Kasus: stunting

  • Stunting Bisa Dicegah, Dokter Soroti Bahaya Asap Rokok untuk Janin

    Stunting Bisa Dicegah, Dokter Soroti Bahaya Asap Rokok untuk Janin

    Jakarta, Beritasatu.com- Selain tercukupinya asupan nutrisi, lingkungan yang bebas asap rokok, disebut dokter anak menjadi faktor penting untuk mencegah stunting pada janin. Dokter spesialis anak subspesialis respirologi, dr Darmawan Budi Setyanto mengatakan, paparan asap rokok selama kehamilan meningkatkan risiko terjadinya stunting.

    “Termasuk kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu, berbagai zat berbahaya dalam asap rokok dapat menghambat pertumbuhan janin, termasuk perkembangan tulang dan jaringan tubuh lainnya, “ dikutip dari Antara, Sabtu (26/7/2025).

    Dokter Darmawan menyarankan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan ibu hamil, yang tinggal di lingkungan perokok untuk meminimalkan risiko tersebut. Contoh termudah,  meminta anggota keluarga atau tamu yang datang ke rumah untuk tidak merokok di dalam rumah dan mengedukasi  ke lingkungan sekitar tentang bahaya asap rokok bagi ibu dan janin yang dikandung.

    “Buat aturan tegas dalam rumah tangga yang melarang merokok di dalam rumah untuk mengurangi paparan asap rokok,” tegasnya.

    Selain itu, rumah wajib dilengkapi dengan ventilasi udara yang baik konsentrasi asap rokok di dalam ruangan bisa berkurang.  Ibu hamil disarankan menghindari tempat-tempat umum yang memperbolehkan aktivitas merokok, seperti restoran atau kafe.

    Dokter Darmawan juga menekankan, keluarga sebagai orang terdekat harus mendukung membantu menciptakan lingkungan yang tanpa asap rokok.

  • Menu Pangan Lokal yang Tekan Stunting hingga 0 Kasus di Desa Semarang

    Menu Pangan Lokal yang Tekan Stunting hingga 0 Kasus di Desa Semarang

    Semarang

    Jatirejo, kelurahan di Kota Semarang menjadi salah satu desa yang berhasil memanfaatkan pangan lokal untuk anak stunting. Dalam lima bulan, kasusnya berhasil ditekan hingga ‘zero case’ dari semula terdapat lima hingga 6 anak balita stunting setiap tahun.

    Ketua rumah data kependudukan di Jatirejo, Dwi Sayekti Kadarini menjelaskan wilayahnya kaya dengan pangan lokal berkat ternak lele, ayam, hingga penanaman sayur-sayuran serta bahan pangan lain.

    Pemberian pangan bergizi juga untuk stunting juga tidak hanya diberikan pada anak balita, tetapi pada ibu hamil.

    “Pemanfaatan pangan lokal untuk anak stunting yang khas di Jatirejo, di sini kan kebetulan ada susu juga, tapi yang untuk susu itu, tidak untuk balita saja, kita berikan kepada ibu hamil,” cerita dia saat menjawab pertanyaan detikcom, ditemui Jumat (25/7/2025).

    “Untuk anak itu kita ada ayam KUB, ayam KUB itu kita nanti telurnya kalau ada yang stunting, satu bulan sekali PKK kelurahan membantu balita yang merawat stunting, kemudian juga kita edukasi untuk beternak, perikanan lele, kita budidayakan di galon bekas le minerale kita arahkan kepada masing-masing warga untuk membuat itu, kemudian ikannya kita olah,” lanjutnya.

    Menu tersebut dipastikan memenuhi kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat secara seimbang.

    Dwi juga menyebut stunting semula banyak terjadi pada anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup dari orangtua karena tengah bekerja.

    “Kasus stunting kebanyakan malah di sini itu karena ditinggal kerja ibunya, di rumah sama nenek yang penting makan, anaknya seneng, kenyang,” beber dia.

    Ia mengaku sempat ada penolakan terkait pemberian gizi yang cukup lantaran orangtua merasa anaknya sehat-sehat saja. Dalam kasus ini, para kader melakukan pendekatan secara kekeluargaan.

    “Kasus stunting di sini baru sampai 0 kasus sekitar 5 bulanan, karena itu bertahap, karena banyak tantangan, pendekatan dan lain-lain, termasuk saat memberikan menu pangan,” pungkasnya.

