Jakarta –
Kazakhstan menemukan deposit logam tanah jarang terbesarnya, mengandung sekitar satu juta ton unsur yang dipandang penting bagi ekonomi masa depan.
Negara di Asia Tengah itu mengumumkan penemuan tersebut pada Rabu (2/4). Tanah jarang terdiri dari 17 bahan mentah yang penting untuk transisi energi hijau, dan sangat diminati oleh negara-negara seperti China, Rusia, Amerika Serikat, dan Eropa.
“Sampai saat ini, ini adalah deposit tanah jarang terbesar di Kazakhstan,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Kazakhstan, dikutip dari AFP, Minggu (6/4/2025).
Deposit tersebut ditemukan di wilayah Karaganda, Kazakhstan tengah, dan diketahui mengandung cerium, lantanum, neodymium, dan yttrium.
Pengumuman penemuan ini terjadi pada malam menjelang pertemuan puncak pertama Uni Eropa-Asia Tengah, yang dimulai di Uzbekistan. Uni Eropa, Rusia, China, dan Turki termasuk di antara negara-negara yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan yang kaya sumber daya tersebut.
KTT tersebut mempertemukan para pemimpin lima negara Asia Tengah, yaitu Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa.
Menurut perkiraan Kementerian Perindustrian Kazakhstan, jumlah sumber daya prospektif di lokasi baru yang dijuluki ‘Kazakhstan Baru’ tersebut, dapat meningkat hingga lebih dari 20 juta ton, tergantung pada verifikasi dan penelitian tambahan.
“Hal ini dapat menempatkan Kazakhstan di antara negara dengan cadangan tanah jarang teratas di dunia di masa mendatang,” tambah kementerian tersebut.
Uni Eropa, yang bertujuan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, tertarik pada logam langka dan sumber daya alam di kawasan tersebut.
Kazakhstan, bekas republik Soviet, tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi deposit tanah jarangnya. Saat ini mereka juga tengah merayu investor asing untuk berinvestasi.
(rns/hps)