Kasus: Tawuran

  • Polda Metro Tebar Pesan Kamtibmas dari Masjid ke Masjid Lewat ‘Jumling’

    Polda Metro Tebar Pesan Kamtibmas dari Masjid ke Masjid Lewat ‘Jumling’

    Jakarta

    Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya terus menyebarkan pesan-pesan dalam upaya membangun keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dari masjid ke masjid. Program yang dinamakan ‘Jumat Keliling’ ini digelar sebagai bagian dari cooling system untuk menciptakan kesejukan dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

    “Program Jumling ini adalah sarana Polri untuk hadir di tengah masyarakat, menyampaikan pesan-pesan kamtibmas, serta mempererat silaturahmi dalam rangka menjaga stabilitas keamanan di wilayah hukum Polda Metro Jaya,” kata AKBP Sujanto, dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (18/10/2025).

    Kegiatan yang diawaki Direktorat Binmas Polda Metro Jaya kali ini digelar di Masjid Al-Furqon, Jalan Jambu Air, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, pada Jumat, 17 Oktober 2025. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kasubditbintibsos Ditbinmas Polda Metro Jaya, AKBP Sujanto, bersama tim Jumling Ditbinmas.

    AKBP Sujanto mengatakan kegiatan Jumling ini bukan sekadar bagian dari program kepolisian, tetapi wujud nyata dalam memperkuat silaturahmi dan sinergi kepolisian dan masyarakat.

    “Mari kita bersama-sama menjaga keamanan dan menjauhi segala bentuk kekerasan, tawuran, serta tindakan anarkistis. Keamanan adalah tanggung jawab dan milik kita bersama,” ajak AKBP Sujanto.

    Ketua DKM Masjid Al-Furqon, Ustaz Safrudin, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kunjungan serta perhatian dari jajaran Ditbinmas Polda Metro Jaya.

    “Kami sangat berterima kasih atas kedatangan dan kepedulian dari pihak kepolisian. Semoga Polri selalu diberikan kesehatan, kekuatan, dan keberkahan dalam menjalankan tugas menjaga keamanan bangsa,” tutur Ustaz Safrudin.

    (mea/dhn)

  • Polisi periksa tiga saksi soal pelajar tewas tenggelam di Cengkareng

    Polisi periksa tiga saksi soal pelajar tewas tenggelam di Cengkareng

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian memeriksa tiga orang saksi dalam kasus pelajar berinisial MAM (17) yang tewas tenggelam di Kali Green Court, kawasan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, pada Jumat (10/10).

    “Sejauh ini sudah kita periksa tiga saksi. Pertama, teman korban yang berhasil diselamatkan, kemudian dua lainnya saksi di lokasi. Jadi masih kita selidiki,” kata Kapolsek Cengkareng Kompol Fernando Saharta Saragi saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

    Pihak kepolisian pun telah mengambil sejumlah rekaman CCTV di sekitar lokasi untuk kepentingan penyelidikan.

    Sebelumnya, seorang pelajar berinisial MAM (17) tewas tenggelam di Kali Green Court, kawasan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Jumat (10/10), saat berusaha melarikan dari kejaran warga.

    Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, AKP Parman Gultom mengatakan bahwa remaja itu melarikan diri bersama seorang temannya dengan menceburkan diri ke Kali Green Court.

    “Jadi mereka ini diduga terlibat tawuran di sekitar lokasi. Warga yang kesal itu mengejar mereka. Nah, korban sama temannya ini kabur, panik, cebur ke kali,” kata Gultom saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/10.

    Melihat dua remaja yang terjun ke kali, kemudian warga berusaha menyelamatkan keduanya dengan menyodorkan bambu.

    “Satu pelajar berhasil diselamatkan, namun pelajar lain tidak terselamatkan. Kalau dari kesaksian pelajar yang selamat, korban ini tidak bisa berenang. Warga sudah berusaha selamatkan,” ujarnya.

