Kasus: stunting

  • Sri Mulyani-Gus Ipul makan siang bareng siswa Sekolah Rakyat

    Sri Mulyani-Gus Ipul makan siang bareng siswa Sekolah Rakyat

    Menkeu Sri Mulyani dan Mensos Gus Ipul makan siang bareng siswa SRMA 10 Jakarta Selatan, Sabtu (9/8/2025). Foto: Kemensos

    Sri Mulyani-Gus Ipul makan siang bareng siswa Sekolah Rakyat
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Minggu, 10 Agustus 2025 – 13:33 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) makan siang bersama para siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Jakarta Selatan, Sabtu (9/8/2025).

    Tanpa sekat, Sri Mulyani, Gus Ipul, dan Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono duduk dan berbincang dengan para siswa. Kegiatan diawali doa bersama sebelum menikmati hidangan sederhana namun bergizi.

    Dalam dialognya, Sri Mulyani menyoroti cerita seorang siswa yang kini bisa makan tiga kali sehari setelah bersekolah di SRMA. “Kita lihat tadi anak-anak tadi cerita bahwa mereka ada yang biasanya makan hanya satu kali, atau dua kali sehari. Mereka sekarang (di Sekolah Rakyat) mendapatkan makanan tiga kali sehari, plus snack,” jelasnya.

    Siswa tersebut adalah Jasmia. Sebelum bersekolah di SRMA, ia mengaku biasanya hanya makan sekali atau dua kali sehari. “Makannya (di sini), alhamdulillah, tiga kali sehari, Bu, Pak. biasanya saya di rumah dua kali, bahkan sekali atau enggak, tidak makan,” ujarnya.

    Di SRMA, Jasmia terbiasa mengikuti jadwal harian yang teratur mulai dari makan, beribadah, hingga tidur. “Jadi saya di sini makin disiplin,” katanya.

    Usai santap siang, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Prof Mohammad Nuh menyampaikan apresiasi kepada Sri Mulyani. “Matur sembah nuwun Ibu, panjenengan berkenan rawuh (datang) dan dahar (makan) bersama murid-murid atau siswa-siswa Sekolah Rakyat yang ada di sini,” tuturnya.

    Kepada Sri Mulyani, Prof Nuh memaparkan tiga aspek utama yang dipetakan sejak awal penerimaan siswa yang direkrut berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) desil 1 dan 2, tanpa tes masuk.

    Aspek pertama adalah kebugaran, meliputi pengukuran usia, tinggi badan, berat badan, lingkar perut, hingga indikasi stunting. Aspek kedua adalah kesehatan, mencakup kebutuhan kacamata, perawatan gigi, hingga pemeriksaan anemia.

    Tidak berhenti di situ, aspek ketiga adalah pemetaan psikososial dan talenta siswa. “Semua anak-anak ini sudah dipetakan talenta-talentanya, melalui DNA talent mapping. Sehingga kita tahu kecenderungan anak-anak itu nanti bakatnya ke mana, sehingga para guru itu nanti, kepala sekolah dan guru, pendamping, semuanya bisa mengarahkan sesuai dengan talentanya,” jelas Prof Nuh.

    Penulis: Rizky Rian Saputra/Ter

    Sumber : Radio Elshinta

  • Cerita Haru Orang Tua Asal Cianjur Sang Anak Dapat Operasi Bibir Sumbing Gratis

    Cerita Haru Orang Tua Asal Cianjur Sang Anak Dapat Operasi Bibir Sumbing Gratis

    Tim dokter gabungan dari UOBK RSUD R. Syamsudin Sh, PERAPI, dan Smile Train Indonesia akan melakukan skrining, evaluasi, operasi, dan perawatan pasca operasi para pasien yang dijadwalkan pada 9-10 Agustus 2025.

    “Sebelum di operasi diperiksa dulu, kalau mmg tidak layak nti kita masukkan ke kesempatan berikutnya. Yang daftar itu 26 orang, yang konfirmasi 21, dan 16 orang yang lolos dan 14 orang akan dioperasi,” jelas Yanyan.

