Kasus: stunting

  • Inovasi Aplikasi Cegah Stunting dari Telkom Raih Penghargaan Ini

    Inovasi Aplikasi Cegah Stunting dari Telkom Raih Penghargaan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya menurunkan angka prevalensi stunting terus menjadi fokus nasional, seiring dengan pentingnya memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan berdaya saing. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5%, dan pada 2024 angka tersebut turun menjadi 19,8%, capaian ini masih belum memenuhi target RPJMN 2024 sebesar 14%.

    Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tanggap untuk memperkuat upaya pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia. Sebagai bagian dari komitmennya dalam menghadirkan solusi berbasis teknologi untuk isu sosial dan kesehatan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui program Stunting Action Hub berhasil meraih penghargaan.

    Stunting Action Hub memiliki enam implementasi utama, yaitu edukasi kepada kader dan orang tua dalam penggunaan aplikasi, penyajian data analytics stunting, monitoring dan tindakan lapangan, distribusi bantuan TJSL untuk intervensi, pencatatan aksi ke dalam sistem digital, serta pemanfaatan dashboard oleh puskesmas dan perangkat daerah. Sepanjang tahun 2025, program ini telah menjangkau 591 balita, melibatkan 53 kader puskesmas, dan mencakup 42 posyandu di berbagai wilayah Indonesia.

    Melalui pendekatan berbasis data dan sistem digital, program ini berhasil memperkuat koordinasi, mempercepat proses pemantauan, dan memastikan setiap aksi penanganan dilakukan lebih akurat dan efisien.

    “Sebagai perusahaan digital telco, Telkom Indonesia terus berkomitmen menghadirkan inovasi berbasis teknologi yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Senior General Manager Social Responsibility Telkom Indonesia Hery Susanto dalam keterangan resmi, Jumat (7/11/2025).

    Menurutnya, melalui Stunting Action Hub, Telkom ingin menunjukkan bahwa digitalisasi dapat menjadi jembatan antara teknologi dan kemanusiaan serta memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan kesempatan untuk tumbuh sehat melalui solusi yang berkelanjutan dan terintegrasi.

    Program ini telah memberikan dampak sosial yang signifikan, beberapa diantaranya adalah mempermudah kader dalam pengumpulan data dan menjamin akurasi pengukuran, membantu interpretasi hasil yang lebih tepat, dan mempercepat proses pemantauan. Pemerintah daerah, BKKBN, dan puskesmas kini dapat memanfaatkan data dashboard untuk menyusun kebijakan berbasis bukti, sementara orang tua dapat memantau perkembangan balita secara akurat dan berkesinambungan.

    Dengan sistem yang terintegrasi, balita berisiko tinggi dapat lebih cepat terdeteksi dan memperoleh penanganan yang tepat. Program ini bahkan mencatat nilai Social Return on Investment (SROI) sebesar 1:1,75, yang berarti setiap satu rupiah investasi sosial menghasilkan manfaat senilai satu koma tujuh lima kali lipat bagi masyarakat.

    Melalui keberhasilan ini, Telkom Indonesia menegaskan kembali perannya sebagai perusahaan digital yang berkomitmen terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), serta poin 9 (Infrastruktur, Industri, dan Inovasi). Program Stunting Action Hub menjadi wujud nyata dari pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan pada pilar Kesehatan dan Inovasi Digital.

    Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi katalis dalam membangun sistem kesehatan yang lebih tanggap, meningkatkan kualitas gizi masyarakat, serta mendorong lahirnya ekosistem sosial yang sehat, tangguh, dan berdaya. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas kontribusi Telkom dalam memperkuat sistem penanganan stunting melalui pemanfaatan teknologi digital.

    Program ini dirancang sebagai solusi terintegrasi untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanganan stunting berbasis ekosistem digital, yang mampu menghubungkan para pemangku kepentingan dari tingkat kader hingga instansi pemerintah dalam satu platform terpadu. Inovasi ini pun mendapatkan penghargaan di ajang IDX Channel Anugerah Inovasi Indonesia 2025.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Inovasi Aplikasi Cegah Stunting dari Telkom Raih Penghargaan Ini

    Inovasi Aplikasi Cegah Stunting dari Telkom Raih Penghargaan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya menurunkan angka prevalensi stunting terus menjadi fokus nasional, seiring dengan pentingnya memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan berdaya saing. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5%, dan pada 2024 angka tersebut turun menjadi 19,8%, capaian ini masih belum memenuhi target RPJMN 2024 sebesar 14%.

    Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tanggap untuk memperkuat upaya pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia. Sebagai bagian dari komitmennya dalam menghadirkan solusi berbasis teknologi untuk isu sosial dan kesehatan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui program Stunting Action Hub berhasil meraih penghargaan.

