sebagai rujukan kebenaran,” kata perempuan berkacamata itu.
Sedangkan untuk menentukan suatu tulisan, apakah melanggar kode etik jurnalistik atau tidak. Apakah tulisan itu sudah sesuai dengan koridor penulisan yang baik atau tidak. Tentu, untuk menganalisanya dibutuhkan kemampuan atau kompetensi.
Kompetensi seperti itu bisa didapatkan oleh seorang wartawan, yakni dengan mengikuti UKW.
“Ya saya yakini, sebenarnya kemampuan itu sudah dimiliki wartawan tanpa uji kompetensi. Mereka dengan kecanggihan teknologi, di mana pun bisa belajar secara mandiri,” katanya.
Hanya saja, menurut Ninik, uji kompetensi wartawan ini menjadi hal yang penting. Dengan mengikuti UKW, para wartawan memiliki legalitas. Pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki dalam hal jurnalistik. Dia mencontohkan seperti dalam belajar beragama, yakni iksan.
“Orang bisa belajar sendiri, tetapi belajar yang benar ya harus ada gurunya. Seperti halnya UKW, gurunya ya penguji itu. Penguji akan mengingatkan jika peserta membuat kesalahan. Kalau belajar sendiri, tidak ada yang bisa menunjukkan itu benar atau tidaknya. Orang belajar sendiri bisa-bisanya merasionalkan jika yang ia pelajari benar semua,” pungkasnya.
Untuk diketahui, UKW di Provinsi Jawa Timur diikuti oleh ratusan peserta, baik untuk jenjang muda, madya dan utama. Kegiatan yang digelar di hotel Oakwood Surabaya selama 2 hari itu, diselenggarakan oleh Dewan Pers.
Dalam kesempatan itu, Dewan Pers bekerja sama dengan 4 lembaga uji, yakni dari PWI, PFI, IJTI dan Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Dr Soetomo (Unitomo). [end/suf]