    (naf/sao)

  • Ada Daycare Anak Stunting di Semarang, Baru ‘Lulus’ kalau Sudah Sehat

    Ada Daycare Anak Stunting di Semarang, Baru ‘Lulus’ kalau Sudah Sehat

    Jakarta

    Prevalensi kasus stunting di Kota Semarang terus menurun signifikan. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) per 2024 prevalensinya sudah berada di bawah 20 persen.

    Bahkan, mengacu catatan Dinas Kesehatan Kota Semarang 2024, tersisa 1 persen balita yang mengalami stunting dari hasil survei operasi timbang rentang Februari dan Agustus 2024 di 81.739 balita.

    Salah satu ‘resep’ keberhasilan stunting di Semarang adalah penyediaan day care. Day Care Rumah Pelita di Semarang menjadi tempat asuh anak-anak yang mengalami masalah tumbuh kembang. Tidak hanya berkaitan dengan tinggi badan, tetapi perkembangan kognitif mereka.

    Menurut Subkoordinator Perencanaan Sosial Bappeda Kota Semarang, Johanes Adhi Nugroho, day care diberikan sebagaik layanan holistik bagi anak-anak stunting dari orangtua yang bekerja. Di tempat ini, balita tidak hanya dititipkan saat orang tuanya bekerja, tetapi juga mendapatkan pemantauan dan intervensi secara menyeluruh.

    Subkoordinator Perencanaan Sosial Bappeda Kota Semarang, Johanes Adhi Nugroho berbicara soal keberhasilan penanganan stunting di Kota Semarang. Foto: Nafilah Sri Sagita/detikHealth

    “Anak-anak yang dititipkan di day care mendapatkan pemenuhan kebutuhan gizi, pemantauan tumbuh kembang secara berkala, serta edukasi kesehatan. Bahkan, mereka tidur siang di ruang ber-AC yang nyaman. Artinya, dari pagi hingga sore, semua kebutuhan kesehatannya dipenuhi,” jelas Johanes saat ditemui di Kota Semarang, Jumat (25/7/2025).

    Hingga pertengahan 2025, Kota Semarang telah memiliki 11 day care yang tersebar di seluruh kecamatan. Dari jumlah tersebut, 10 day care didanai melalui APBD, sementara satu lainnya di wilayah Kelurahan Bandara Jawa, Semarang Utara, dibangun melalui program Tanoto Foundation. Khusus untuk day care yang didukung Tanoto Foundation, juga tersedia ‘Rumah SIGAP’ sebagai pusat stimulasi dan pengasuhan anak usia 0 hingga 3 tahun.

    Setiap day care bisa menampung 12 sampai 20 anak, dengan rasio pengasuhan sekitar 1 pengasuh untuk setiap tiga hingga empat anak. Tenaga pengelola terdiri dari nutrisionis, tenaga kesehatan, hingga psikolog.

    “Layanan di day care ini progresif. Anak bisa keluar dari day care ketika status stunting-nya sudah tidak lagi ditemukan, terutama jika tinggi badannya sudah sesuai standar organisasi kesehatan dunia WHO. Namun, bila di kemudian hari hasil evaluasi menunjukkan ia kembali masuk kategori stunting, maka anak tersebut bisa kembali ditangani,” tambah Johanes.

    Anak-anak yang masuk ke day care sebelumnya terdeteksi mengalami stunting melalui Posyandu atau fasilitas layanan kesehatan lain. Selain memberikan intervensi pada anak, day care juga menjadi sarana edukasi bagi orang tua agar mampu mempertahankan status gizi anak usai keluar dari program.

    “Edukasi tidak hanya untuk anak, tapi juga keluarga. Kami tidak ingin anak kembali stunting setelah keluar dari day care. Jadi ada materi pengasuhan dan gizi keluarga yang disampaikan,” ujar Johanes.

    Keberhasilan program day care juga tidak lepas dari kolaborasi lintas sektor, termasuk akademisi, organisasi profesi, dan sektor swasta. Pemerintah Kota Semarang menggandeng organisasi profesi seperti Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam audit kasus stunting dan kematian ibu-bayi.

