Kelayakan Tan Joe Hok sebagai Pahlawan Nasional Nasional 9 Juni 2025

Kelayakan Tan Joe Hok sebagai Pahlawan Nasional
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        9 Juni 2025

Kelayakan Tan Joe Hok sebagai Pahlawan Nasional
Profesor Riset bidang Sejarah Sosial Politik LIPI. Lulus doktor dari EHESS (
Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales
) Paris pada 1990.
PEMAIN
bulutangkis legendaris
Tan Joe Hok
(Hendra Kartanegara) meninggal pada Senin (2/6/2025), di Jakarta dan dikremasi pada Kamis (5/6/2025).
Jasanya yang sangat berharga adalah merintis kemenangan pada saat kita mulai tampil di kancah dunia olahraga.
Tan Joe Hok bersama tim Indonesia merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya tahun 1958. Kemudian mempertahankannya tahun 1961 dan 1964.
Ia menjadi orang Indonesia yang pertama menjuarai All England tahun 1959. Tan juga mempersembahkan medali emas Asian Games 1962 bagi Indonesia, setelah ia mengatasi perlawanan Teh Kew San di final.
Tahun 1984, ia melatih regu Indonesia yang berhasil merebut kembali Piala Thomas di Malaysia.
 
Masa perintisan itu memang sulit tanpa perlengkapan yang lengkap.
Sebelum Thomas Cup 1958 di Singapura, mereka harus memenangkan pertandingan melawan Selandia Baru dan Australia.
Perjalanan ke Selandia Baru hampir seharian dengan pesawat yang memakai baling-baling. Tanpa pelatih.
Di Australia tidak sempat berlatih sebelum bertanding karena tidak punya dana untuk menyewa lapangan.
Berangkat ke Singapura dengan naik beca dari penginapan di jalan Gunung Sahari menuju bandara Kemayoran, tidak ada yang mengantar.
Salah seorang pemain adalah Ferry Sonneville yang sedang studi di Belanda. Agar bisa pulang ke Indonesia, majalah
Star Weekly
mengumpulkan dana dari pembacanya untuk membeli tiket Amsterdam-Jakarta.
Di lapangan tampil dengan menggunakan kaos merek “777” yang disablon lambang Garuda di depannya.
Mereka keluar sebagai juara. Seusai pertandingan di Singapura, mereka tinggal tiga hari di sana, tapi tidak membeli apa-apa karena tidak punya duit. Pulangnya di bandara Kemayoran disambut lautan manusia dan diarak dengan mobil terbuka.
Di luar lapangan, Tan Joe Hok melanjutkan pendidikan ke Baylor University di Amerika Serikat, menekuni bidang kimia dan biologi. 
Namun, cintanya pada Tanah Air tak pernah pudar. Ia pulang, mengabdi lewat pelatihan, pembinaan, dan sumbangsih pemikiran untuk regenerasi atlet muda.
Ia juga sempat menjajal karier di luar negeri sebagai pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hong Kong. Meski kemudian kembali ke Tanah Air dan menjadi pelatih di PB Djarum pada 1982.
Bahkan pada masa tuanya, semangatnya tak pernah surut. Ia hadir sebagai penutur sejarah dan inspirasi hidup bagi generasi penerus.
Antara lain atas prakarsa Tan Joe Hok dibentuk Komunitas Bulutangkis Indonesia pada 8 Mei 2004.
Selain memperhatikan kesejahteraan para atlet bulutangkis di hari tuanya, perkumpulan juga mengatasi persoalan lain yang pernah terjadi beberapa kali sebelumnya.
Misalnya, pemain bulutangkis Hendrawan memerlukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) saat mau mengurus paspor dan visa untuk berangkat bertanding dalam Thomas Cup 2002 di Ghuangzou, China.
Mereka menulis surat kepada Presiden saat itu, Megawati Soekarnoputri, sehingga kasus itu segera diselesaikan.
Tahun 1964, regu Indonesia mempertahankan Piala Thomas untuk ketiga kalinya di Tokyo setelah menundukkan Denmark dalam pertandingan yang berlangsung begitu dramatis dengan skor 5-4.
Presiden saat itu, Sukarno ketika menyambut tim ini di Istana Negara pada 28 Mei 1964, menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya.

Inilah Saudara-saudara, kekagumanku kepada mereka bahwa mereka benar-benar ‘dedicate’ mereka punja life untuk mengagungkan nama Indonesia, dedicate mereka punja life untuk mengabdi kepada Tuhan.… Mereka dengan itu semuanja boleh dikatakan Pahlawan Indonesia. Terima kasih Pahlawan Indonesia!

Salah seorang pemain, yaitu Tan Joe Hok mendapat Bintang Jasa Nararya dari pemerintahan Indonesia pada 28 Mei 1964.
 
Tan Joe Hok menerima penghargaan
Lifetime Achievement Award in Sport
dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat pada 12 November 2021.
Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman saat itu mengatakan, penghargaan diberikan karena prestasi besar Tan Joe Hok dan terus memotivasi atlet-atlet Indonesia untuk bisa mencapai prestasi.
“Yang dulu di masa sulit pun, Indonesia sudah berjaya,” ujar dia.
Namun, menurut hemat saya, Tan Joe Hok layak memperoleh gelar
Pahlawan Nasional
. Ia berjasa besar terhadap nusa dan bangsa, memperlihatkan sikap keteladanan dalam tugasnya dan berkarya sepanjang hayat.
Sejak pengangkatan pertama tahun 1959 sampai kini, sudah ada 2006
pahlawan nasional
. Di antara mereka terdapat seorang Tionghoa yang diangkat tahun 2009. yaitu John Lie.
Ia berjuang pada masa revolusi kemerdekaan dengan menggunakan kapal kecilnya menembus blokade Belanda untuk sampai di semenanjung Malaya dan Thailand dan selanjutnya menukar hasil bumi dari Sumatera dengan senjata yang dapat digunakan pejuang Indonesia.
Sementara itu, sampai sekarang belum ada pahlawan nasional dari bidang olahraga termasuk bulutangkis yang sudah mengharumkan nama Indonesia di dunia.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.