Kasus: Tawuran

  • Ini yang Terjadi Sebelum Kapolres Belawan AKBP Oloan Tembak Mati Remaja Tawuran
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        5 Mei 2025

    Ini yang Terjadi Sebelum Kapolres Belawan AKBP Oloan Tembak Mati Remaja Tawuran Medan 5 Mei 2025

    Ini yang Terjadi Sebelum Kapolres Belawan AKBP Oloan Tembak Mati Remaja Tawuran
    Editor
    KOMPAS.com –
    Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan, mengaku diserang oleh dua remaja yang ditembaknya saat dua remaja dan kelompoknya terlibat tawuran di jalan Tol Belmera, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (4/5/2025).
    Salah satu remaja, inisial MS (15), meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.
    Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan menjelaskan, dari keterangan Oloan, kejadian bermula saat Oloan memimpin apel untuk mengantisipasi tawuran susulan di kawasan simpang Kantor Camat Belawan, Sabtu (3/5/2025) malam sekitar pukul 19.30 WIB.
    Ia kemudian siaga di posko Berkawan hingga pukul 02.00 WIB.
    Namun, dalam perjalanan memantau wilayah lain, tepatnya di Tol Belmera, mobil dinas yang ditumpanginya diadang oleh sekitar 10 orang pelaku tawuran.
    “Mereka sekitar 10 orang dan mengayunkan klewang ke mobil dinas Kapolres Pelabuhan Belawan. Selain itu, mobilnya juga terkena tiga lemparan batu,” ujar Ferry, Minggu.
    Melihat situasi kian memburuk, Oloan turun dari mobil dan sempat melepaskan tiga kali tembakan peringatan. Namun, para pelaku tetap menyerang menggunakan mercon dan batu.
    “Dia mengarahkan tembakan ke bagian kaki para pelaku. Tapi kondisi di lokasi kurang terang,” sebut Ferry.
    Akibatnya, dua remaja tertembak. MS mengalami luka di bagian perut dan B (17) terluka di tangan.
    Keduanya dilarikan ke RS Bhayangkara Medan. Namun, MS akhirnya meninggal dunia saat dirawat.
    Usai insiden, Oloan langsung menghubungi Waka Polres Pelabuhan Belawan untuk meminta bantuan personel tambahan.
    Tak lama, puluhan polisi tiba dan melakukan penyisiran di lokasi kejadian.
    “Hasilnya, ada 20 orang yang ditangkap diduga melakukan penghadangan dan tawuran. Dari 20 orang, ada 14 orang positif narkoba jenis ganja,” ujar Ferry.
    (Penulis: Kontributor Medan Rahmat Utomo)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tawuran di Manggarai, Pelaku Beraksi Saat Polisi Tinggalkan Pos Pantau

    Tawuran di Manggarai, Pelaku Beraksi Saat Polisi Tinggalkan Pos Pantau

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim

    TRIBUNJAKARTA.COM, TEBET – Para pelaku tawuran di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, beraksi saat polisi meninggalkan pos pantau.

    Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Murodih mengatakan, saat itu polisi yang biasa berjaga di pos pantau tengah berkeliling untuk patroli.

    “Ketika 10 menit ditinggal, terjadilah tawuran di terowongan itu,” kata Murodih kepada wartawan, Senin (5/5/2025).

    Murodih menjelaskan, para pelaku tawuran kerap mencari celah dengan menunggu polosi meninggalkan pos pantau.

    Ia menyebut pihak kepolisian bakal meningkatkan pengawasan di pos pantau untuk mencegah tawuran kembali terulang

    “Jadi dia nunggu kalau keberadaan kita, kita nggak akan tahu. Memang kalau bisa jangan ditinggal, harus stand by di situ,” ujar Kasi Humas.

    Aksi tawuran di Manggarai mengakibatkan satu orang terluka parah. Seorang juru parkir berinisial MLF mengalami luka bacok di bagian kepala.

    “Satu orang korban terkena luka bacok di bagian kepala,” kata Murodih.

    “Dia kan sebetulnya itu tukang parkir ya, memang dia waktu itu dia ada di sekitar situ, sehingga dia jadi korban,” imbuh dia.