    “Penanganan stunting ini tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Maka dari itu, ada pertemuan rutin tim percepatan penurunan Stunting yang melibatkan CSR, akademisi, hingga organisasi profesi. Bahkan Tanoto Foundation membantu monitoring dan evaluasi program edukasi perubahan perilaku melalui komunikasi efektif,” katanya.

    Johanes menambahkan, pendekatan yang digunakan pemerintah Kota Semarang adalah pola pembangunan kreatif. Tidak hanya fokus pada penurunan stunting, tapi juga menyentuh persoalan lain seperti kemiskinan ekstrem dan kematian ibu dan bayi.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • BKKBN Bicara Alasan Wajah Warga +62 Kurang Glowing, Stres Kebanyakan Beban

    BKKBN Bicara Alasan Wajah Warga +62 Kurang Glowing, Stres Kebanyakan Beban

    Jakarta

    Ada alasan medis di balik warga negara Eropa kebanyakan lebih glowing dan charming ketimbang warga Indonesia. Hal ini disinggung Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Sekretaris Utama BKKBN Prof Budi Setiyono.

    Pria yang juga memiliki pengalaman di berbagai organisasi profesional termasuk UNDP dan UNFPA tersebut menyinggung pengaruh hormon stres atau kortisol pada penampilan wajah kebanyakan warga Indonesia.

    “Kenapa orang Eropa, atau warga negara di negara maju lebih banyak warga yang charming, glowing? Itu dipastikan mereka tidak ada kekhawatiran menghadapi disrupsi kehidupan,” sorot Prof Budi dalam diskusi bersama media di perjalanan menuju Ambarawa, Semarang, Jumat (25/11/2025).

    Berbanding terbalik dengan beban yang dihadapi warga Indonesia, banyak kekhawatiran terkait finansial dan keberlangsungan masa depan. Bahkan, untuk sekadar mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari pun sulit.

    “Jadi sebenarnya tidak melulu karena DNA-nya, di kita pengaruhnya adalah hormon stres atau hormon kortisol, yang otomatis keluar dari tubuh saat menghadapi adanya ancaman, kelaparan, ketidakpastian, saat itulah hormon kortisol bergerak,” sorot dia.

    Semakin banyak hormon kortisol yang keluar, semakin besar berpengaruh pada penampilan. Sesederhana seperti melihat seseorang tengah stres, sakit, dan menghadapi beban masalah yang menumpuk.

    “Itu yang terjadi, wajah orang Indonesia sehari-hari dipenuhi dengan kortisol. Kalau kita ingin wajah kita berubah, maka kita harus mengikuti pola penjaminan hidup di atas garis kesejahteraan benar-benar terjamin,” kata dia.

    Itu pula yang disebutnya tengah diupayakan pemerintah dengan menyediakan program makan bergizi gratis, pengadaan koperasi merah putih, serta berdirinya sekolah rakyat. Meski menurutnya, belum banyak masyarakat yang benar-benar memahami program pemerintah tengah berjalan ke target tersebut.

    Prof Budi juga membandingkan tampilan wajah Korea Utara dan Korea Selatan. Meski etnik, bahasa, dan kulturnya sama, perbandingan wajah populasi umum kedua negara tersebut jelas berbeda, dengan mengesampingkan maraknya juga tren operasi plastik.

    “Lebih enak dilihat Korsel bukan karena oplas tapi Korsel itu secara hukum sudah terbebas dari kebutuhan dasar, Korea Utara belum, sehingga wajahnya berbeda,” tandasnya.

    Hal yang sama juga diklaim terjadi di masa Jerman Barat dan Timur saat dipisahkan oleh tembok Berlin. Penampilan orang Jerman timur sama seperti Korut, sementara Jerman barat seperti Korsel.

    “Jerman Barat cantik-cantik, Jerman Timur tidak, seperti kita, itu bukti keterjaminan, ketakutan, pemenuhan dasar itu berpengaruh kepada ada tidaknya hormon kortisol,” pungkasnya.

    Hal yang kemudian bisa dipelajari untuk merubah wajah penduduk Indonesia adalah jaminan hidup layak. Memperbaiki keturunan tidak selalu harus menikah dengan orang Eropa, tapi yang utama adalah memperbaiki kesejahteraan hidup atau setidaknya ansuransi hingga hari tua.