    Stunting Action Hub memiliki enam implementasi utama, yaitu edukasi kepada kader dan orang tua dalam penggunaan aplikasi, penyajian data analytics stunting, monitoring dan tindakan lapangan, distribusi bantuan TJSL untuk intervensi, pencatatan aksi ke dalam sistem digital, serta pemanfaatan dashboard oleh puskesmas dan perangkat daerah. Sepanjang tahun 2025, program ini telah menjangkau 591 balita, melibatkan 53 kader puskesmas, dan mencakup 42 posyandu di berbagai wilayah Indonesia.

    Melalui pendekatan berbasis data dan sistem digital, program ini berhasil memperkuat koordinasi, mempercepat proses pemantauan, dan memastikan setiap aksi penanganan dilakukan lebih akurat dan efisien.

    “Sebagai perusahaan digital telco, Telkom Indonesia terus berkomitmen menghadirkan inovasi berbasis teknologi yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Senior General Manager Social Responsibility Telkom Indonesia Hery Susanto dalam keterangan resmi, Jumat (7/11/2025).

    Menurutnya, melalui Stunting Action Hub, Telkom ingin menunjukkan bahwa digitalisasi dapat menjadi jembatan antara teknologi dan kemanusiaan serta memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan kesempatan untuk tumbuh sehat melalui solusi yang berkelanjutan dan terintegrasi.

    Program ini telah memberikan dampak sosial yang signifikan, beberapa diantaranya adalah mempermudah kader dalam pengumpulan data dan menjamin akurasi pengukuran, membantu interpretasi hasil yang lebih tepat, dan mempercepat proses pemantauan. Pemerintah daerah, BKKBN, dan puskesmas kini dapat memanfaatkan data dashboard untuk menyusun kebijakan berbasis bukti, sementara orang tua dapat memantau perkembangan balita secara akurat dan berkesinambungan.

    Dengan sistem yang terintegrasi, balita berisiko tinggi dapat lebih cepat terdeteksi dan memperoleh penanganan yang tepat. Program ini bahkan mencatat nilai Social Return on Investment (SROI) sebesar 1:1,75, yang berarti setiap satu rupiah investasi sosial menghasilkan manfaat senilai satu koma tujuh lima kali lipat bagi masyarakat.

    Melalui keberhasilan ini, Telkom Indonesia menegaskan kembali perannya sebagai perusahaan digital yang berkomitmen terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), serta poin 9 (Infrastruktur, Industri, dan Inovasi). Program Stunting Action Hub menjadi wujud nyata dari pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan pada pilar Kesehatan dan Inovasi Digital.

    Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi katalis dalam membangun sistem kesehatan yang lebih tanggap, meningkatkan kualitas gizi masyarakat, serta mendorong lahirnya ekosistem sosial yang sehat, tangguh, dan berdaya. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas kontribusi Telkom dalam memperkuat sistem penanganan stunting melalui pemanfaatan teknologi digital.

    Program ini dirancang sebagai solusi terintegrasi untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanganan stunting berbasis ekosistem digital, yang mampu menghubungkan para pemangku kepentingan dari tingkat kader hingga instansi pemerintah dalam satu platform terpadu. Inovasi ini pun mendapatkan penghargaan di ajang IDX Channel Anugerah Inovasi Indonesia 2025.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cara Sederhana Membiasakan Anak Makan Teratur

    Cara Sederhana Membiasakan Anak Makan Teratur

    Jakarta

    Bagi banyak orang tua, waktu makan sering kali menjadi momen penuh drama. Anak menolak makan, sulit duduk diam, atau baru mau makan jika disuapi sambil menonton video favorit. Padahal, kebiasaan seperti ini bisa mengganggu kemampuan alami anak mengenali rasa lapar dan kenyang.

    Menurut Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan metabolik anak, salah satu cara sederhana agar anak terbiasa makan secara teratur tanpa drama adalah dengan menerapkan prinsip feeding rules 2-30-2.

    “Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia. Pengosongan lambung sekitar dua sampai tiga jam, jadi di tengahnya dikasih snack. Kalau waktunya sudah lewat, ya tunggu makan berikutnya,” ujar Prof. Damayanti dalam wawancara dengan detikcom (17/9/2025).

    Apa Itu Feeding Rules 2-30-2?

    Istilah 2-30-2 merujuk pada tiga prinsip utama dalam manajemen waktu makan anak:

    2 jam: jeda minimal antar waktu makan utama atau camilan.30 menit: durasi maksimal setiap sesi makan.2 kali snack: pemberian selingan sehat di antara tiga waktu makan utama.

    Konsep feeding rules 2-30-2 sejalan dengan pendekatan responsive feeding yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan UNICEF dalam dokumen Responsive Feeding: Promoting Healthy Growth and Development for Infants and Young Children (2019).

