Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif resiprokal baru pada Rabu (2/4/2025) atau Kamis (3/4/2025) waktu Indonesia. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang terdampak oleh kebijakan tarif Trump.
Yang menarik, menurut The Indian Express, tarif yang dikenakan pada Indonesia ternyata lebih tinggi dibandingkan India. India hanya mendapatkan tarif 26%, sementara Indonesia dikenakan tarif 32%. Negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam (46%) dan Thailand (36%), juga terdampak oleh kebijakan ini. The Indian Express mengungkapkan bahwa tarif yang lebih tinggi untuk Indonesia diperkirakan karena semakin banyaknya keterlibatan Indonesia dalam rantai pasokan China.
Menurut analisis The Indian Express, tarif yang tinggi ini merupakan cara Trump untuk memberikan sinyal kepada negara-negara yang semakin bergantung pada China. Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya Trump untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan global.
“Tarif tinggi ini dianggap sebagai cara Trump untuk memberi sinyal kuat kepada negara-negara yang semakin bergantung pada China, sebagai bagian dari kebijakan yang lebih besar untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan global,” analisis The Indian Express.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk mengoreksi ketidakseimbangan perdagangan yang telah berlangsung lama. Trump juga mengatakan bahwa meskipun hubungan Amerika dengan India cukup baik, India tidak memperlakukan AS secara adil dalam perdagangan.
“Mereka mengenakan tarif 52% pada kami, sementara kami hampir tidak mengenakan tarif apapun selama bertahun-tahun,” kata Trump. Kebijakan tarif Trump yang lebih tinggi untuk India ini, menurut presiden dari Partau Republik itu, adalah bagian dari strategi untuk memastikan negara-negara memperlakukan AS secara adil.
India sendiri tetap menjadi sorotan dalam laporan dari Perwakilan Dagang AS (USTR), yang mencatat tarif tinggi India pada berbagai barang, termasuk minyak nabati, sepeda motor, mobil, dan produk pertanian. Selain itu, kebijakan India yang membatasi impor susu, daging babi, dan ikan, serta mewajibkan sertifikasi bebas rekayasa genetika (GM-free), dianggap sebagai hambatan perdagangan bagi eksportir AS.
Di sisi lain, faktor ketergantungan pada China tetap menjadi alasan utama dalam kebijakan tarif Trump. Presiden Amerika Serikat ke-47 itu berharap kebijakan taribaru ini dapat mengurangi ketidakseimbangan perdagangan global dan mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk memproduksi lebih banyak barang di dalam negeri, tanpa bergantung pada impor dari negara-negara seperti China.