Prajogo Pangestu diketahui merupakan pemilik sejumlah perusahaan besar di Indonesia, diantaranya Grup Barito Pacific, termasuk PT Barito Pacific Tbk, PT Barito Renewables Energy, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk dan Tbk, PT Chandra Asri Pacific Tbk.
Bisnis Prajogo Pangestu sebagian besar bergerak di bidang usaha petrokimia dan energi terbarukan.
Prajogo Pangestu sebenarnya tidak terlahir dari keluarga kaya. Bahkan kemiskinan membuat orang tuanya tak mampu menyekolahkan Prajogo untuk menempuh pendidikan SMA.
Jalan menuju kelayakan hidup belum juga direngkuhnya. Prajogo tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kalimantan.
Untuk menyambung hidup, Prajogo bekerja sebagai sopir angkot. Pekerjaan itu dia lakoni pada tahun 1960. Menjadi sopir angkot menjadi batu loncatan dalam kehidupannya.
Saat menjadi sopir, Prajogo bertemu dengan pria yang bernama Bon Sun On atau dikenal dengan nama Burhan Uray. Pria tersebut seorang pengusaha kayu asal Malaysia. Pertemuan itulah yang kemudian mengubah kehidupannya.
Dia kemudian bekerja sebagai karyawan dari Burhan Uray yang dikenal sebagai pendiri dari PT Djajanti Group di tahun 1969. Tujuh tahun bekerja di sana dengan keras, Burhan Uray mengangkat Prajogo sebagai General Manager (GM) di Pabrik Plywood Nusantara yang berada di Gresik, Jawa Timur.
Selanjutnya, Prajogo mencoba menjalankan bisnisnya sendiri. Langkah pertama yang diambil yaitu meminjam modal melalui BRI untuk membeli perusahaan kayu bernama CV Pacific Lumber Coy.