    Dalam panduan tersebut disebutkan bahwa makan terstruktur dengan durasi wajar dan tanpa distraksi membantu anak:

    mengenali sinyal lapar dan kenyang,terhindar dari feeding difficulties,serta memiliki pola pertumbuhan berat dan tinggi badan yang lebih stabil.

    Hal senada juga disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam Panduan Pemberian Makan Bayi dan Anak Kecil (2021), yang menegaskan bahwa durasi makan ideal untuk anak tidak lebih dari 30 menit. Jika melebihi waktu tersebut, biasanya anak sudah tidak lapar secara fisiologis dan cenderung kehilangan fokus makan.

    Dampak Feeding Rules terhadap Pertumbuhan Anak

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang tidak teratur atau terlalu lama bisa menyebabkan gangguan asupan energi dan berujung pada risiko weight faltering, yakni melambatnya kenaikan berat badan dibanding kurva pertumbuhan usia.

    Sebuah studi oleh Brown & Lee (2011) yang dipublikasikan di jurnal Appetite menemukan bahwa anak yang dibesarkan dengan pola makan terstruktur dan penuh respons menunjukkan kontrol diri makan yang lebih baik dan cenderung tidak menjadi picky eater.

    Penelitian di Pekanbaru berjudul Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Feeding Rules dan Perilaku Makan Pada Balita menunjukkan bahwa edukasi mengenai feeding rules pada orang tua secara signifikan meningkatkan praktik makan anak, termasuk durasi makan yang lebih teratur dan lingkungan makan yang lebih tenang.

    Temuan serupa juga dilaporkan oleh penelitian UGM berjudul Responsive feeding ibu dan asupan makan anak stunting usia 2-5 tahun, yang menegaskan bahwa responsive feeding berkaitan dengan kecukupan asupan gizi dan penurunan risiko stunting pada anak usia 2-5 tahun

    Tips Menerapkan Feeding Rules 2-30-2 di Rumah

    Menerapkan aturan makan 2-30-2 bisa jadi langkah sederhana agar anak terbiasa makan dengan teratur. Dengan menerapkan aturan sederhana ini secara konsisten, anak akan belajar mengenali sinyal lapar dan kenyang, makan lebih tenang, dan tumbuh dengan nutrisi yang lebih seimbang.

    “Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia,” tegas Prof. Damayanti.

    Berikut tips feeding rules yang bisa dicoba di rumah

    Tentukan jadwal tetap. Misalnya: sarapan pukul 07.00, snack 09.30, makan siang 12.00, snack sore 15.30, dan makan malam 18.00.Batasi waktu makan. Setelah 30 menit, hentikan sesi makan dengan lembut. Anak akan belajar bahwa waktu makan ada aturannya.Bebas distraksi. Hindari televisi, mainan, atau gadget saat makan.Tanpa paksaan. Biarkan anak memilih dari dua-tiga opsi makanan sehat agar ia merasa punya kontrol.Berikan contoh. Duduk dan makan bersama anak. Anak belajar lewat meniru perilaku orang tuanya.

    Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil.

    Yuk Moms kita ubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal karena pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Cegah Stunting, Telkom Hadirkan Program Stunting Action Hub

    Cegah Stunting, Telkom Hadirkan Program Stunting Action Hub

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menghadirkan Stunting Action Hub, sebuah inovasi aplikasi digital yang memungkinkan proses pencatatan, pelaporan, dan analisis data kesehatan balita dilakukan dengan cepat dan akurat.

    Kegiatan pemantauan perdana berbasis aplikasi ini dilaksanakan pada Rabu, 8 Oktober 2025 di Posyandu Desa Domiyang, Pekalongan, dengan melibatkan 300 balita dan 20 kader posyandu.

    Seperti diketahui, stunting pada balita dan anak-anak masih menjadi salah satu tantangan serius bagi pembangunan kesehatan nasional. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak, tetapi juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

    Apalagi, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting nasional memang mengalami penurunan dari 27,7% pada 2019 menjadi 19,8% pada 2024. Namun, kesenjangan antar wilayah menunjukkan bahwa upaya pencegahan masih perlu diperkuat, termasuk melalui pemanfaatan teknologi untuk pemantauan tumbuh kembang anak secara lebih efektif dan merata.

    Program Stunting Action Hub menjadi bagian dari dukungan Telkom terhadap upaya pemerintah dalam memperkuat sistem pemantauan kesehatan masyarakat berbasis teknologi. Dengan digitalisasi posyandu, intervensi dan pencegahan stunting diharapkan dapat lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

    Para kader melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, imunisasi, serta edukasi kesehatan kepada para orang tua. Sebelumnya, Telkom Indonesia telah memberikan pelatihan intensif pada 2 Oktober 2025 untuk memastikan kader mampu mengoperasikan aplikasi Stunting Action Hub dengan baik, sehingga proses pencatatan data tumbuh kembang anak dapat dilakukan secara digital dan minim kesalahan.

