Bastian sendiri pertama kali berkecimpung dalam usaha ini memiliki tugas untuk membantu pemasaran. Cara yang ia lakukan adalah menjangkau area wisata religi di Jawa Timur seperti makam-makam Sunan.
“Saat Pak Bambang masih hidup, saya hanya membantu dalam bagian pemasaran. Setelah Pak Bambang meninggal pada tahun 2011, usaha ini diteruskan oleh ibu saya,” ujarnya di Jakarta.
Perjalanan Wingko “Bambang Indrajaya” sendiri bukanlah tanpa tantangan. Namun, sinergi dengan pelaku industri keuangan yang tepat disertai usaha keras menjadi siasat ampuh dalam menaikkelaskan usaha daerah ini menjadi bisnis yang terkenal dan berdampak bagi sekitar.
Berhasil Cetak Rekor MURI
Salah satu momen bersejarah yang tak terlupakan bagi usaha ini menurut Bastian adalah ketika berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) di tahun 2005. Prestasi ini diraih dengan membuat wingko raksasa berukuran 3,5 meter dan tebal 10 cm.
Tak hanya menjadi sebuah kebanggaan, namun juga titik balik yang membuka jalan bagi pengakuan luas terhadap usaha kudapan tersebut. “Setelah itu, produksi kita melonjak pesat, dari hanya satu atau dua bak adonan per hari yang masing-masing seberat 5 kilogram, menjadi 30 hingga 40 bak per hari,” kenang Bastian.
Tantangan COVID-19
Sama seperti bisnis lain, perjalanan yang dilalui Wingko ‘Bambang Indrajaya’ juga tak selamanya berjalan mulus. Rintangan dan tantangan satu per satu datang, salah satunya ketika terjadi pandemi Covid-19. Menurut Bastian, pandemi adalah ujian berat yang dialami oleh bisnis keluarga yang sudah berjalan lama tersebut.
“Pandemi adalah titik berat, tapi juga kesempatan untuk berinovasi,” katanya.
Meskipun pandemi memberikan tantangan besar, Bastian nyatanya cukup beruntung, ini karena berbekal rekam jejak yang baik, membuat dia mendapat dukungan cukup dalam menopang kelangsungan usahanya.