    Menurut dia, lumpur yang cukup tebal di Kali Green Court diduga semakin membuat korban kesulitan berenang.

    Usai insiden itu, Tim SAR dilibatkan untuk mencari korban yang tenggelam pada Jumat (10/10) sore. “Kemudian, tidak lama setelah tenggelam itu, korban berhasil ditemukan,” kata Gultom.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapas: Marak tawuran pelajar di Jakbar imbas tempat tinggal sempit

    Bapas: Marak tawuran pelajar di Jakbar imbas tempat tinggal sempit

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pemasyarakatan (Bapas) Jakarta Barat mengungkapkan bahwa marak tawuran yang melibatkan anak di wilayah tersebut salah satunya akibat tempat tinggal yang sempit.

    Kepala Bapas Kelas I Jakbar Sri Susilarti di Jakarta, Rabu, mencontohkan latar belakang tawuran pelajar di wilayah Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Tambora.

    “Banyak rumah-rumah di wilayah itu cukup sempit ya, yang bisa timbulkan kenakalan-kenakalan terhadap (oleh) anak. Karena apa? Orang tua misalnya hanya mempunyai rumah kontrakan yang kecil satu kamar. Sementara mereka tidur akan bergantian. Di saat malam, sementara orang tuanya istirahat tidur, mereka (anak) bermain dengan teman-temannya,” katanya.

    Menurut dia, keadaan ekonomi warga yang tergambar pada kondisi tempat tinggal salah satu faktor yang secara sistemik menyebabkan tawuran pelajar.

    “Jadi memang ekonomi juga merupakan satu pencetus juga kenakalan-kenakalan terhadap anak,” kata dia.

    Selain faktor tempat tinggal, kata dia, provokasi dari orang dewasa yang tidak bertanggung jawab juga menjadi faktor signifikan anak terlibat tawuran.

    “Setelah terjadi tawuran, orang dewasanya lari, sementara yang kena anak-anak. Karena anak-anak ini kan belum tahu. Asal diajak, ikut aja. Atau bisa juga dia enggak tahu, tiba-tiba disuruh pegang senjata, tiba-tiba terjadi penyergapan dari polisi,” katanya.

    Ia menyebut faktor paling mudah diamati, yakni provokasi lewat media sosial antara sesama pelajar atau remaja.

    “Tawuran ini kan memang sering karena spontanitas lihat di media sosial dan kemudian pastinya ada momen-momen tertentu ya, misalnya ujian, pengumuman sekolah atau mungkin di sekolah lain ada isu-isu yang memang ternyata mencetus terjadinya tawuran,” kata Sri.

    Menindaklanjuti hal itu, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah, salah satunya dengan konseling terhadap anak berhadapan hukum sekaligus orang tua mereka.

    “Memang banyak permasalahan yang muncul dari orang tua, mereka juga kesulitan menangani anak karena dia harus mencari pekerjaan, nafkah. Sementara anak-anak tidak diberikan perhatian. Senin (13/10) kemarin kita konseling 20 ABH dan orang tua mereka. Jadi kita beri pemahaman dan solusi juga ke orang tua mereka,” ujar dia.

    Anak-anak yang dibina di Bapas Jakbar selain diberi konseling agama, sosial, dan bela negara, juga dibekali keterampilan dunia kerja.

    “Kita kerja sama dengan PPKD (Pusat Pelatihan Kerja Daerah) atau pihak-pihak lain yang memberikan keterampilan. Contoh kemarin, pelatihan perawatan atau perbaikan AC, itu minatnya banyak,” katanya.

    Pihaknya juga secara berkala mengunjungi sekolah-sekolah di Jakarta Barat bersama pihak penegak hukum.

    “Contohnya program Bapas go to School. Penyuluhan ke pelajar, kerja sama dengan kepolisian. Kita memberikan pengarahan atau penyuluhan hukum kepada pelajar bahwa tawuran itu akan berakibat pada pidana dan masyarakat,” ujarnya.