    “Telkom Indonesia sebagai perusahaan digital berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi berbasis teknologi yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar Senior General Manager Social Responsibility Telkom Indonesia Hery Susanto dalam keterangan resmi, Kamis (6/11/2025).

    Hery juga menambahkan melalui Stunting Action Hub, pihaknya ingin membantu kader posyandu dalam melakukan pemantauan tumbuh kembang anak secara lebih efisien, akurat, dan berkelanjutan.

    “Inovasi digital ini diharapkan dapat memperkuat upaya pencegahan stunting serta meningkatkan kualitas kesehatan generasi masa depan Indonesia,” ungkap Hery.

    Kader posyandu juga menyambut baik hadirnya aplikasi ini. Salah satu kader posyandu Desa Domiyang, Siti Mariam mengatakan bahwa dirinya sangat dengan adanya inovasi ini.

    “Kami sangat antusias dengan adanya Stunting Action Hub. Pencatatan tumbuh kembang anak menjadi jauh lebih mudah dan akurat,” ujar Siti Mariam.

    Untuk diketahui, program ini tidak hanya memperkuat sistem data kesehatan anak, tetapi juga memberdayakan kader posyandu sebagai agen perubahan di komunitasnya. Melalui peningkatan kapasitas dan dukungan teknologi, kader dapat berperan aktif dalam mengidentifikasi potensi risiko stunting lebih dini serta memberikan rekomendasi intervensi yang tepat.

    Kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan Telkom mencerminkan sinergi antara teknologi dan kepedulian sosial dalam menciptakan ekosistem kesehatan yang inklusif dan adaptif.

    Melalui program ini, Telkom Indonesia menegaskan perannya dalam pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), khususnya pada pilar Pendidikan dan Inovasi Digital. Program Stunting Action Hub juga berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 2 (Zero Hunger). Telkom percaya, digitalisasi di bidang kesehatan adalah langkah strategis untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, sejahtera, dan tangguh menghadapi masa depan.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Jakarta

    Pertumbuhan anak tidak selalu mulus. Ada kalanya meski berat badan anak terus naik setiap bulan, tetapi peningkatannya lebih lambat dibanding standar usianya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai weight faltering. Jika dibiarkan, anak berisiko mengalami kekurangan gizi yang berdampak pada tumbuh kembang jangka panjang.

    Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan penyakit metabolik, menegaskan bahwa orang tua perlu lebih waspada bila grafik pertumbuhan anak tidak sesuai kurva pertumbuhan yang telah ditetapkan WHO.

    “Kalau naiknya berat badan tidak sesuai dengan kurva, artinya anak mengalami masalah. Itulah yang disebut weight faltering,” jelas Prof Damayanti dalam wawancara dengan detikcom (17/9/2025).

    Apa Itu Weight Faltering?

    Weight faltering bukan berarti anak tidak naik berat badan sama sekali, melainkan kenaikannya jauh di bawah ekspektasi untuk usianya. Anak bisa tampak sehat secara kasat mata, tetapi bila kurva pertumbuhan bergeser ke bawah, hal ini menjadi tanda peringatan.

    Menurut definisi National Institute for Health and Care Excellence (NICE, 2017), weight faltering atau faltering growth terjadi ketika berat badan anak berada di bawah centile tertentu pada grafik pertumbuhan, atau ketika laju pertambahan berat badan melambat dibanding standar usianya. Kondisi ini berbeda dengan failure to thrive yang biasanya lebih berat.

    Penelitian di Archives of Disease in Childhood (Wright et al., 2020) menyebutkan bahwa weight faltering kerap muncul pada usia batita, terutama saat transisi dari ASI/MPASI ke makanan keluarga. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan fisik maupun kognitif.

    Dampak Weight Faltering pada Tumbuh Kembang Anak

    Weight faltering atau perlambatan kenaikan berat badan anak sering kali dianggap sepele karena anak tetap tampak sehat dan aktif. Namun, berbagai studi medis menunjukkan bahwa kondisi ini dapat membawa dampak serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    Sebuah penelitian di Semarang berjudul Risk factor of growth faltering in infants aged 2-12 months menemukan bahwa bayi yang mengalami growth faltering berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga perkembangan kognitif, perilaku, dan psikomotor.

    Anak-anak dengan riwayat pertumbuhan terhambat lebih rentan mengalami gangguan respons imun, masalah belajar, hingga peningkatan risiko infeksi dan mortalitas di tahun-tahun awal kehidupannya.
    Pada rentang usia toddler (12-36 bulan) ada bukti langsung hubungan antara kekhawatiran orang tua terhadap masalah makan (picky eating / feeding difficulty) dan status pertumbuhan buruk.