    Dalam kesempatan yang sama, dr. Aryanto Z. Habibie, SpBP-RE, MHKes dari PERAPI menjelaskan lebih jauh tentang bibir sumbing. Menurutnya, kondisi ini adalah kelainan bawaan yang diakibatkan oleh kegagalan pertumbuhan pada masa janin, terutama di trimester pertama.

    Aryanto memaparkan ada tiga jenis kelainan sumbing pada wajah, yaitu sumbing bibir, sumbing langit-langit, dan sumbing gusi. Penanganan dini sangatlah krusial untuk mencegah berbagai masalah kesehatan yang bisa muncul.

    “Jika bayi lahir dengan kondisi bibir sumbing, ia tidak bisa menghisap ASI secara optimal karena adanya celah, sehingga pertumbuhannya akan terganggu dan berisiko stunting,” ucap dr. Aryanto.

     

  • Polri wujudkan Astacita Presiden lewat program Makan Bergizi Gratis

    Polri wujudkan Astacita Presiden lewat program Makan Bergizi Gratis

    Peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Lapak Kampir di Kelurahan Kanigoro, Madiun, Jawa Timur, Jumat (8/8/2025) sore. ANTARA/HO-Polri

    Polri wujudkan Astacita Presiden lewat program Makan Bergizi Gratis
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 14:31 WIB

    Elshinta.com – Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menegaskan komitmen kuatnya dalam mewujudkan Astacita Presiden Prabowo Subianto, khususnya peningkatan gizi anak bangsa, melalui akselerasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Bukti konkretnya berupa peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Lapak Kampir di Kelurahan Kanigoro, Madiun, Jawa Timur, Jumat (8/8) sore.

    Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri Komisaris Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan SPPG merupakan bukti Polri hadir membangun masa depan bangsa.

    “Mari sukseskan program ini bersama demi generasi sehat yang akan memimpin Indonesia Emas 2045,” kata Komjen Pol. Dedi.

    Dia menuturkan program SPPG menjadi investasi nyata Polri untuk mempercepat pencegahan stunting atau tengkes dan mewujudkan ketahanan pangan serta sumber daya manusia (SDM) unggul, yang mencerminkan presisi Polri dalam mendukung cita-cita nasional.

    Dedi pun menekankan dua pilar utama keberhasilan program, yakni pertama, komitmen mutu tinggi melalui mekanisme security food test alias tes keamanan makanan, yang wajib dijalankan tim medis Polri (Pusdokkes, Bidokkes Polda, Urkes Polres) pada setiap produksi makanan.

    “Ini adalah pembeda SPPG Polri, setiap produksi makanan wajib melalui uji keamanan untuk menjamin standar higienis tertinggi, mencegah keracunan, dan memastikan gizi yang aman untuk penerima manfaat,” tuturnya.

    Kedua, kata Dedi, strategi kolaborasi pentahelix yang berkelanjutan melibatkan pemerintah (TNI, pemda, kementerian/lembaga); akademisi (ahli gizi, pangan, kesehatan); bisnis (UMKM, koperasi, kelompok tani); masyarakat (relawan, pengelola Yayasan Komunitas Bantu/YKB), serta media dalam diseminasi informasi.

    Dia mengatakan bahwa pendekatan holistik tersebut dirancang untuk memutus rantai tengkes melalui intervensi gizi tepat sekaligus menggerakkan ekonomi lokal. Di sisi lain, keberadaan SPPG dinilai memberikan dampak multidimensi.

    Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Madiun Maidi menyambut antusias dan menyatakan SPPG tidak hanya memastikan anak-anak mendapat asupan bergizi, tetapi juga menjadi bagian integral dari strategi ketahanan pangan dan peningkatan kualitas lingkungan kota.

    “Dapur gizi juga menjadi bagian dari upaya menurunkan suhu kota, meningkatkan oksigen, dan menggerakkan ekonomi lokal. Semua harus saling terhubung demi Madiun yang sehat, hijau, dan mandiri pangan,” tutur Maidi.

    Acara yang dipimpin langsung oleh Irwasum Polri itu dihadiri jajaran Forkopimda Kota Madiun, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala sekolah penerima manfaat, dan perwakilan instansi terkait.

