Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Karena Tak Ada Masa Depan
TRIBUNNEWS.COM – Direktur Jenderal Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Pierre Krähenbühl, menggambarkan situasi di Gaza sebagai “neraka di bumi,”.
Hal itu dia ungkapkan saat memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan apa yang disebutnya sebagai kampanye “perang genosida” oleh Pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina.
Berbicara di Forum Diplomasi Antalya yang diadakan di Turki selatan pada tanggal 11-13 April, Krähenbühl mengatakan situasi kemanusiaan di Gaza “benar-benar tak tertahankan,”.
Dia juga menyoroti meningkatnya bahaya yang dihadapi oleh para pekerja bantuan di lapangan.
Ia mencatat kalau beberapa pekerja kemanusiaan telah kehilangan nyawa mereka dan kantor-kantor menjadi sasaran langsung, termasuk insiden penembakan tank pada tanggal 24 Maret.
Krähenbühl menekankan perlunya upaya internasional yang lebih intensif untuk melindungi warga sipil dan personel kemanusiaan.
“Orang-orang di Gaza telah benar-benar kehilangan harapan dalam hidup,” katanya.
Begitu putus asanya warga Gaza, kata Krähenbühl, mereka merasa kalau sudah tidak ada masa depan dan lebih baik mati bersama.
Dia menambahkan: “Kami mendengar warga sipil mengatakan mereka lebih baik mati bersama keluarga mereka karena mereka tidak melihat masa depan.”
Ia memperingatkan situasi saat ini seharusnya membuat dunia khawatir dan dapat menjadi pertanda kemungkinan terjadinya konflik yang lebih luas.
SERANGAN ISRAEL – Situasi di kawasan Shijaiyah di Jalur Gaza setelah diserang Israel pada hari Rabu, 9 April 2025. (Yedioth Ahronoth)
Jumlah Korban Tewas di Gaza Capai 51.000
Dalam laporan perkembangan terbaru di Gaza, Setidaknya 17 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel selama 24 jam terakhir.
Atas kematian terbaru itu, jumlah total korban tewas di Gaza menjadi 51.000 sejak dimulainya agresi Israel di Gaza pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan Selasa.
Sebanyak 69 orang lainnya terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 116.343.
Kementerian memperingatkan jumlah korban sebenarnya bisa lebih tinggi, karena “banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan,” sementara operasi penyelamatan terhambat oleh pengeboman yang terus berlangsung.
Meskipun ada seruan internasional untuk de-eskalasi, Israel melanjutkan serangan militernya per 18 Maret lalu.
Sejak saat itu, 1.630 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 4.300 orang terluka.
Tidak ada resolusi atau pengungkapan publik mengenai kemajuan terkait gencatan senjata atau kesepakatan pertukaran tahanan.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga masih diadili di Mahkamah Internasional, menghadapi tuduhan genosida atas kampanye yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
(oln/rntv/*)