    Studi di Asia Tenggara berjudul Parental concern of feeding difficulty predicts poor growth status in their child yang meneliti anak usia 12-36 bulan menemukan bahwa parental concern tentang feeding difficulty memprediksi status pertumbuhan yang lebih buruk (mis. WAZ

    Cara Mengatasi Weight Faltering pada Anak

    Studi menunjukkan bahwa anak dengan faltering growth sering mengalami defisit protein dan mikronutrien penting. Intervensi nutrisi yang menekankan protein hewani (telur, daging, ikan, susu) terbukti lebih efektif mendukung catch-up growth dibanding protein nabati.

    Penelitian berjudul Daily consumption of Growing-Up Milk is Associated with Less Stunting among Indonesian Toddlers menemukan bahwa balita yang mengonsumsi “growing-up milk” ≥ 300 ml/hari berisiko lebih rendah mengalami stunting dibanding balita yang tidak. Konsumsi susu tumbuh-balita ini termasuk sumber protein hewani / produk olahan hewani.

    Literatur menunjukkan bahwa weight faltering yang terdeteksi dini dan diintervensi dengan tepat memberi peluang besar untuk catch-up growth, termasuk pemulihan perkembangan kognitif. Karena itu, pemantauan berat badan dan tinggi anak pada kurva pertumbuhan WHO setiap 1-3 bulan adalah langkah penting yang harus diperhatikan oleh orang tua.

    Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil. Morigro – inovasi terbaru Morinaga memahami kekhawatiran Ibu, memberikan solusi & menjadi partner setia mengubah kekhawatiran menjadi harapan, mengubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal.

    Pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

    Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal bersama Morinaga Morigro #KarenaWaktuTakBisaKembali!

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • 8
                    
                        Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki
                        Megapolitan

    8 Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki Megapolitan

    Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua RT 08 RW 04 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Taufiq Supriadi, memiliki cara inovatif untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber penghasilan, yakni membuat kolam ikan lele di atas selokan di wilayah tempat tinggalnya.
    Ide tersebut muncul setelah Taufiq melihat sistem saluran air di Tokyo, Jepang, yang bisa dimanfaatkan untuk memelihara ikan.
    “Waktu ke Tokyo, saya lihat ada ikan di saluran air. Itu sama seperti ini dua lantai, bagian bawah untuk air kotor, bagian atasnya untuk ikan,” ujar Taufiq saat ditemui
    Kompas.com
    di Duren Sawit, Rabu (5/11/2025).
    Ia menjelaskan, saluran air di Tokyo dibuat bertingkat agar air di selokan tetap bisa mengalir tanpa mengganggu habitat ikan.
    “Saya terpikir menerapkan hal itu (membuat kolam ikan di atas selokan) di sini karena kita punya keterbatasan lahan. Di sini semua sudah beton, enggak ada tanah kosong. Tujuan saya juga supaya lingkungan punya pemasukan lingkungan dan ketahanan pangan,” katanya.
    Taufiq mengatakan, kolam lele yang ia bangun di atas selokan bisa menghasilkan puluhan juta rupiah dari empat kali panen dalam setahun.
    Saat ini, terdapat satu kolam yang mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram ikan setiap panen.
    Program ini baru berjalan dua bulan dan akan memasuki masa panen pertama dalam satu bulan ke depan.
    “Lele yang dipanen itu dijual Rp 25.000 per kilo, jadi kalau sekali panen bisa dapat Rp 20 juta. Kalau dalam satu tahun ada empat kali panen, dalam setahun bisa dapat Rp 80 juta satu kolam,” ujar Taufiq
    Taufiq tengah mempersiapkan dua kolam lele tambahan di atas selokan dengan panjang masing-masing 14 meter dari dana CSR sebuah perusahaan.
    Hasil panen yang didapat tidak sepenuhnya digunakan sebagai biaya operasional, tetapi juga dibagikan untuk kepentingan warga.
    “Kelompok tani itu dapat Rp 2 juta, pemilik rumah yang kebetulan kolam dapat Rp 400.000, kas RT dan RW Rp 400.000, koordinator kolam Rp 720.000, dan dua penjaga kolam Rp 6,4 juta,” ujar Taufik.
    Untuk menjaga dan mengelola kolam lele itu, Taufiq memberdayakan warga yang telah pensiun atau belum bekerja.
    Total ada tiga penjaga yang telah mendapatkan pelatihan dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) agar ikan tetap sehat dan tumbuh optimal.
    Taufiq memastikan kolam lele yang dibangun di atas selokan lingkungan tempat tinggalnya tidak akan mengganggu aliran air dan banjir.
    Ia menjelaskan, selama 22 tahun tinggal di wilayah tersebut, saluran air di lingkungannya tidak pernah meluap.
    “Alhamdulilah belum pernah banjir, saluran air ini belum pernah meluber, sepenuhnya pas hujan deras cuma naik 3-4 sentimeter,” ungkap Taufiq.
    Taufiq mengatakan, kolam lele tersebut dibangun di atas saluran air sepanjang 14 meter menggunakan beton tipe
    U-Ditch
    .
    Menurut dia,
    U-Ditch
    tersebut memiliki kedalaman 60 sentimeter, dengan pembagian 25 sentimeter untuk kolam lele di bagian atas dan 35 sentimeter untuk saluran air di bawahnya.
    “Saya bikin dua lantai, di atas untuk lele, di bawah tetap saluran air. Enggak ditutup, enggak mengganggu. Saya juga sudah izin ke Kementerian PU dan Dinas SDA,” kata Taufiq.
    Taufiq juga membuat “kolam gizi warga” berisi ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan lansia, sekaligus mencegah
    stunting
    di wilayahnya.
    Program “kolam gizi warga” tersebut merupakan pengembangan dari budidaya ikan lele di atas selokan yang telah menjadi sumber ekonomi lingkungan.
    “Saya bikin kolam gizi buat warga, untuk lansia dan balita, isinya ikan nila dan bawal yang bisa ambil dan dikonsumsi secara gratis,” ujar Taufiq.
    Taufiq menjelaskan, warga dapat mengambil ikan secara langsung saat masa panen tanpa prosedur yang rumit, asalkan memperhatikan ukuran ikan yang layak dikonsumsi.
    “Kolam gizi warga ini kalau sudah waktunya panen, warga kami izinkan ambil. Biasanya ini tiga bulan, ini sudah waktunya panen yang ini kan sudah gede-gede,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pelantikan Ketua TP PKK Kecamatan se-Kota Kediri, Mbak Wali Berpesan PKK Harus Sinergis dan Inovatif