    Saat ini, korban masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

    Adapun aksi tawuran itu terjadi pada Minggu (4/5/2025) malam. Video yang merekam peristiwa tersebut viral di media sosial.

    Dalam video yang beredar, dua kelompok warga berkumpul di terowongan Manggarai dan terlibat saling serang.

    Mereka melemparkan batu hingga menyalakan petasan dan mengarahkannya ke kelompok lawan.

    Beberapa pelaku tawuran juga terlihat membawa berbagai jenis senjata tajam.

    “Jadi memang dipicu dari bunyi petasan. Informasinya dari RW 12 yang mengarah ke RW 4. Kebetulan ya karena ada bunyi-bunyi begitu, mungkin direspon sama RW 4 ya, akhirnya timbul terjadi ribut,” ujar Murodih.
      

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

     

  • Tawuran di Manggarai, Polisi Tegaskan CCTV Pos Pantau Masih Aktif
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Mei 2025

    Tawuran di Manggarai, Polisi Tegaskan CCTV Pos Pantau Masih Aktif Megapolitan 5 Mei 2025

    Tawuran di Manggarai, Polisi Tegaskan CCTV Pos Pantau Masih Aktif
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kamera pengawas (CCTV) di Pos Pantau Manggarai masih aktif untuk mencegah kejadian yang tak diinginkan seperti
    tawuran
    .
    “CCTV masih aktif, jadi dari sini kendalinya. Itu kan banyak, ada beberapa titik,” kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Murodih dikutip dari Antara, Senin (5/5/2025).
    Menurut dia, melalui CCTV itu pihaknya bisa mendeteksi mulai dari pakaian hingga ciri-ciri fisik pelaku yang mencurigakan.
    Oleh karena itu, pihaknya selalu berjaga selama 24 jam untuk memastikan penjaga maupun kamera pengawas (CCTV) selalu tersedia memantau tawuran.
    “Kalau malam pasti karena kita pas di situ. Polda, Polres pasti di situ nongkrongnya,” ujarnya.
    Sebelumnya, tukang parkir berinisial MLF (24) menjadi korban pembacokan dalam tawuran antarwarga di Manggarai, Jakarta Selatan, pada Minggu malam.
    “Memang dia warga Manggarai, kebetulan pekerjaan dia tukang parkir di sekitaran stasiun Manggarai,” jelas Murodih saat ditemui, Senin.
    Murodih menjelaskan, mulanya MLF melihat ada keributan yang terjadi di dekat tempatnya bekerja. Karena merasa penasaran, ia mendekati kerumunan warga yang sedang berseteru.
    “Pada waktu itu memang setelah dia mungkin melihat adanya keributan, ya dia mungkin spontan mengarah ke sana,” lanjutnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelajar di Jabar Dilarang Naik Motor ke Sekolah, Ini Alasannya

    Pelajar di Jabar Dilarang Naik Motor ke Sekolah, Ini Alasannya

    Jakarta

    Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi mengumumkan kebijakan baru saat memperingati Hari Pendidikan Nasional di Lapangan Rindam III Siliwangi, Jumat (2/5). Dia mengharamkan pelajar setempat pergi ke sekolah naik sepeda motor.

    Selain tak boleh naik sepeda motor, pelajar juga diharamkan membawa ponsel ke sekolah. Sebab, penggunaan perangkat tersebut kerap menimbulkan distraksi dalam kegiatan belajar.

    Sementara untuk larangan membawa motor, kata Dedi, berkaitan erat dengan keselamatan dan kepatuhan terhadap hukum. Dia menegaskan, aturan terkait berlaku untuk semua jenjang sekolah, baik SD, SMP maupun SMA. Dia menganggap, mereka belum cukup umur untuk membawa kendaraan pribadi.

    “Untuk anak SMA itu yang belum cukup umur tidak boleh bawa kendaraan bermotor,” ungkapnya.

    Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa saat meninjau program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari. ANTARA FOTO/Abdan Syakura/bar Foto: ANTARA FOTO/ABDAN SYAKURA

    Dedi menjelaskan, larangan siswa membawa sepeda motor ke sekolah harus diberlakukan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

    Dalam aturan itu, dia mengungkap, setiap pengemudi diwajibkan memiliki dokumen seperti SIM dan STNK untuk berkendara di jalan raya. Itulah mengapa, Dedi ingin agar aturan tersebut ditegakkan khususnya untuk kalangan siswa sekolah.