    Sejak Januari sampai dengan Oktober 2025, pihaknya telah menangani 20 kasus tawuran yang melibatkan anak atau pelajar.

    “Itu per kasus ya, belum jumlah anak yang terlibat. Wilayah Jakarta Barat memang terbanyak untuk DKI, khusus untuk kasus kekerasan yang melibatkan anak. Dan kita upayakan untuk terus dievaluasi,” demikian Sri.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: M. Hari Atmoko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemkot Jakbar kerahkan Satpol PP cegah tawuran di Rusun Pesakih

    Pemkot Jakbar kerahkan Satpol PP cegah tawuran di Rusun Pesakih

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat mengerahkan personel Satpol PP di sejumlah titik untuk mencegah aksi tawuran remaja di sekitar Rusun Pesakih, Duri Kosambi, Cengkareng.

    “Kami menempatkan petugas Satpol PP Kecamatan dan Kelurahan, bersama unsur aparat keamanan lainnya di titik-titik rawan tawuran,” kata Camat Cengkareng Ahmad Faqih, Selasa, menanggapi tawuran remaja yang kerap terjadi di Rusun Pesakih, Duri Kosambi, Cengkareng.

    Menurut dia, tawuran remaja merupakan imbas tidak efektifnya sejumlah lembaga yang seharusnya melakukan pembinaan dan pendidikan mental kepada anak-anak.

    “Cara mencegah tawuran, dengan memberikan pendidikan mental, spiritual, kedisiplinan, nasionalisme dan patriotisme melalui lembaga-lembaga kompeten seperti Paskibra, PMR, karang taruna dan Pramuka,” kata Faqih.

    Oleh karena itu, dia meminta Majelis Pembina Pramuka Cabang (Mabicab) Jakarta Barat untuk menjadikan wilayah Cengkareng sebagai pilot project kegiatan Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib bagi siswa. Jadi semua siswa dari jenjang SD, SMP, SMA/K wajib mengikuti kegiatan pramuka.

    Sementara itu, Kepala Satpol PP Jakarta Barat, Agus Irwanto menerangkan bahwa masalah tawuran remaja itu bukan semata-mata menjadi bagian tugas Satpol PP.

    “Penanganannya pada tingkat pengendali di wilayah. Jadi mereka berkolaborasi dengan semua elemen, mulai dari unsur tiga pilar, dunia pendidikan, pengurus RT dan RW serta lainnya untuk mengatasi permasalah tersebut. Jadi bukan hanya Satpol PP, tapi pembinaan dan pencegahannya menjadi tanggungjawab bersama,” jelasnya.

    Diketahui, viral di media sosial aksi tawuran yang kerap dilakukan sekelompok remaja di sekitar Rumah Susun (Rusun) Pesakih, Cengkareng, Jakarta Barat.

    Aksi itu itu membuat warga resah. Kesaksian sejumlah warga, frekuensi terjadinya tawuran di lokasi itu kembali marak beberapa pekan belakangan.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Keluarga Tak Percaya Pelajar Tewas Tenggelam di Kali Cengkareng Terlibat Tawuran
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        14 Oktober 2025

    Keluarga Tak Percaya Pelajar Tewas Tenggelam di Kali Cengkareng Terlibat Tawuran Megapolitan 14 Oktober 2025