    Pelantikan Ketua TP PKK Kecamatan se-Kota Kediri, Mbak Wali Berpesan PKK Harus Sinergis dan Inovatif

    Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati menghadiri Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Ketua TP PKK Kecamatan se-Kota Kediri. Acara berlangsung di Ruang Soekarno Hatta BKPSDM Kota Kediri, Rabu (05/11/2025). Pelantikan dilakukan oleh Ketua TP PKK Kota Kediri Faiqoh Azizah Muhammad Qowimuddin.

    “Atas nama Pemerintah Kota Kediri saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ibu TP PKK Kecamatan yang lama atas dedikasi, pengorbanan waktu, dan energi yang telah ibu curahkan selama ini. Segala upaya dan jejak baik ibu-ibu akan menjadi pondasi berharga bagi perjalanan PKK di kecamatan masing-masing. Saya juga menyampaikan selamat dan sukses kepada ketua TP PKK Kecamatan yang baru dilantik,” ujarnya.

    Dalam arahannya, Mbak Wali mengungkapkan gerakan PKK merupakan mitra strategis pemerintah dalam pembangunan. Bukan hanya tentang ketahanan keluarga, namun juga sebagai penggerak pembangunan mulai tingkat paling dasar, yaitu keluarga. Keberadaan PKK sangat penting, mulai dari peningkatan gizi anak, penanganan stunting, pemberdayaan ekonomi keluarga, hingga penguatan peran perempuan dalam pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya.

    “Saya menekankan pentingnya sinergi di internal TP PKK mulai dari dasa wisma hingga TP PKK Kota. Selain itu kuatkan kolaborasi dengan berbagai pihak agar PKK tetap responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan adaptif dengan perkembangan zaman. Sehingga setiap program dan kegiatan PKK bisa selaras dengan visi misi kita, mewujudkan Kota Kediri MAPAN,” ungkapnya.

    Mbak Wali berharap, Ketua TP PKK Kecamatan yang baru segera melakukan langkah-langkah konsolidasi, menyusun rencana kerja yang sejalan dengan program PKK Kota Kediri, dan terus memperkuat kaderisasi di tingkat kelurahan. TP PKK sendiri juga memiliki banyak tantangan seperti kasus stunting, lalu juga kasus kekerasan pada perempuan dan anak.

    “Jaga semangat kebersamaan, bangun komunikasi yang harmonis, dan ciptakan inovasi kegiatan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Jadikan setiap kegiatan PKK bukan sekadar rutinitas. Tetapi gerakan perubahan yang berakar dari hati,” ujarnya.