    SPPG Kanigoro dibangun dengan anggaran sekitar Rp1,9 miliar hasil sinergi dengan PT Arya Motor Indonesia dan ditargetkan selesai dalam 45 hari, yang akan beroperasi pada Oktober 2025 guna melayani 4.103 siswa SD dan SMP penerima program MBG di Kota Madiun, dengan bahan baku bersumber dari pasar tradisional dan UMKM setempat.

    Aksi di Madiun tersebut bukan kegiatan insidental, melainkan bagian dari lompatan strategis Polri secara nasional. Baru pada 6 Agustus 2025 di Malang, Polri telah meresmikan delapan SPPG operasional sekaligus melakukan peletakan batu 205 unit baru secara serentak di seluruh Indonesia.

    Tercatat, perkembangannya hingga Agustus 2025 menunjukkan akselerasi signifikan, yakni 27 unit SPPG telah beroperasi melayani 86.777 penerima manfaat per hari dan menyerap 1.344 tenaga kerja, 34 unit dalam persiapan akhir operasional, 155 unit tahap konstruksi, serta tambahan 205 unit yang memulai pembangunan hari ini.

    Total 421 SPPG tersebut akan menjadi tulang punggung distribusi gizi bagi 1,47 juta orang per hari ketika seluruhnya beroperasi. Polri menargetkan penyelesaian 500 SPPG pada akhir 2025 dan akan memperluas menjadi 1.000 unit pada tahun 2026.

    Sumber : Antara

  • Wakil Ketua MPR sebut keluarga perlu pahami pemenuhan gizi seimbang

    Wakil Ketua MPR sebut keluarga perlu pahami pemenuhan gizi seimbang

    Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. ANTARA/HO-MPR RI

    Wakil Ketua MPR sebut keluarga perlu pahami pemenuhan gizi seimbang
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 16:53 WIB

    Elshinta.com – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan bahwa kalangan orang tua atau keluarga harus meningkatkan pemahaman tentang pemenuhan gizi seimbang untuk mendukung upaya pembangunan sumber daya manusia nasional yang berdaya saing di masa depan.

    “Upaya membuka kemudahan akses terhadap makanan bergizi bagi masyarakat merupakan langkah yang baik, tetapi lebih dari itu pemahaman keluarga tentang pentingnya pemenuhan gizi keluarga yang seimbang, sangat penting diwujudkan,” kata Lestari di Jakarta, Sabtu.

    Dia mengatakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) resmi mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, pada Mei 2025 lalu.

    Hasil SSGI menunjukkan bahwa prevalensi stunting Indonesia tahun 2024 adalah 19,8 persen. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada 2029 harus mampu mencapai prevalensi stunting nasional 14,2 persen, itu artinya masih harus menurunkan sekitar 5,6 persen lagi.

    Untuk itu, menurut dia, upaya peningkatan gizi keluarga harus dibarengi dengan peningkatan pemahaman para ibu dan orang tua pada umumnya, terkait pemenuhan gizi seimbang keluarga.

    Dia berpendapat bahwa peran perempuan sangat penting dalam menanamkan kebiasaan baik kepada para anggota keluarga, termasuk mengonsumsi makanan bergizi.

    Selain itu, Anggota Komisi X DPR RI tersebut mendorong agar pemahaman pentingnya mengonsumsi makanan bergizi juga ditanamkan di institusi-institusi pendidikan kepada para peserta didik.

    Dia berharap pemahaman para orang tua tentang pentingnya mengonsumsi makanan bergizi bagi keluarganya, dapat dibarengi dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga.

    Dengan begitu, menurut dia, pengetahuan terkait pentingnya mengonsumsi makanan bergizi dapat direalisasikan dengan langkah nyata di keluarganya masing-masing.

    Para pemangku kepentingan dan masyarakat, kata dia, dapat bersama-sama mewujudkan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi setiap warga negara, agar mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berdaya saing di masa depan.

    Sumber : Antara

  • Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini

    Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini

    Jakarta

    Stunting masih menjadi tantangan kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting berada di angka 21,5 persen. Tahun 2024, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting menjadi 19,8 persen.