    Keluarga Tak Percaya Pelajar Tewas Tenggelam di Kali Cengkareng Terlibat Tawuran
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Keluarga MAM (16), siswa SMK yang ditemukan tewas tenggelam di Kali Green Court, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Jumat (10/10/2025) lalu meragukan pernyataan bahwa korban terlibat tawuran.
    Candra (35), kakak sulung almarhum, menceritakan sosok MAM di mata keluarga sangatlah jauh dari citra pelajar yang gemar berkelahi dan ikut tawuran.
    “Pribadinya orang baik. Pendiam, tanggung jawab dia mah. Paling sayang sama emak saya,” ungkap Candra saat ditemui
    Kompas.com
    , Selasa (14/10/2025).
    Candra menyebut dirinya mendapat kabar sekitar pukul 17.00 WIB dari seorang satpam yang datang ke rumahnya dengan tergesa-gesa dan menanyakan nama adiknya.
    Tak lama, seorang tetangga menunjukkan foto dari grup WhatsApp Damkar yang memperlihatkan sesosok remaja yang tenggelam.
    “Saya lihat fotonya, ternyata benar (MAM). Itu baju-baju saya yang sering saya pakai, dipakai sama dia,” ucap Candra.
    Dia pun bergegas menuju ke lokasi kejadian yang telah dipenuhi oleh polisi dan petugas damkar.
    Namun, Candra mengaku menemukan sejumlah kejanggalan saat mendalami informasi kejadian.
    Lokasi kejadian, menurut dia, bukanlah jalur yang lazim digunakan untuk tawuran, melainkan sebuah area parkir di dalam permukiman warga.
    “Saya juga curiga sama warga. Ini dikejar sama warga apa sama pelajar? Kok sampai ke situ-situ? Itu kan bukan jalur tawuran,” ujarnya.
    Berdasarkan informasi yang ia kumpulkan, adiknya bersama seorang teman melarikan diri hingga menjebol pagar bambu dan tercebur ke kali.
    Temannya berhasil selamat karena jatuh dengan posisi kaki terlebih dahulu dan ditolong warga.
    Sementara MAM, yang masuk dengan kepala lebih dulu tak terselamatkan dan tenggelam.
    Meski begitu, Candra menyayangkan sikap warga yang dinilai sengaja membiarkan dan tidak menolong adiknya.
    “Kali itu kecil, enggak dalam. Waktu saya datang, warga bilang enggak tahu, tapi tiap ditanya jawabannya beda-beda. Saya curiga ada yang ditutupin,” katanya.
    Candra juga memastikan jasad sang adik ditemukan dalam kondisi yang utuh tanpa luka sedikit pun.
    Menurut dia, hal itu mencurigakan dan berkebalikan dengan dugaan bahwa MAM terlibat tawuran.
    “Saya sendiri yang mandiin. Enggak ada luka apa-apa, bersih kayak orang tidur, cuma lumpur keluar dari hidung,” ucap dia.
    Kendati demikian, Candra mengaku pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian MAM dan enggan menuduh pihak-pihak lainnya.
    “Kami enggak mau nuduh siapa-siapa, tapi kami ingin kebenaran. Jangan sampai ada lagi anak-anak yang jadi korban kayak gini,” tutupnya.
    Sebelumnya diberitakan, Seorang pelajar berinisial MAM (17) tewas tenggelam di Kali Green Court, kawasan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, pada Jumat (10/10/2025).
    Korban diketahui tenggelam saat berusaha melarikan diri dari kejaran warga usai terlibat tawuran di sekitar lokasi.
    “Jadi mereka ini tawuran di sekitar lokasi. Warga yang kesal itu mengejar mereka. Nah, korban sama temannya ini kabur, panik, cebur ke kali,” kata Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, AKP Parman Gultom, dilansir dari Antara, Sabtu (11/10/2025).
    Parman menjelaskan, korban bersama seorang temannya melompat ke kali untuk menghindari kejaran warga. Namun, hanya satu dari keduanya yang berhasil diselamatkan.
    “Satu pelajar berhasil diselamatkan, namun pelajar lain tidak terselamatkan. Kalau dari kesaksian pelajar yang selamat, korban ini tidak bisa berenang. Warga sudah berusaha selamatkan,” ujarnya.
    Ia menambahkan, kondisi kali yang berlumpur tebal diduga membuat korban semakin kesulitan untuk berenang.
    Tim SAR kemudian diterjunkan untuk mencari korban. Tidak lama setelah tenggelam, jenazah korban berhasil ditemukan oleh petugas di sekitar lokasi kejadian.
    “Kemudian, tidak lama setelah tenggelam itu, korban berhasil ditemukan,” kata Parman.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelajar tewas tenggelam, keluarga tepis korban terlibat tawuran

