Selain masalah gizi atlet, Dadan juga menyoroti lonjakan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 280 juta jiwa dan diperkirakan bertambah menjadi 324 juta pada 2045. Salah satu sumber utama pertumbuhan ini berasal dari keluarga miskin dan rentan miskin.
“Kalau kita tidak intervensi dengan program Makan Bergizi Gratis, 60 persen dari kelompok ini tidak pernah melihat menu dengan gizi seimbang. Bagi mereka, makan nasi dengan bala-bala, bihun, dan kecap sudah cukup. Bahkan, banyak anak-anak mereka tak pernah minum susu bukan karena tidak mau, tapi karena tidak mampu,” tegas Dadan yang dikutip dari Antara.
Sebaliknya, pertumbuhan penduduk di kalangan menengah dan atas justru rendah. Data menunjukkan bahwa 84 persen keluarga kelas atas hanya memiliki satu anak, sementara 88 persen keluarga kelas menengah juga memilih untuk memiliki anak tunggal.
Dadan menegaskan bahwa tanpa intervensi serius, masalah gizi dan ledakan penduduk bisa menjadi ancaman besar bagi masa depan Indonesia. “Kalau kita ingin generasi yang sehat, cerdas, dan produktif, maka perbaikan gizi harus dimulai dari sekarang,” pungkasnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5171327/original/043517100_1742628309-20250322_112703.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)