    “Kan itu undang-undang lalu lintas. Selama ini penegakannya tidak bisa berjalan karena ada keraguan tindakan di lapangan,” kata dia.

    Sebelumnya, Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana pernah menjelaskan, usia minimal untuk membawa motor pribadi adalah 17 tahun lebih. Sementara di bawah itu, pengendara harus berada di bawah pantauan orang tua.

    “Kewaspadaan dalam mengemudikan motor pada kondisi lalu lintas yang mobile belum ada di pikiran anak-anak, sehingga risiko bahaya terabaikan oleh lebih tingginya faktor ego dan emosi,” ujar Sony kepada detikOto, belum lama ini.

    Itulah mengapa, untuk membuat SIM, seseorang harus berusia 17 tahun. Bukan tanpa alasan, dalam lembar putusan MK soal masa berlaku SIM seumur hidup, usia minimal 17 tahun sebagai syarat pembuatan SIM sudah mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya psikologi.

    Sementara itu, pelajar sekolah di Indonesia rata-rata baru berusia 17 tahun di kelas 3 SMA. Maka, apa yang disampaikan Dedi terdengar masuk akal.

    (sfn/rgr)

  • Kapolda Sumut Ajukan Pencopotan Kapolres Belawan atas Kasus Penembakan Remaja: Agar Tidak Mengganggu – Halaman all

    Kapolda Sumut Ajukan Pencopotan Kapolres Belawan atas Kasus Penembakan Remaja: Agar Tidak Mengganggu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kasus penembakan terhadap remaja yang dilakukan oleh Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Oloan Siahaan kini berbuntut panjang.

    Kepala Kepolisian Daerah Sumatra Utara Irjen Whisnu Hermawan Februanto akan mengambil sikap tegas terhadap kasus tersebut.

    Kapolda Sumut itu berencana untuk segera menonaktifkan AKBP Oloan Siahaan dari jabatannya saat ini.

    “Kami memohon melaporkannya kepada Mabes Polri untuk bisa memeriksa Kapolres Belawan secara transparan dan meminta meminta persetujuan dari Mabes Polri untuk menonaktifkan Kapolres sementara waktu,” kata Irjen Whisnu Hermawan Februanto, Senin (5/5/2025).

    “Biar diperiksa dulu, agar tidak menggangu ya. Karena ini kita transparan. Kami memohon kepada Mabes Polri untuk menonaktifkan Kapolres terlebih dahulu demi pemerikasaan,” sambungnya.

    Ia lebih lanjut menerangkan bahwa Bid Propam, Inspektur Pengawas Daerah, Ditreskrimum Polda Sumut sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus penembakan ini.

    Korban Penembakan

    Seorang remaja yang bernama Muhammad Syuhada dinyatakan meninggal dunia pada Senin (5/5/2025) pagi setelah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit.

    Korban diduga mengalami luka tembak bagian di bagian perut sebelah kanan, menembus ke belakang.

    Sementara itu, satu rekannya berinisial B (17) yang juga diduga ditembak masih menjalani perawatan intensif.

    Sasaran Serangan Brutal

    Sebelumnya, Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan menjadi sasaran serangan brutal sekelompok pemuda bersenjata tajam saat melintas di Tol Belmera, Minggu (4/5/2025) dini hari.

    Kejadian bermula setelah Kapolres memimpin langsung apel pengamanan menyusul pecahnya tawuran antara kelompok pemuda Lorong Stasiun dan Lingkungan 13 Selebes di kawasan Jalan Stasiun Belawan, sekitar pukul 19.30 WIB.

    Usai apel dan patroli, Kapolres bergerak pulang sekitar pukul 01.35 WIB.

    Namun sekitar pukul 02.05 WIB, saat melintasi Tol Belmera, mobil dinas Kapolres diadang oleh sekitar 10 pemuda yang secara ilegal berada di jalur tol sambil mengacungkan senjata tajam jenis celurit dan kelewang.

    Bukan hanya mengadang, kelompok ini secara membabi buta menyerang mobil dinas, melempar batu, petasan roket, dan mengejar kendaraan dinas polisi.