    Seluruh penduduk disebutnya perlu diupayakan mendapatkan penghasilan yang sesuai minimal dengan kebutuhan dasar, pendidikan dasar 12 tahun terpenuhi, dan hadirnya sertifikat kompetensi yang menjadi bekal ‘market’ pekerjaan banyak warga negara Indonesia.

    Belum lagi dengan persoalan prevalensi stunting yang perlu ditekan seminimal mungkin bahkan bila memungkinkan hingga zero case. Ia berharap ke depan 70 persen penduduk usia produktif Indonesia benar-benar memastikan kesehariannya produktif alias memiliki pekerjaan yang kemudian bisa ikut mengcover tanggungan 30 persen penduduk non-produktif di tengah aging population. Perhitungannya, pada 2045 sekitar 30 persen warga Indonesia berusia lansia.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Proklim RW 02 Kelapa Dua dinilai adaptif dan berorientasi ekonomi

    Proklim RW 02 Kelapa Dua dinilai adaptif dan berorientasi ekonomi

    Jakarta (ANTARA) – Program Kampung Iklim (Proklim) RW 02 Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dinilai adaptif dalam pemanfaatan lahan serta punya orientasi ekonomi.

    Menurut Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (Kasudin LH) Jakarta Barat Achmad Hariadi di Jakarta, Jumat, indikator itu juga yang menjadikan Proklim di lokasi tersebut sebagai titik penilaian Proklim tingkat nasional.

    “Adaptasi di sini cukup baik, mereka mempunyai keunggulan dari segi pemanfaatan lahan, ekonomi yang adaptif dan sebagainya yang akan menambah penilaian dari tim (Tim Verifikasi Lapangan Program Kampung Iklim (Proklim) Kementerian Lingkungan Hidup (LH),” katanya.

    Dari sisi mitigasi, kata dia, Proklim RW 02 Kelapa Dua menampilkan produk unggulan seperti pengelolaan bank sampah yang membuat lingkungan semakin bersih dan menjadi ruang ekonomi bagi warga.

    Sementara dari bidang kelembagaan, bisa dilihat antara sesama warga dan pemerintah di Kelapa Dua, sangat terjalin dengan baik. “Saya yakin melalui evaluasi dan penilaian yang ketat sesuai dengan spektrum penilaian yang telah ditentukan RW 02 bisa melaju lebih jauh lagi,” kata dia.

    Penggerak Wilayah RW 02 Kelapa Dua, Lina menuturkan, wilayah RW 02 memiliki banyak keunggulan yang semuanya telah dipaparkan dan dinilai oleh Tim Verlap Proklim Nasional. Salah satunya, pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat berkebun.

    Selain itu kebun tembok pada setiap gang rumah warga yang bertujuan untuk membuat lingkungan hijau dan asri serta resapan air atau lubang biopori yang baik di lingkungan RW 02.

    “Untuk hasil panennya di setiap pemanfaatan lahan sebagai ketahanan pangan, kami juga berikan untuk penanggulangan stunting,” ujar dia.

    Lina menambahkan, pada segi mitigasi, pengelola Bank Sampah Benyamin RW 02 juga melakukan berbagai kegiatan menarik.

    “Contohnya pengolahan sampah non organik jadi aksesoris. Kemudian sampah organik juga dikelola menjadi komposting, komposter serta budi daya maggot,” kata Lina.

    Bahkan bank sampah RW 02 juga dijadikan penghasilan tetap untuk menopang perekonomian warga. Hal itu terlihat adanya warga yang mampu membeli atau mencicil motor dan barang lainnya sehabis menabung di Bank Sampah.

    “Jadi kami optimis dengan keunggulan dan kekompakan kami ini, tim penilai pasti akan memberikan nilai yang terbaik untuk kami,” katanya.

    Tim Verifikasi Lapangan (Verlap) Proklim Kementerian LH yang beranggotakan Leni Prima Astuti dan Ittaqi Sylva Aprilia meninjau sejumlah lokasi Proklim di RW 02 Kelapa Dua untuk mencocokkan kebenaran data yang telah diunggah ke sistem.