    Pelajar tewas tenggelam, keluarga tepis korban terlibat tawuran

    Jakarta (ANTARA) – Keluarga pelajar berinisial MAM (17) yang tewas tenggelam di Cengkareng, Jakarta Barat pada Jumat (10/10), menepis dugaan bahwa korban terlibat tawuran sebelum kabur dengan menceburkan diri ke Kali Green Crout.

    Kakak sulung korban, Candera Aferiadi (35), di Jakarta, Selasa, menegaskan bahwa adiknya bukan tipe anak yang suka tawuran.

    “Adik saya itu orangnya pendiam, tanggung jawab, dan sayang sama ibu. Dia tiap malam kerja jaga parkiran dari jam tujuh malam sampai tengah malam, baru pulang dan langsung tidur,” kata Candera di rumah korban.

    Candera menceritakan awal mula ia mendapatkan kabar duka tersebut. Sekitar pukul 17.00 WIB, seorang hansip datang ke rumahnya dan memberitahu bahwa terdapat seorang pelajar tenggelam di Kali Green Crout.

    “Pas saya lihat foto di grup Damkar, ternyata benar adik saya. Bajunya baju saya, yang sering dia pakai. Saya langsung ke lokasi, sudah ramai polisi dan petugas Damkar,” kata dia.

    Berdasarkan informasi yang diterima keluarga, korban sempat berada di lokasi bersama teman-temannya sebelum kejadian. Ada kabar bahwa ia berusaha menghindari keributan yang diduga melibatkan pelajar lain, lalu terjatuh ke kali saat berlari.

    “Katanya dia sempat ngumpet, terus ketahuan, mungkin didorong, kepalanya duluan masuk ke kali. Tapi saya juga curiga, kok sampai dikejar sampai ke situ-situ,” kata Candera.

    Dia pun menyoroti kejanggalan di lokasi kejadian. Ia merasa warga yang seharusnya menjadi saksi mata, malah terlihat seperti menutupi sesuatu.

    “Kali itu kecil, enggak dalam. Waktu saya datang, warga bilang enggak tahu, tapi tiap ditanya jawabannya beda-beda. Saya curiga ada yang ditutupi,” katanya.

    Candera juga memastikan, bahwa jasad sang adik dalam kondisi yang utuh tanpa luka sedikit pun. Menurutnya, jika sang adik terlibat dalam tawuran, seharusnya terdapat luka akibat tawuran.

    “Saya sendiri yang mandiin. Enggak ada luka apa-apa, bersih kayak orang tidur, cuma lumpur keluar dari hidung. Kami enggak mau nuduh siapa-siapa, tapi kami ingin kebenaran. Jangan sampai ada lagi anak-anak yang jadi korban kayak gini,” pungkas dia.

    Sebelumnya, Kepolisian mengungkapkan bahwa seorang pelajar tewas tenggelam di Kali Green Court, kawasan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Jumat (10/10), saat berusaha melarikan dari kejaran warga usai terlibat tawuran, pada Jumat (10/10).

    Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, AKP Parman Gultom mengatakan bahwa remaja berinisial MAM (17) itu melarikan diri bersama seorang temannya dengan menceburkan diri ke Kali Green Court.

    “Jadi mereka ini tawuran di sekitar lokasi. Warga yang kesal itu mengejar mereka. Nah, korban sama temannya ini kabur, panik, cebur ke kali,” kata Gultom saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/10).