    Pelaku penyerangan juga sempat mencoba mengayunkan kelewang ke arah Kapolres, beruntung berhasil dihindari dan hanya menyabet bagian mobil.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunMedan.com dengan judul Diduga Tembak Remaja Tawuran di Tol hingga Tewas, Kapolres Pelabuhan Belawan akan Dinonaktifkan

    (Tribunnews.com/David Adi) (TribunMedan.com/Fredy Santoso)

  • Tawuran antarwarga di Manggarai dipicu letusan petasan

    Tawuran antarwarga di Manggarai dipicu letusan petasan

    Peristiwa tawuran yang terjadi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (4/5/2025). ANTARA/HO-Instagram/jakartaselatan24jam.

    Tawuran antarwarga di Manggarai dipicu letusan petasan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 05 Mei 2025 – 14:29 WIB

    Elshinta.com – Kepolisian mengungkapkan tawuran yang terjadi antarwarga RW 12 dan RW 04 di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan dipicu letusan petasan.

    “Jadi  dipicu dari bunyi petasan, informasinya dari RW 12 yang diarahkan ke RW 04,” kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Murodih kepada wartawan di Jakarta, Senin.

    Murodih yang merupakan mantan Kapolsek Tebet mengatakan selama 15 tahun menjabat,  peristiwa seperti ini seharusnya bukan hal yang ekstrem.

    Terlebih,  tawuran seperti ini terjadi begitu saja secara turun temurun.

    “Tawuran ini kalau saya lihat cuma gengsi-gengsi saja layaknya. Mungkin RW sana tadinya merasa ada yang kalah atau jadi korban, besok yang kalah dendam kesal lagi,” ujarnya.

    Ke depan, Polres Jakarta Selatan akan meningkatkan patroli dan melakukan pendekatan kepada ketua lingkungan agar kejadian tawuran tak terus terulang.

    “Kami tetap patroli dan pendekatan sama ketua lingkungan, jangan sampai ada tawuran lagi sehingga merugikan untuk lingkungan sendiri maupun penjalan atau pengguna jalan,” ujarnya.

    Kepolisian mengamankan satu orang korban pembacokan yang merupakan tukang parkir berinisial MLF dari tawuran Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (4/5) malam.

    Viral di media sosial terjadi tawuran di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (4/5) malam.

    Sumber : Antara

  • Duduk Perkara Kapolres Belawan Diduga Tembak Remaja hingga Tewas, Oloan Siahaan Jadi Target Serangan – Halaman all

    Duduk Perkara Kapolres Belawan Diduga Tembak Remaja hingga Tewas, Oloan Siahaan Jadi Target Serangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan, diduga melakukan penembakan terhadap remaja yang terlibat tawuran di Jalan Tol Belawan, Medan, Sumatra Utara, Minggu (4/5/2/025).

    Akibat penembakan tersebut, seorang remaja berinisial MS (15), warga Kecamatan Medan Labuhan, meninggal dunia.

    Korban diduga mengalami luka tembak di bagian perut sebelah kanan, menembus ke belakang.

    Sementara seorang remaja lagi berinisial B (17), yang juga menjadi korban penembakan masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

    Melansir Tribun-Medan.com, kejadian bermula ketika personel Polres Pelabuhan Belawan menerima laporan adanya tawuran antar remaja, Minggu dini hari.

    Kapolda Sumut, Irjen Whisnu Hermawan Februanto mengatakan, tawuran tersebut merembet hingga ke sekitar gerbang tol dan mengganggu pengguna jalan.

    Menerima laporan itu, Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan bergerak ke lokasi, tepatnya di 650 meter, sebelum gerbang Tol Belawan.

    Saat itu, sekelompok remaja diduga melempari kendaraan yang sedang melintas.

    “Jadi bentrokan antar kampung berkembang dari jam 11 malam kemudian ada residunya hingga ke dekat tol.”

    “Ketika Kapolres lewat tol, terjadi pelemparan terhadap beberapa kendaraan yang lewat situ,” kata Whisnu, Senin (5/5/2025).

    Melihat hal itu, Kapolres Pelabuhan Belawan mencoba menghalau. Namun, ia justru menjadi target serangan sekelompok remaja tersebut.