    “Hari ini kami melakukan verifikasi lapangan Proklim utama. Kami cek dengan data yang telah dikirimkan, apakah benar apa adanya. Semoga verifikasi lapangan yang kami lakukan berjalan baik dan lancar,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sido Muncul dan RS Permata Jonggol Gelar Operasi Katarak Gratis, Bantu Tekan Angka Kebutaan di Bogor

    Sido Muncul dan RS Permata Jonggol Gelar Operasi Katarak Gratis, Bantu Tekan Angka Kebutaan di Bogor

    Bogor, Beritasatu.com  – PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) kembali menegaskan komitmennya terhadap kesehatan masyarakat melalui program bakti sosial operasi katarak gratis. Bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) Permata Jonggol, Sido Muncul menggelar operasi gratis bagi 100 pasien penderita katarak.

    Bantuan ini secara simbolis diserahkan langsung oleh Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Dr. (H.C.) Irwan Hidayat kepada Direktur RS Permata Jonggol, Dr. Sri Handayani, MARS. Turut hadir pada kesempatan ini Camat Jonggol Andri Rahman, S.STP., M.Si. serta para Kepala Puskesmas dari Jonggol, Tanjungsari, Sukanegara, dan Balekambang hingga Kepala Desa Sukamanah Hadi Sutardi. Acara ini juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-11 RS Permata Jonggol.

    Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengungkapkan bahwa pelaksanaan operasi katarak gratis ini adalah bagian dari komitmen Sido Muncul untuk membantu menekan angka penderita katarak di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

    “Terhitung sejak tahun 2011 hingga saat ini, Sido Muncul telah mengoperasi lebih dari 57.000 mata di seluruh Indonesia. Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap jumlah penderita katarak semakin kecil. Sebab, jika seseorang kehilangan penglihatan, 50% kualitas hidupnya hilang. Apalagi masalah katarak itu banyak dan terus bertambah setiap tahunnya. Untuk itu, kehadiran kami di sini bukan hanya membantu saja, melainkan juga memberitahu kepada orang-orang bahwa katarak bisa disembuhkan hanya dengan operasi,” ujar Irwan.

    Ini kali kedua Sido Muncul menyelenggarakan bakti sosial di RS Permata Jonggol. Sebelumnya, pada bulan Maret lalu, Sido Muncul memberikan bantuan untuk anak-anak penderita stunting di lokasi yang sama. 

    Irwan juga menjelaskan, dana yang digunakan untuk kegiatan sosial ini bukan hanya dari CSR, melainkan juga dari anggaran iklan perusahaan.

    “Dana CSR itu kecil sekali, cuma 2% dari profit. Makanya saya berpikir, menggunakan biaya iklan untuk melakukan operasi ini,” jelasnya.

    Irwan mengaku pernah mengalami stunting dan berbagai penyakit di masa kecilnya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, serta semangat untuk terus memberi kontribusi bagi masyarakat.

    Apresiasi Bakti Sosial Operasi Katarak Gratis Sido Muncul

    Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat foto bersama pasien penerima manfaat operasi katarak gratis di Bogor. – (Beritasatu.com/Yurike Metriani)

    Direktur RS Permata Jonggol dr. Sri Handayani, MARS mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan mendalam atas terlaksananya kerja sama antara RS Permata Jonggol dan Sido Muncul dengan menggelar operasi gratis bagi 100 pasien penderita katarak ini.

    “Sungguh suatu kebahagiaan dan rasa syukur yang sangat mendalam atas terlaksananya kegiatan bakti sosial ini,” ujarnya.

    Total ada 100 orang peserta terdaftar dalam program operasi katarak ini, di mana sebagian telah dioperasi pada hari sebelumnya dan sisanya dilanjutkan pada hari ini.

    “Mudah-mudahan kegiatan dari kemarin dan hari ini berjalan dengan baik dan lancar didukung oleh seluruh tim yang profesional di bidangnya. Semoga RS Permata Jonggol dapat terus berbuat kebaikan, bermanfaat bagi masyarakat, menjadi pilihan, dan dapat berkolaborasi dengan Sido Muncul serta aparat pemerintah untuk kegiatan-kegiatan sosial lainnya,” tambahnya.

    Perwakilan Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Camat Jonggol Andri Rahman, S.STP., M.Si. turut menyampaikan apresiasi dan terima kasih setinggi-tingginya kepada Irwan Hidayat dan jajaran Sido Muncul.

    “Terima kasih, semoga Allah yang bisa membalasnya dengan seluruh kebaikan ini. Kita doakan mudah-mudahan Sido Muncul terus jaya, terus beraktifitas, kegiatan positif bagi masyarakat,” ujarnya.