    Sementara itu, Ketua TP PKK Ning Faiq mengajak jajaran TP PKK Kecamatan untuk menjalankan amanah ini dengan penuh keikhlasan, semangat, dan kebersamaan. Ke depan, semua akan menjadi satu tim, satu kesatuan, satu tubuh. Maka harus terus menjaga kekompakan, soliditas, dan sinergi untuk menyukseskan berbagai program kebijakan TP PKK Kota kediri. Sampai hari ini, PKK terus menghadapi berbagai tantangan seiring berkembangnya zaman.

    Paling utama adalah semua tetap perlu memperhatikan penanganan stunting di Kota Kediri. Tentu TP PKK Kota Kediri sebagai mitra Pemerintah Kota Kediri, melalui peran Posyandu perlu selalu berkolaborasi dengan OPD terkait untuk bersama menyelesaikan tantangan ini. Karena, waktu terus berjalan, dan anak-anak akan tumbuh dewasa.

    “Tentunya kita semua berharap mereka tumbuh dengan baik dan menjadi pemimpin di masa depan. Selain itu, ada berbagai program kebijakan TP PKK yang perlu dijalankan juga. Saya berharap dengan formasi yang baru ini, kegiatan di level kecamatan dan kelurahan bisa berjalan dengan optimal,” imbuhnya.

    Mbak Wali juga menyerahkan piagam penghargaan kepada Ketua TP PKK Kecamatan yang lama. Lalu Wakil Wali Kota Qowimuddin menyerahkan cinderamata.

    Ketua TP PKK Kecamatan yang dilantik adalah, Yayuk Ernawati Abdul Rahman sebagai Ketua TP PKK Kecamatan Mojoroto, Uun Nurfitriana Agus Suharianto sebagai Ketua TP PKK Kecamatan Kota, dan Sri Hari Yuni Utami Yudi Kuncoro sebagai Ketua TP PKK Kecamatan Pesantren. Ada pula penyerahan buku memori dari Ketua TP PKK Kecamatan yang lama kepada Ketua TP PKK Kecamatan yang baru dan Ketua TP PKK Kota Kediri.

    Turut hadir, Pj Sekda M.Ferry Djatmiko, Asisten Pemerintahan dan Kesra Samsul Bahri, Kepala OPD terkait, Camat, Ketua TP PKK Kecamatan periode sebelumnya, pengurus TP PKK Kota dan tamu undangan lainnya. [nm/ian]

  • Sudah 50 Juta Warga RI Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Sudah 50 Juta Warga RI Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Jakarta

    Sudah ada lebih dari 50 juta warga di Indonesia yang mengikuti cek kesehatan gratis. Dari total 53,6 juta pendaftar, sebanyak 50,5 juta orang sudah melakukan pemeriksaan.

    Data ini dihimpun dari laporan Kemenkes RI periode 10 Februari hingga 4 November 2025.

    Rinciannya, 34,3 juta peserta mengikuti CKG umum dan 16,2 juta peserta mengikuti CKG sekolah.

    Kurang aktivitas fisik dan obesitas masih menjadi masalah yang kerap ditemukan.

    Berdasarkan data per akhir Oktober 2025, hampir 96 persen peserta CKG dewasa dilaporkan kurang aktivitas fisik, diikuti dengan karies gigi (41,9 persen), obesitas sentral (32,9 oersen), serta overweight dan obesitas (24,4 persen).

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengingatkan temuan tersebut menjadi alarm serius.

    “Data CKG juga memberi peringatan serius bahwa aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus semakin menjadi prioritas bersama,” ujar Menkes Budi di Jakarta, Rabu (5/11).

    “Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat,” tambahnya.

    Hasil pemeriksaan CKG juga mengungkap tantangan pada berbagai kelompok usia:

    Bayi baru lahir:

    risiko kelainan saluran empedu (18,6 persen)berat badan lahir rendah (6,1 persen)penyakit jantung bawaan kritis (5,5 persen).

    Balita dan anak prasekolah:

    gigi tidak sehat (31,5 persen)stunting (5,3 persen)wasting (3,8 persen).

    Remaja dan pelajar:

    aktivitas fisik kurang (60,1 persen)karies gigi (50,3 persen)anemia (27,2 persen).

    Lansia:

    kurang aktivitas fisik (96,7 persen)hipertensi (37,7 persen).

    Temuan ini menunjukkan masalah kurangnya aktivitas fisik dan pola makan tidak sehat telah muncul sejak usia muda dan berlanjut hingga lanjut usia.

    Menkes menegaskan hasil CKG akan digunakan untuk memperkuat program promotif dan preventif, serta menjadi dasar dalam perumusan kebijakan baru di bidang kesehatan masyarakat.

