Jakarta, Beritasatu.com – Penunjukan Abdul Mu’ti sebagai menteri pendidikan dasar dan menengah (mendikdasmen) diharapkan mendorong kemajuan serta peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya pada jenjang dasar dan menengah.
Kepala Sekolah SD Eksperimental Mangunan, Go Yogyakarta, Augustinus Windu Aji, menyatakan bahwa pemisahan Kementerian Pendidikan menjadi tiga bidang terpisah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Kementerian Kebudayaan, dianggap langkah yang dapat meningkatkan efektivitas kerja. Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Abdul Mu’ti sebagai Mendikdasmen dengan dua wakilnya, Fajar Rizal UI Haq dan Latif Uhayat.
“Saya melihat pemisahan ini memungkinkan setiap bidang untuk lebih fokus dalam pengelolaan dan pengembangan,” ujar Windu Aji kepada Beritasatu.com, Sabtu (2/11/2024).
Menurut Windu Aji, dengan kapasitas dan pengalaman Mendikdasmen Abdul Mu’ti serta kedua wakilnya, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan secara signifikan. Tugas Mendikdasmen di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo mencakup upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah, memperkuat sinergi antar-kementerian, serta menyediakan layanan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi seluruh anak-anak Indonesia.
Beberapa tantangan pendidikan dasar dan menengah yang mendesak untuk diatasi antara lain pelaksanaan Kurikulum Merdeka, penghapusan ujian nasional, angka putus sekolah, kesejahteraan guru, upah guru honorer, serta keterbatasan fasilitas sekolah. Selain itu, pemerintah juga tengah merencanakan program makan siang bergizi di sekolah untuk meningkatkan kesehatan siswa.
“Dengan adanya fokus yang lebih terarah, mendikdasmen seharusnya dapat lebih efektif dalam memajukan pendidikan di Indonesia, terutama di tingkat dasar dan menengah,” tutur Windu Aji.
Namun, ia juga mempertanyakan prioritas Abdul Mu’ti yang langsung menyoroti peningkatan kemampuan matematika sebagai fokus utama. Windu Aji menilai bahwa pendekatan ini tampak seolah memandang rendah siswa yang memiliki kemampuan matematika yang kurang.
“Fokus pada matematika ini seolah menyiratkan bahwa anak yang kurang menguasai matematika dianggap kurang pintar,” jelasnya.
Ia menegaskan pentingnya teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence), yang menunjukkan bahwa setiap anak memiliki kelebihan dalam bidang tertentu. Dengan demikian, sekolah perlu mengembangkan pendekatan yang mampu mengidentifikasi potensi dominan setiap siswa, tanpa memandang rendah anak yang kurang dalam satu bidang akademis tertentu.
Dalam kesempatan terpisah, guru bimbingan konseling SMPN 31 Kota Tangerang, Nicolaus Janto Windratmoko, juga berharap agar Mendikdasmen Abdul Mu’ti dapat berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah, sehingga baik siswa maupun guru mendapatkan pelayanan pendidikan yang lebih baik serta kesejahteraan yang lebih terjamin.
“Saya kira kinerja mendikdasmen akan lebih efektif dan komprehensif karena fokusnya yang lebih terarah, sehingga dapat bekerja lebih baik,” pungkas Janto.