    Pasien menyampaikan terima kasih kepada Sido Muncul usai operasi katarak. – (Beritasatu.com/Yurike Metriani)

    Salah satu penerima manfaat, Aspa Wati, juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan operasi katarak oleh Sido Muncul.

    “Terima kasih Sido Muncul yang sudah bekerja sama dengan RS Permata Jonggol, sangat membantu kami penderita katarak. Terima kasih kepada tim yang sudah melakukan operasi ini. Mudah-mudahan di lain kesempatan diadakan lagi,” pungkasnya.

    Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat menyerahkan bingkisan kepada pasien usai operasi katarak gratis. – (Beritasatu.com/Yurike Metriani)

    Sido Muncul secara konsisten berupaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan mendukung penanggulangan gangguan penglihatan akibat katarak. Sebagai bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkelanjutan, Sido Muncul juga secara aktif menggelar program operasi bibir sumbing gratis serta memberikan bantuan untuk anak-anak penderita stunting di berbagai wilayah di Indonesia. Komitmen ini menegaskan peran Sido Muncul sebagai perusahaan yang tidak hanya berorientasi pada bisnis, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesehatan bangsa.

  • Produksi Katoda Dimulai, Smelter PTFI Jadi Contoh Hilirisasi Pro-Rakyat

    Produksi Katoda Dimulai, Smelter PTFI Jadi Contoh Hilirisasi Pro-Rakyat

    Jakarta

    PT Freeport Indonesia (PTFI) siap memulai produksi katoda tembaga perdana dari smelter Manyar, Gresik dengan target tahunan sebesar 441.000 ton. Momentum ini dinilai menjadi strategi pembangunan ekonomi yang menyentuh masyarakat secara langsung.

    Dalam laporan riset Laporan Akhir Membangun Kemitraan antara Masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan untuk Optimalisasi Manfaat Hilirisasi yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) tahun 2024, Gresik disebut sebagai contoh keberhasilan model kemitraan yang melibatkan masyarakat lokal sejak tahap awal pembangunan industri. Salah satu bentuk kolaborasi itu adalah forum ‘Rembuk Akur’ yang memfasilitasi perekrutan tenaga kerja dari sembilan desa Ring 1 di sekitar kawasan industri smelter.

    Riset FEB UB tersebut juga mencatat bahwa keterlibatan pelaku usaha lokal telah membuka ruang partisipasi ekonomi yang lebih luas. UMKM tidak hanya berperan sebagai penyedia jasa katering dan logistik, tetapi juga didorong melalui pengembangan sentra IKM seperti Songkok Kemuteran dan Mesin Logam Pelemwatu Menganti di Gresik.

    “Dengan kemitraan strategis, pelaku UMKM dapat mengambil peran lebih besar dalam rantai pasok industri, yang pada akhirnya memperkuat ekosistem ekonomi lokal,” kata salah satu peneliti laporan tersebut, Hendi Subandi dalam keterangan, Rabu (23/7/2025).

    Lebih jauh, laporan ini menekankan bahwa manfaat hilirisasi akan jauh lebih berkelanjutan bila dilakukan melalui pendekatan kolaboratif yang melibatkan enam unsur utama: perusahaan, pemerintah daerah, masyarakat, akademisi, media, dan NGO. Pendekatan hexahelix ini dianggap penting untuk menjaga kesinambungan antara kepentingan ekonomi dan pembangunan sosial di tingkat lokal.

    “Dengan melibatkan berbagai aktor dalam model kemitraan hexahelix, hilirisasi dapat menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan, memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat lokal,” lanjut Hendi.

    Hal ini sejalan dengan temuan tim riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berjudul Kajian Dampak Hilirisasi Industri Tambang terhadap Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan: Tembaga, Bauksit, dan Pasir Silika, yang menyoroti bahwa hilirisasi di sejumlah daerah, termasuk Gresik, berdampak pada peningkatan indikator sosial.

    Studi mereka mencatat perbaikan dalam rata-rata lama sekolah, umur harapan hidup, serta penurunan angka stunting, sebagai bagian dari dampak tidak langsung pembangunan industri dan pemanfaatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Dana Bagi Hasil (DBH).