    “Namun mereka melawan, sehingga Kapolres melakukan diskresi menembak para masyarakat tersebut,” terangnya.

    Sementara itu, Oloan mengatakan, kelompok remaja itu menyerang mobil dinas.

    Disebutkannya, mereka juga melempar batu, petasan roket, dan mengejar kendaraan dinas polisi.

    Mereka juga mengayunkan kelewang ke arah Kapolres.

    Ayunan senjata tajam itu bisa dihindari dan hanya mengenai bagian mobil.

    “Sudah diberikan peringatan, tapi mereka tetap menyerang dengan brutal.”

    “Ini bukan lagi tawuran biasa, ini sudah masuk kategori penyerangan terhadap simbol negara,” terang Oloan.

    Akan tetapi, karena serangan terus dilakukan, Oloan akhirnya melepaskan tembakan ke arah para remaja itu untuk membela diri serta menyelamatkan personel kepolisian.

    Menurut Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Ferry Walintu, Oloan menembak ke arah para pelaku sebanyak tiga kali.

    “Dia mengarahkan tembakan ke bagian kaki para pelaku, tapi kondisi di lokasi kurang terang,” tandasnya.

    Buntut penembakan itu, dua remaja berinsiial MS dan B mengalami luka tembak.

    Setelah menjalani perawatan intensif, korban MS dinyatakan meninggal dunia.

    “Memang ada korban, kini sedang dibawa ke rumah sakit. Satu di antaranya meninggal dunia tadi pagi di rumah sakit,” ujar Kapolda Sumut, Irjen Whisnu Hermawan Februanto, Senin.

    Sementara itu, Kapolres Pelabuhan Belawan bakal dinonaktifkan, buntut penembakan tersebut.

    Penonaktifan Kapolres Pelabuhan Belawan ini untuk mempermudah pemeriksaan dan penyelidikan.

    “Kami memohon melaporkannya kepada Mabes Polri untuk bisa memeriksa Kapolres secara transparan.”

    “Dan meminta persetujuan dari Mabes Polri untuk menonaktifkan Kapolres sementara waktu,” ungkapnya.

    “Biar diperiksa dulu agar tidak menggangu ya, karena ini kita transparan. Kami memohon kepada Mabes Polri untuk menonaktifkan Kapolres terlebih dahulu demi pemeriksaan,” urainya.

    Whisnu menegaskan, Bid Propam, Inspektur Pengawas Daerah, Ditreskrimum Polda Sumut sedang melakukan penyelidikan terkait kasus ini.

    Pihaknya juga masih melakukan pemeriksaan terhadap Oloan Siahaan.

    “Kami gak main-main. Apalagi terkait meninggal dunia, transparansi harus ditegakkan.”

    “Ini adalah langkah tegas dari pimpinan Polri, melibatkan tim pidana umum, laboratorium forensik.”

    “Untuk memastikan apa yang terjadi kita mengundang Kompolnas,” tegasnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kronologi Kapolres Pelabuhan Belawan Lepas Tembakan saat Bubarkan Tawuran hingga Satu Remaja Tewas

    (Tribunnews.com/Nanda Lusiana/Febri Prasetyo, Tribun-Medan.com/Fredy Santoso)

  • Setelah Siswa, Warga Dewasa Jadi Target Pembinaan Barak Militer Versi Dedi Mulyadi

    Setelah Siswa, Warga Dewasa Jadi Target Pembinaan Barak Militer Versi Dedi Mulyadi

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, merencanakan perluasan program pembinaan berbasis kedisiplinan militer, tak hanya untuk siswa bermasalah, tetapi juga untuk kalangan dewasa yang melakukan pelanggaran ringan di masyarakat.

    Rencana ini disampaikan usai Dedi meninjau langsung program pendidikan disiplin untuk pelajar yang digelar di Markas Resimen Armed 1 Kostrad, Purwakarta, pada Jumat (2/5/2025).

    “Saya berencana setelah SMP dan SMA ini berhasil, saya lihat nanti sebulan ke depan, maka nanti yang dewasa,” ujar Dedi, dikutip dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Senin (5/5/2025).