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Nasib Polisi yang Picu Betrok Dua Desa di Luwu, Gara-gara Anaknya yang Dipukul

    Nasib Polisi yang Picu Betrok Dua Desa di Luwu, Gara-gara Anaknya yang Dipukul

    Sebelumnya, insiden dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berujung pada bentrokan antarwarga dua desa hingga satu unit motor dibakar massa. Peristiwa itu terjadi di wilayah Desa Padang Kalua, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari 11–12 Oktober 2025.

    Kejadian bermula pada Sabtu (11/10/2025) sekitar pukul 20.00 Wita. Saat itu, seorang pelajar bernama Lutfi (16), yang merupakan warga Desa Tanarigella, Kecamatan Bua, diduga menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal di Dusun Baru Tongkon, Desa Padang Kalua. Belakangan diketahui Lutfi ternyata anak anggota Sat Sabhara Polres Palopo, Bripka Ramadhan.

    Mengetahui anaknya dianiaya, ayah korban langsung mendatangi lokasi kejadian. Ia kemudian menjumpai sejumlah remaja yang tengah nongkrong di warung Leamo, dan menanyakan siapa orang yang memukul anaknya.

    Namun, para remaja tersebut mengaku tidak mengetahui pelaku. Saat itulah, Bripka Ramadhan diduga memukul Enal (19), warga Desa Padang Kalua.

    “Namun anak-anak tersebut menjawab tidak tahu sehingga Bripka Ramadhan langsung memukul EN,” kata Kasi Humas Polres Luwu Iptu Yakobus Rimpung dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Minggu (12/10/2025).

    Tak lama kemudian, situasi pun memanas. Sekitar pukul 23.55 Wita, sekelompok pemuda dari Desa Tanarigella mendatangi Desa Padang Kalua untuk melakukan aksi balasan. Mereka menyerang dengan melempar batu ke arah rumah Kepala Desa Padang Kalua, sambil berteriak-teriak.

    Warga Padang Kalua yang mendengar keributan pun keluar dari rumah dan melakukan aksi balasan. Akibatnya, bentrokan dan saling lempar batu pun tak terhindarkan. Arus lalu lintas di jalur trans Palopo–Makassar sempat macet total akibat kejadian itu.

    Sekitar pukul 24.00 Wita, personel Polsek Bua yang dipimpin Kapolsek IPTU Anwar Syamsuddin, tiba di lokasi untuk menenangkan warga. Namun, aksi massa sulit dikendalikan. Salah satu lemparan batu bahkan mengenai kaca depan mobil patroli polisi hingga pecah.

    Kericuhan kemudian berlanjut hingga Minggu (12/10) dini hari pukul 00.20 Wita, ketika seorang remaja bernama Muh. Antas (16), warga Desa Barowa, melintas di lokasi tawuran saat hendak pulang dari rumah temannya di Kota Palopo.

    Karena terjebak di tengah bentrokan, Antas meninggalkan sepeda motor Yamaha Mio M3 DP 3046 US miliknya dan berlari menyelamatkan diri.

    Warga Padang Kalua yang mengira motor tersebut milik kelompok penyerang, kemudian membakar kendaraan itu. “Motor miliknya dibakar warga Padang Kalua karena dikira milik pemuda dari Desa Tanarigella,” terang Iptu Yakobus.

    Sekitar pukul 00.55 Wita, aparat gabungan dari Polres Luwu yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Jody Dharma, akhirnya tiba di lokasi. Polisi langsung membubarkan massa dan menenangkan situasi hingga kondisi kembali kondusif serta arus lalu lintas normal.

    Menurut Kasi Humas Polres Luwu, pihak kepolisian kini masih melakukan penyelidikan terhadap penyebab utama bentrokan, termasuk dugaan pemukulan yang dilakukan oleh oknum polisi.

    “Kronologinya begitu dari Polsek Bua, tawuran dipicu oleh dugaan pemukulan oleh oknum polisi,” ungkap Yakobus.

    Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Luwu AKP Jody Dharma mengatakan, Bripka Ramadhan telah diperiksa untuk dimintai keterangan. Dari hasil pemeriksaan awal, Ramadhan membantah telah memukul korban.

    “Menurut Ramadhan, ia hanya menepis kaki EN satu kali menggunakan helm karena dianggap bersikap kurang sopan saat ditanya. Namun kami masih melakukan pendalaman untuk memastikan kebenarannya,” terang Jody. 

  • Kronologi Oknum Polisi Diduga Pukul Warga hingga Picu Tawuran 2 Desa di Sulsel

    Kronologi Oknum Polisi Diduga Pukul Warga hingga Picu Tawuran 2 Desa di Sulsel

    Liputan6.com, Jakarta – Insiden dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berujung pada bentrokan antarwarga dua desa hingga satu unit motor dibakar massa. Peristiwa itu terjadi di wilayah Desa Padang Kalua, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari (11–12 Oktober 2025).

    Kejadian bermula pada Sabtu (11/10/2025) sekitar pukul 20.00 WITA. Saat itu, seorang pelajar bernama Lutfi (16), yang merupakan warga Desa Tanarigella, Kecamatan Bua, diduga menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal di Dusun Baru Tongkon, Desa Padang Kalua. Belakangan diketahu Lutfi ternyata anak anggota Sat Sabhara Polres Palopo, Bripka Ramadhan.

    Mengetahui anaknya dianiaya, ayah korban langsung mendatangi lokasi kejadian. Ia kemudian menjumpai sejumlah remaja yang tengah nongkrong di warung Leamo, dan menanyakan siapa orang yang memukul anaknya.

    Namun, para remaja tersebut mengaku tidak mengetahui pelaku. Saat itulah, Bripka Ramadhan diduga memukul Enal (19), warga Desa Padang Kalua.

    “Namun anak-anak tersebut menjawab tidak tahu sehingga Bripka Ramadhan langsung memukul EN,” kata Kasi Humas Polres Luwu Iptu Yakobus Rimpung dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Minggu (12/10/2025).

    Tak lama kemudian, situasi pun memanas. Sekitar pukul 23.55 Wita, sekelompok pemuda dari Desa Tanarigella mendatangi Desa Padang Kalua untuk melakukan aksi balasan. Mereka menyerang dengan melempar batu ke arah rumah Kepala Desa Padang Kalua, sambil berteriak-teriak.

    Warga Padang Kalua yang mendengar keributan pun keluar dari rumah dan melakukan aksi balasan. Akibatnya, bentrokan dan saling lempar batu pun tak terhindarkan. Arus lalu lintas di jalur trans Palopo–Makassar sempat macet total akibat kejadian itu.

    Sekitar pukul 24.00 Wita, personel Polsek Bua yang dipimpin Kapolsek IPTU Anwar Syamsuddin, tiba di lokasi untuk menenangkan warga. Namun, aksi massa sulit dikendalikan. Salah satu lemparan batu bahkan mengenai kaca depan mobil patroli polisi hingga pecah.

    Kericuhan kemudian berlanjut hingga Minggu (12/10) dini hari pukul 00.20 Wita, ketika seorang remaja bernama Muh. Antas (16), warga Desa Barowa, melintas di lokasi tawuran saat hendak pulang dari rumah temannya di Kota Palopo. Karena terjebak di tengah bentrokan, Antas meninggalkan sepeda motor Yamaha Mio M3 DP 3046 US miliknya dan berlari menyelamatkan diri.

    Warga Padang Kalua yang mengira motor tersebut milik kelompok penyerang, kemudian membakar kendaraan itu.

    “Motor miliknya dibakar warga Padang Kalua karena dikira milik pemuda dari Desa Tanarigella,” terang Iptu Yakobus.

    Sekitar pukul 00.55 Wita, aparat gabungan dari Polres Luwu yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Jody Dharma, akhirnya tiba di lokasi. Polisi langsung membubarkan massa dan menenangkan situasi hingga kondisi kembali kondusif serta arus lalu lintas normal.