    FEB UI juga mencatat bahwa hilirisasi dapat memperkuat belanja pembangunan di sektor-sektor publik seperti pendidikan dan kesehatan, karena peningkatan pendapatan daerah membuka ruang fiskal yang lebih besar. Dalam konteks jangka panjang, model ini dipandang mampu mendongkrak kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan industri.

    “Dengan pendapatan daerah yang meningkat, daerah-daerah hilirisasi kini memiliki kapasitas fiskal yang lebih baik untuk membiayai layanan dasar. Ini menunjukkan bahwa manfaat hilirisasi bisa langsung dirasakan oleh masyarakat,” kata Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI Nur Kholis.

    Produksi katoda tembaga dari smelter Manyar akan menyuplai kebutuhan bahan baku untuk kabel listrik, kendaraan listrik, dan teknologi energi terbarukan. Dengan kapasitas pengolahan yang besar dan proses produksi yang terintegrasi, fasilitas ini memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok industri global.

    “Lebih dari sekadar angka produksi, langkah ini memberi gambaran bahwa pembangunan industri bisa diarahkan untuk menciptakan nilai bersama. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat setempat punya peran yang saling menguatkan. Gresik menunjukkan bahwa hilirisasi bukan hanya agenda nasional, tapi juga proses yang bisa menghidupkan ekonomi daerah dari dekat,” tutupnya.

    (akn/ega)

  • FATS 2025 dukung Program MBG dan penyediaan protein hewani

    FATS 2025 dukung Program MBG dan penyediaan protein hewani

    Jakarta (ANTARA) – Festival Ayam, Telur dan Susu (FATS) digelar kembali selama 19-20 Juli 2025 di Jakarta, guna mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta penyediaan protein hewani.

    Direktur Utama PT Permata Kreasi Media Rudi Sarasono, sebagai penyelenggara pameran mengatakan FATS 2025 sangat relevan dan sejalan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu langkah strategis mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto menyiapkan sumber daya manusia menyongsong Indonesia Emas 2045.

    Program MBG, lanjut dia dalam keterangannya di Jakarta, Minggu mengatasi permasalahan gizi buruk dan stunting, mendukung tumbuh kembang anak-anak, kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui sebagai penerima manfaat.

    “Untuk itu daging ayam, telur dan susu dapat menjadi menu utama sumber protein untuk kegiatan MBG ini,” katanya.

    Pihaknya berharap produk ayam, telur dan susu sebagai sumber protein hewani dapat menjadi menu gizi utama dalam Program MBG.

    “Kami mengajak bersama sama kita sukseskan program MBG yang akan berdampak pada kualitas SDM Indonesia di masa depan,” ujarnya.

    Rudi menjelaskan Festival Ayam dan Telur pertama kali diadakan pada 15 Oktober 2011 di Parkir Timur Senayan yang mana saat itu, Menteri Pertanian Suswono mencanangkannya sebagai Hari Ayam dan Telur Nasional.

    Sementara itu dalam FATS 2025 bekerja sama dengan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) dan digelar di halaman kampus tersebut.

    Dikatakannya festival ini sebagai bentuk kepedulian seluruh pemangku kepentingan di bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi protein hewani untuk Kesehatan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kecerdasan anak bangsa.

    Rektor UAI Prof Dr Ir Asep Saefudin, MSc menambahkan FATS 2025 sejalan dengan komitmen meningkatkan literasi gizi masyarakat dan memperkuat peran pendidikan tinggi dalam membangun generasi sehat dan cerdas.

    Untuk itu, kolaborasi perlu untuk meningkatkan kesadaran pentingnya konsumsi protein hewani dan memberikan dampak positif berkelanjutan bagi perbaikan gizi dan kualitas SDM Indonesia.

    Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Agung Suganda saat membuka FATS 2025 menegaskan pemerintah sangat sadar asupan gizi berperan dalam meningkatkan dan mendukung perkembangan kecerdasan anak, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan.

    “Jadi, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mempunyai tanggung jawab dan peran strategis, salah satunya penyediaan protein hewani yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH),” ujarnya.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 2.500 Dapur Program Makan Bergizi Gratis Dikebut Rampung Oktober

    2.500 Dapur Program Makan Bergizi Gratis Dikebut Rampung Oktober

    Jakarta

    Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan membangun sekitar 2.500 dapur untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Pembangunan ditargetkan rampung dan SPPG siap beroperasi pada bulan Oktober 2025.