    Menurut Dedi, program ini akan menyasar orang dewasa yang kerap menimbulkan keresahan di masyarakat, seperti pelaku tawuran, peminum di tempat umum, serta warga yang sering berkumpul secara tidak produktif di ruang publik.

    “Yang suka nongkrong-nongkrong di perempatan, mabuk-mabukan, tawuran, yang susah diproses pidananya karena tindak pidananya ringan, kalau pun dipidana masuknya LP malah naik tingkatan kejahatannya, nah itu nanti saya siapkan konsepnya,” jelas Dedi.

    Ia menekankan bahwa pendekatan melalui pembinaan disiplin dinilai lebih tepat untuk pelanggar ringan, dibanding langsung memproses hukum yang justru berisiko memperparah perilaku mereka setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.

    Sebagai latar belakang, program pembinaan berbasis militer bagi pelajar bermasalah telah resmi dimulai sejak 2 Mei 2025. Program ini dilaksanakan di sekitar 30 hingga 40 barak militer yang telah disiapkan oleh pihak TNI.

  • Dedi Mulyadi Berencana Sasar Target Baru untuk Program Pendidikan Militer, Orang Dewasa Bisa Kena

    Dedi Mulyadi Berencana Sasar Target Baru untuk Program Pendidikan Militer, Orang Dewasa Bisa Kena

    TRIBUNJAKARTA.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, berencana untuk memperluas cakupan pendidikan militer di barak TNI sebagai bentuk pembinaan bagi masyarakat yang bermasalah.

    Sebagaimana diketahui, Dedi saat ini telah memberlakukan kebijakan mengirim siswa bermasalah ke barak TNI untuk dibina dan diberikan pelatihan karakter.

    Dalam mekanismenya, siswa katagori SMP dan SMA/SMK yang terlibat aksi pergaulan negatif seperti ikut geng motor, tawuran, atau tindakan kriminal lainnya, langsung dikirim ke barak TNI untuk memperoleh pendidikan tersebut.

    Jika hasilnya berdampak positif, Gubernur Jawa Barat itu menyebut ada kemungkinan program ini bakal diperluas dan menjangkau orang dewasa.

    “Saya berencana setelah (pelajar) SMP dan SMA ini berhasil, saya lihat nanti sebulan kedepan ya, jika ini berhasil maka nanti yang dewasa,” kata Dedi Mulyadi dikutip dari tayangan Kompas TV, Senin (5/5/2025).

    Adapun pada katagori dewasa yang dimaksud Dedi ini, yakni masyarakat bermasalah yang suka nongkrong di jalan sambil mabuk-mabukan atau tawuran.

    “Jadi bukan kenakalan remaja aja yang saya tangani, saya akan menangani juga kenakalan dewasa,” kata Dedi.

    Selain itu dalam salah satu pernyataannya, Dedi juga mengatakan ada kemungkinan program pendidikan militer menyasar pada siswa ‘gemulai’.

    Usulan ini pertama kali disampaikan oleh warganet melalui jejaring media sosial.

    Merespon usulan ini, Dedi pun tak menutup kemungkinan bisa saja siswa ‘gemulai’ bakal ikut diberikan pembinaan melalui pendidikan karakter di barak TNI.

    “Komentar di media sosial, Pak Gub, anak-anak yang gemulai suruh pendidikan militer biar tegap, ya bisa saja,” kata Dedi.

    “yang penting ini fokus dulu deh yang bikin resah,” pungkasnya.

    Sempat tuai kritikan

    Sebelumnya, pendidikan militer ala Dedi Mulyadi terhadap para siswa di Jawa Barat yang bermasalah juga menuai banyak kritikan. 

    Salah satu kritikan, datang dari Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono.

    Ono melihat Dedi Mulyadi semestinya memaksimalkan lebih dulu instrumen pemerintah sebelum melibatkan TNI/Polri. 

    Ia melanjutkan kebijakan itu seharusnya disesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini di Provinsi Jawa barat. 

    “Di mana setiap kebijakan harusnya dikomunikasikan, dibahas secara komprehensif. Jangan seperti pemangkasan anggaran, pencoretan anggaran kepada pondok pesantren dan masjid yang akhirnya viral, lalu seketika gubernur mengembalikan lagi anggaran itu,” ujar Ono seperti dikutip dari Nusantara TV yang tayang pada Rabu (30/4/2025). 

    Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat tersebut juga menilai, Dedi harus melibatkan sejumlah pihak sebelum menerapkan kebijakan tersebut. 

    Hal itu bertujuan agar ada tolak ukurnya dalam melihat keberhasilan dari program tersebut. 

    “Saya berharap sebelum itu dilakukan paling tidak ada ahli pendidikan yang diundang, KPAI yang diundang, DPRD diajak bicara, faktor yang bisa dikatakan berhasil atau tidak kan harus ada aturannya. Pada saat masuk ke barak militer dianggap berhasil kan harus ada ukurannya. Ukuran itu harus disepakati,” jelasnya. 

    Ono pun secara blak-blakan menyebut penerapan pendidikan militer di barak bertepatan pada 2 Mei dalam menyambut Hari Pendidikan dinilai gegabah. 

    “Menurut saya, tidak bisa dalam waktu yang sangat singkat misalnya 2 Mei menyambut Hari Pendidikan ya, tiba-tiba dicari anak-anak nakal, tentaranya masuk ke sekolah-sekolah yang enggak bisa gitu juga. Jangan gegabah, masih ada jalan yang baik.”

    “Saran saya, harus dibicarakan secara komprehensif, aspek hukumnya harus jelas dan aspek-aspeknya harus jelas termasuk pembiayaan,” pungkasnya. 

    Didukung sejumlah emak-emak

    Di tengah ramainya pemberitaan kebijakan Dedi Mulyadi yang mengirim siswa bermasalah ke Barak TNI, sejumlah emak-emak juga beri dukungan.

    Emak-emak yang mendukung gebrakan ini justru menilai, pendidikan militer yang dicanangkan Dedi Mulyadi adalah kebijakan yang tepat. 

    Pasalnya, hal ini dianggap mampu membuat anak-anak yang ‘sulit diatur’ agar dapat dibina dengan baik. 

    “Yang menyebut KDM melanggar HAM karena mengirimkan anak-anak ke barak TNI gini, sampeyan paham ora? Itu anak-anak yang tawuran, sampai ngebacok kawannya pakai golok, mabok game online, narkoba sampai ngebangkang dengan orang tuanya.”

    “Mereka semua masih anak-anak di bawah umur dan secara hukum masih tanggung jawab orang tua,” ujar emak-emak tersebut dikutip dari Instagram @satu_kosongdelapan pada Senin (5/5/2025). 

    Emak-emak ini mengatakan bahwa orang tua dari anak yang nakal itu bahkan menyerahkan anak mereka ke barak militer tanpa paksaan. 

    Mereka pun dinilai menyambut baik dengan adanya program tersebut. 

    “Orang tuanya menyerahkan dengan sukacita, paham ora sampeyan? (nanti ada pertanyaan) ‘enggak tepat itu di Barak TNI nanti dengan kekerasan’. Lah bocah seperti itu, dinas sosial yakin dengan kelembutan selesai?” ujarnya. 

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Warga Jakarta Minta Pramono Tiru Dedi Mulyadi yang Kirim Siswa Nakal ke Barak: Tak Bahaya – Halaman all

    Warga Jakarta Minta Pramono Tiru Dedi Mulyadi yang Kirim Siswa Nakal ke Barak: Tak Bahaya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah warga di Jakarta Timur (Jaktim) menyarankan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung agar meniru Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi yang membawa siswa bermasalah ke barak TNI guna dibina.

    Djana, salah satu warga Jaktim, menganggap pembinaan oleh militer selama setengah hingga satu tahun bisa memperbaiki perilaku para siswa nakal

    Djana (63) mendukung kebijakan karena menilai pembinaan militer yang dilakukan selama enam bulan hingga satu tahun tersebut dapat mengubah perilaku anak-anak menjadi lebih baik.

    “Itu memang bagus dilakukan, apalagi untuk anak yang suka tawuran, suka berantem itu wajib dididik sama TNI,” ujar Djana di Jatinegara, Jaktim, Sabtu, (3/5/2025), dikutip dari Tribun Jakarta.

    Dia mengatakan pembinaan itu tidak akan membahayakan para siswa karena programnya berbeda dengan pelatihan untuk tentara.

