TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) telah menghabiskan lebih dari $200 juta untuk amunisi presisi, dalam serangan intensif terhadap target-target Ansarallah atau Houthi di Yaman.
New York Times melaporkan, Jumat (4/4/2025) biaya operasi perang tersebut diperkirakan akan melampaui $1 miliar minggu depan.
Namun, terlepas dari skala dan biaya serangan ini, pejabat AS secara pribadi mengakui bahwa serangan AS masih belum bisa menggoyahkan kekuatan Yaman.
Terutama dalam menghalangi operasi rudal Yaman atau menurunkan kemampuan mereka.
Walaupun demikian, Presiden AS Donald Trump mengklaim serangan AS yang disebut sebagai Operasi Rough Rider, membuat Houthi Yaman ‘hancur lebur’.
Diketahui operasi AS tersebut diluncurkan pada tanggal 15 Maret 2025, mengutip Al Mayadeen.
Pejabat militer dan intelijen yang berbicara kepada Kongres dan sekutu dalam pengarahan tertutup mengakui bahwa sebagian besar persenjataan bawah tanah, rudal dan pesawat tanpa awak (drone) milik Yaman masih utuh.
Menurut laporan itu, bunker Yaman yang kuat dan persediaan senjata tersembunyi telah mengurangi dampak serangan udara harian yang dilakukan oleh pesawat Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS.
Operasi tersebut, yang secara signifikan lebih besar daripada operasi sebelumnya yang dilakukan di bawah perintah mantan Presiden AS Joe Biden, melibatkan dua kapal induk, pesawat pengebom B-2, jet tempur, dan sistem pertahanan udara, termasuk Patriot dan THAAD, yang semuanya dikerahkan ke Timur Tengah.
Para pejabat memperingatkan bahwa penggunaan besar-besaran amunisi jarak jauh canggih, seperti rudal Tomahawk dan bom luncur, memberi tekanan pada persediaan Angkatan Laut AS.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan perencana Pentagon tentang kesiapan menghadapi potensi konflik di masa mendatang, khususnya dengan China atas Taiwan.
Meskipun disebut Trump telah babak belur, Houthi Yaman secara konsisten melancarkan operasi terhadap pengiriman barang yang terafiliasi dengan pendudukan Israel melalui Laut Merah.
Penilaian internal menunjukkan serangan tersebut tidak mengubah kemampuan operasional mereka secara signifikan.
NYT berspekulasi bahwa Gedung Putih akan segera meminta dana tambahan dari Kongres untuk mempertahankan kampanye, yang menurut beberapa orang dalam dapat berlangsung hingga enam bulan.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)