    Hal ini disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo. Pembangunan model dapur MBG akan dilakukan setidaknya di 7 provinsi, dengan prioritas pembangunan di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

    Namun demikian, Dody belum dapat merincikan di mana saja lokasi dari pembangunan Dapur MBG baru ini. Lokasi masih menunggu kabar lebih lanjut dari Badan Gizi Nasional (BGN).

    “Kemarin diskusi awal akan ada 2.500 sampai 3.000 titik lokasi. Cuman per detik ini kami juga belum dapat di mana posisinya. Itu yang harus kami selesaikan sampai dengan targetnya Oktober 2025,” kata Dody, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian PU, Jakarta Selatan, Jumat (18/7/2025) malam.

    Selain itu, Dody juga belum dapat memastikan berapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk menggarap 2.500 dapur MBG baru itu. Nantinya, dana pembangunan SPPG akan bersumber dari pagu anggaran BGN.

    “Berapa nominalnya belum, karena kan di mana tempatnya juga belum. Setelah tempatnya pasti di mana, baru kita bisa menyusun anggarannya, tapi anggaran dari BGN nanti BGN-nya akan geser anggarannya ke PU,” jelas Dody.

    Kementerian PU bersama sejumlah perusahaan pelat merah di bidang jasa konstruksi atau BUMN Karya sebelumnya telah menyelesaikan pembangunan tiga prototipe SPPG. Dapur percontohan ini berlokasi di Jambi, Kebumen, hingga Banjar.

    Selaras dengan selesainya ketiga prototipe ini, tahap replikasi untuk membangun 2.500 dapur lanjutan berukuran sekitar 3.000 meter pun dipersiapkan. Tim koordinasi teknis juga akan dibentuk guna menyusun langkah konkret menuju implementasi tersebut.

    “Dapur MPG tidak hanya menyediakan makanan bernutrisi, tapi juga dirancang sebagai pusat edukasi, pemberdayaan perempuan lokal sekaligus menjadi bagian dari sistem terintegrasi pengantasan stunting berbasis komunitas,” ujar Dody.

    (shc/hns)

  • KPK Selidiki Dugaan Korupsi Pengadaan Makanan Balita-Ibu Hamil di Kemenkes

    KPK Selidiki Dugaan Korupsi Pengadaan Makanan Balita-Ibu Hamil di Kemenkes

    Bisnis.com, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menyelidiki dugaan korupsi terkait dengan pengadaan di Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

    Kasus itu baru dalam tahap penyelidikan. Kaitannya terkait dengan pengadaan makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil pada periode 2016-2020. 

    Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu membenarkan bahwa lembaganya tengah melakukan penyelidikan untuk menemukan peristiwa pidana pada pengadaan tersebut. 

    “Clue-nya [petunjuknya] adalah makanan bayi dan ibu hamil, TPK [tindak pidana korupsi] terkait itu. Masih penyelidikan,” ujarnya kepada wartawan pada konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (17/7/2025).

    Asep enggan memerinci lebih lanjut terkait dengan kasus yang tengah diselidiki KPK itu. Namun, penegak hukum belum menetapkan pihak-pihak tersangka pada tahapan proses hukum tersebut. 

    Meski demikian, KPK sudah bisa meminta keterangan ke sejumlah pihak terkait guna mencari peristiwa pidana dalam suatu perkara. Apabila ditemukan peristiwa pidana dan minimal dua alat bukti, maka perkara bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya. 

    Adapun, sebelumnya lembaga antirasuah sudah menyoroti soal pemberian asupan tambahan kepada anak dan ibu hamil. Melalui kajian terhadap program pemerintah sebelum adanya Makan Bergizi Gratis (MBG), KPK menyoroti bahwa pemberian biskuit dan susu tidak efektif dalam menurunkan angka stunting. 

    Hal itu lantaran lebih banyak biskuit yang diterima oleh penerima manfaat daripada susu. 

    “Sehingga dari tahun ke tahun penurunan stunting tidak banyak. Oleh karena itu, saya harap ini benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi lagi. Pastikan kandungan makanan betul-betul dikaji dan disesuaikan sehingga makanan yang sampai ke anak-anak dan ibu hamil benar-benar berkualitas,” kata Ketua KPK Setyo Budiyanto pada 5 Maret 2025 lalu.