    Djana mengaku sudah bosan melihatnya banyak kasus tawuran yang melibatkan siswa

    “Harusnya ya kalau mau membina anak menjadi lebih baik Jakarta meniru program Dedi Mulyadi. Karena memang program itu bagus, kan enggak ada salahnya meniru hal yang bagus,” ujar Djana.

    Sepertin Djana, Ucok Siahaan (55), ingin program yang diluncurkan Dedi Mulyadi itu ditiru oleh Pramono Anung.

    “Kalau saya sangat setuju, itu untuk mengurangi kasus tawuran siswa dan pemuda. Walaupun mungkin ada yang enggak setuju tapi saya lihat lebih banyak sisi positifnya,” kata Siahaan.

    Dia menyebut anak-anak perlu dididik disiplin supaya tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

    Menurut dia, pembinaan secara militer bisa menjadi cara mengubah perilaku dan pola pikir anak, tanpa menghilangkan kewajiban anak sekolah untuk belajar.

    Herfianto (30), warga Jaktim lainnya, turut mendukung Pramono agar meniru kebijakan Dedi.

    Kata dia,  sanksi yang dijatuhkan oleh Pemprov DKI Jakarta belum mampu membuat jera para siswa nakal. Sanksi itu misalnya pencabutan KJP.

    “Kadang saya kasihan melihat orang tua dan guru yang dipanggil ke kantor polisi untuk mengurus anak-anak mereka yang tertangkap tawuran, tapi anaknya malah enggak jera,” kata Herfianto.

    “Kalau saya sih mengapresiasi program Pak Dedi Mulyadi. Mungkin bisa dijadikan contoh di Jakarta, maupun Gubernur di daerah lainnya. Karena sekarang tawuran ada di mana-mana,” katanya.

    Penolakan Pramono dan Kritik dari Komnas HAM

    Di sisi lain, Pramono menolak kebijakan pengiriman siswa nakal ke barak militer diterapkan di Jakarta.

    Dia tidak menjelaskannya dengan rinci. Menurut Pramono, dia dan Jakarta punya cara tersendiri.

    “Jakarta punya kebijakan tersendiri, terima kasih,” kata dia ketika ditemui di Balai Kota Jakarta, Jumat, (2/5/2025).

    Sementara itu, Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) tidak sapakat dengan kebijakan Dedi Mulyadi.

    Menurut Ketua Komnas HAM RI Atnike Nova Sigiro, pengiriman siswa nakal akan melanggar hak anak.

    Atnike pun memperingatkan bahwa mengirim siswa ke barak militer sebagai bentuk hukuman adalah bentuk penegakan hukum yang tidak sah, terlebih, jika dilakukan kepada anak-anak di bawah umur yang seharusnya mendapatkan perlindungan hukum.

    “Oh iya dong (keliru). Itu proses di luar hukum kalau tidak berdasarkan hukum pidana bagi anak di bawah umur,” katanya saat ditemui di Kantor Komnas HAM RI, Jakarta Pusat, Jumat (2/5/2025).

    Selain itu, TNI juga tidak mempunyai kewenangan untuk mendidik pelajar dalam bentuk ‘wajib militer’.

    “Itu bukan kewenangan TNI melakukan edukasi-edukasi civic education,” ujar Atnike. 

    Pelibatan TNI dalam kegiatan pendidikan hanya dapat dibenarkan jika bersifat mengenalkan profesi, seperti melalui kunjungan ke markas TNI atau lembaga publik lain.

    Namun, jika dilakukan dalam bentuk pendidikan militer, apalagi sebagai bentuk hukuman, hal itu keliru dan melanggar prinsip hak anak.

    “Pendidikan karier ke markas TNI, rumah sakit, atau tempat kerja itu boleh saja. Tapi kalau dalam bentuk pendidikan militer, itu mungkin tidak tepat,” katanya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Warga Minta Gubernur Pramono Tiru Dedi Mulyadi Kirim Siswa Bermasalah ke Barak TNI: Gak Ada Salahnya
    Penulis: Bima Putra | Editor: Jaisy Rahman Tohir

    (Tribunnews/Febri/Rifqoh/Fersianus Waku/Tribun Jakarta/Bima Putra