     

  • Jalan Malaka Rorotan Sering Jadi Lokasi Tawuran, Warga: Polisi Jarang Patroli
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Oktober 2025

    Jalan Malaka Rorotan Sering Jadi Lokasi Tawuran, Warga: Polisi Jarang Patroli Megapolitan 12 Oktober 2025

    Jalan Malaka Rorotan Sering Jadi Lokasi Tawuran, Warga: Polisi Jarang Patroli
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah warga mengatkaan, polisi jarang melakukan patroli, meski Jalan Malaka 4, RW 06, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, sering dijadikan sebagai tempat tawuran.
    “Jarang patroli di sini makanya sering terjadi tawuran,” ujar salah satu warga bernama Ahmad (57) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, (12/10/2025).
    Ahmad mengaku, hampir setiap akhir pekan, di depan rumahnya selalu terjadi tawuran.
    Lebih bahayanya lagi, para pelaku tawuran selalu membawa senjata tajam (sajam). Hal tersebut lah yang membuat warga resah dan kerap kali ketakutan.
    “Ya Allah, bukan meresahkan lagi, saya ngeri melihatnya membahayakan bange cuma gimana mau misahin saya takut dibacok orang panjang-panjang banget parangnya hampir beraa biji,” kata Ahmad.
    Warga lain bernama Yakum (39) juga menyebut polisi jarang berpatroli di Jalan Malaka 4 Rorotan.
    “Enggak ada yang patroli di sini,” ucap dia.
    Alhasil, Yakum tak berani keluar rumah selama tawuran itu terjadi di depan rumahnya.
    Bahkan, dia mengaku, jam istirahatnya terganggu setiap kali terjadi tawuran.
    Yakum berharap, polisi bisa lebih sering melakukan patroli di Jalan Malaka 4 agar tawuran tidak terjadi lagi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelaku Tawuran di Rorotan Rusak Jemuran hingga Rumah Warga
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Oktober 2025

    Pelaku Tawuran di Rorotan Rusak Jemuran hingga Rumah Warga Megapolitan 12 Oktober 2025

    Pelaku Tawuran di Rorotan Rusak Jemuran hingga Rumah Warga
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Para pelaku tawuran pernah merusak jemuran dan rumah warga di Jalan Malaka 4, RW 06, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.
    “Pernah dulu sekali merusak rumah warga,” ucap salah satu warga bernama Ahmad (57) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Minggu (12/10/2025).
    Selain itu, Ahmad mengaku, jemuran miliknya di samping rumah pernah dirusak para pelaku tawuran.
    “Jemuran saya diambil, bambunya buat mukulin rumah orang di depan, saya cariin pagi-pagi kok bambunya enggak ada ternyata ada di sana buat ngerusakin rumah orang, bambu saya hancur,” kata Ahmad.
    Bagi Ahmad, aksi tawuran yang sering terjadi setiap akhir pekan di depan rumahnya sangat meresahkan.
    Sebab, mereka tawuran dengan menggunakan senjata tajam (sajam) sehingga membahayakan warga sekitar.
    Selain itu, tawuran tersebut juga kerap terjadi dini hari, sehingga menganggu jam istirahat warga sekitar.
    Sementara warga lain bernama Yakum (39) mengaku rumahnya tak pernah dirusak pelaku tawuran.
    Hanya saja, aksi tawuran tersebut sering kali membuatnya takut.
    “Takut juga sih kalau keluar, karena katanya bawa sajam. Saya dengar suara kencang,” ucap Yakum.
    Merasa takut, Yakum memutuskan untuk bertahan di dalam rumah, sebab ia takut menjadi sasaran para pelaku tawuran.
    Terlebih lagi, para pelaku tawuran tersebut bukan merupakan remaja sekitar dan Yakum tak mengenalnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.