    “Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan,” ujar Budi.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video CKG Capai 50,5 Juta Peserta: Hampir 96% Dewasa Kurang Aktivitas Fisik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Wajib Miliki SLHS, Dapur MBG di Sampang Evaluasi Standar Kebersihan dan Keamanan Pangan

    Wajib Miliki SLHS, Dapur MBG di Sampang Evaluasi Standar Kebersihan dan Keamanan Pangan

    Sampang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Sampang melalui Satgas Makan Bergizi Gratis (MBG) kini tengah melakukan evaluasi terhadap 50 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di wilayah tersebut.

    Langkah ini diambil guna memastikan bahwa setiap dapur MBG dapat memenuhi standar penyajian makanan bergizi yang optimal. Proses evaluasi ini meliputi berbagai aspek, mulai dari kualitas bahan yang digunakan, kebersihan lingkungan sekitar, hingga ketepatan sasaran penerima manfaat.

    Ketua Satgas MBG Sampang, Ahmad Mahfud, menjelaskan bahwa evaluasi yang dilakukan bukan sekadar kunjungan rutin, melainkan langkah serius untuk menilai kelayakan operasional dapur MBG yang ada. “Kami melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, semua aspek kami periksa dengan detail,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Selasa (4/11/2025).

    Hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi bahan untuk perbaikan lebih lanjut, baik dari sisi teknis pengolahan makanan maupun administrasi pelaksana program. Ahmad Mahfud juga menegaskan pentingnya setiap dapur untuk memiliki standar yang seragam agar terjamin kelayakannya. Dapur yang belum memiliki Surat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) diwajibkan untuk segera melengkapi persyaratan tersebut.

    “Kami ingin seluruh dapur MBG memiliki standar yang sama dan benar-benar layak. Ini program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat,” tegasnya.

    Program MBG ini merupakan salah satu agenda prioritas nasional yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi masyarakat dan menekan angka stunting, khususnya di kalangan anak sekolah. Di Sampang, pengawasan dilakukan secara berkala dan terstruktur agar seluruh dapur MBG konsisten dalam menjaga standar kebersihan dan keamanan pangan. [sar/suf]

  • Ada dua lembaga khusus, Gibran minta pembangunan Papua lebih cepat

    Ada dua lembaga khusus, Gibran minta pembangunan Papua lebih cepat

    Manokwari, Papua Barat (ANTARA) – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka meminta pembangunan di Papua lebih cepat dengan adanya dua lembaga khusus yang dibentuk pemerintah, yakni Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) dan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua.

    Hal itu disampaikan Wapres saat memimpin Rapat Pleno BP30KP didampingi Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Halum yang juga Anggota Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua.

    “Karena sekarang sudah ada dua lembaga, ini saya minta kecepatan, akselerasi pembangunan ini harus dua kali lipat. Inovasi dalam perumusan kebijakan harus dua kali lipat. Manfaat nyata yang diterima masyarakat harus dua kali lipat,” kata Wapres dalam rapat yang diselenggarakan di Gedung Keuangan Negara Manokwari, Papua Barat, Selasa.

    Gibran menjelaskan bahwa dua lembaga khusus yang dibentuk pemerintah, terutama Komite Eksekutif Papua yang baru dilantik Presiden Prabowo Subianto pada bulan lalu, bersifat saling melengkapi agar tujuan Presiden dalam percepatan pembangunan di Papua segera terwujud.

    Menurut Gibran, pembangunan di Papua harus berkelanjutan, tidak bisa hanya dilakukan dalam kurun waktu 1-2 tahun.

    Gibran pun memaparkan sejumlah indikator yang harus diperhatikan, seperti usia harapan hidup di Papua, prevalensi stunting, jumlah rumah sakit, jumlah Puskesmas, hingga jumlah masyarakat yang sudah melakukan Cek Kesehatan Gratis.

    “Kalau di RPJMN 2025-2029 ini rencana ada 24 rumah sakit yang akan dibangun di wilayah Papua,” kata Gibran.

    Pada saat kunjungannya ke Jayapura pada bulan lalu, Gibran mengungkapkan peralatan rumah sakit sudah cukup memadai dan lengkap, seperti CT-Scan MRI, Head Lab, Mammography, Digital Panoramic, hingga dokter spesialis.

    Gibran berharap masyarakat Papua yang hendak melakukan pengobatan tidak perlu diterbangkan lagi ke Makassar, karena mampu ditangani di Papua.

    Adapun Gibran kembali melakukan kunjungan kerja ke Papua, yakni di Manokwari, Papua Barat, pada 4-5 November 2025 untuk menjalankan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam memastikan percepatan pembangunan di wilayah Papua.

    Presiden menekankan bahwa Papua harus menjadi prioritas pembangunan nasional dengan memastikan kesejahteraan masyarakat dan pelibatan aktif Orang Asli Papua (OAP) dalam setiap program pemerintah.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.