    Meski turun dibanding tahun sebelumnya, stunting di beberapa provinsi masih menjadi persoalan. Berikut 10 provinsi dengan prevalensi stunting di atas angka nasional:

    Nusa Tenggara Timur: 37 persenSulawesi Barat: 35,4 persenPapua Barat Daya: 30,5 persenNusa Tenggara Barat: 29,8 persenAceh: 28,6 persenMaluku: 28,4 persenKalimantan barat: 26,8 persenSulawesi Tengah: 26,1 persenSulawesi Tenggara: 26,1 persenPapua Selatan: 25,7 persen

    Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berpengaruh terhadap perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga kualitas hidup jangka panjang.

    Studi tahun 2021 yang dipublikasikan di jurnal Gaceta Sanitaria berjudul ‘Role of Maternal in Preventing Stunting: A Systematic Review’ menekankan, upaya pencegahan dan penanganan stunting harus terus dioptimalkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting.

    Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan perkembangan kognitif, gangguan pertumbuhan fisik, serta gangguan metabolisme dalam tubuh. Sementara dalam jangka panjang, dampaknya meliputi penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, rendahnya sistem kekebalan tubuh yang membuat anak lebih rentan terhadap penyakit, serta peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, gangguan kardiovaskular, kanker, stroke, hingga disabilitas pada usia lanjut.

    “Konsekuensi ini sejalan dengan stunting yang terjadi pada masa bayi dan anak usia dini, yang berdampak pada peningkatan angka morbiditas, rendahnya fungsi kognitif dan prestasi akademik di masa anak-anak, peningkatan risiko kematian perinatal dan kematian dini pada perempuan, hingga menurunnya produktivitas dan pendapatan saat dewasa,” demikian tulis para peneliti.

    Kebutuhan Nutrisi Selama Hamil-Menyusui

    Adapun salah satu fondasi utama untuk mencegah stunting adalah pemenuhan kebutuhan gizi sejak masa kehamilan dan menyusui.

    Studi tahun 2017 berjudul ‘Assessment of the Nutrient Intake and Micronutrient Status in the First Trimester of Pregnant Women in Jakarta’ yang dipublikasikan di Medical Journal of Indonesia mengungkapkan sebagian besar Ibu hamil di Jakarta memiliki asupan energi dan nutrisi maternal yang rendah. Studi ini juga menyebut, gizi Ibu sebelum dan selama kehamilan sangat penting untuk hasil kehamilan yang sehat.

    Trimester pertama merupakan periode yang paling krusial karena pada 13 minggu pertama ini terjadi proses konsepsi, implantasi, dan organogenesis. Kekurangan makro dan mikronutrien berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan Ibu maupun janin.

    Status gizi yang kurang optimal telah terbukti dapat menyebabkan keguguran, gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (intrauterine growth restriction), preeklampsia, infeksi, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan anemia. Selain itu, kondisi ini juga meningkatkan risiko kematian Ibu dan bayi baru lahir.

    Gizi Ibu juga berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang anak, termasuk dalam proses ‘pemrograman’ penyakit tidak menular. Berbagai studi telah membuktikan, 1.000 hari pertama kehidupan (selama kehamilan dan dua tahun pertama setelah lahir) merupakan periode krusial untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

    “Asupan gizi yang baik dan pertumbuhan yang sehat pada periode ini akan memberikan manfaat jangka panjang sepanjang hidup,” tulis para peneliti.

    Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini Foto: infografis detikHealth

    Pentingnya Protein

    Senada, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG(K)-Onk, menegaskan kebutuhan gizi, khususnya protein, meningkat signifikan selama masa kehamilan.

    Protein berperan penting dalam menunjang pertumbuhan janin, termasuk perkembangan otak dan tubuh bayi. Kekurangan asupan protein dapat menghambat tumbuh kembang janin, bahkan berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup anak di masa mendatang.

    Sayangnya, sebagian besar Ibu hamil di Indonesia masih menghadapi tantangan gizi. Menurut Prof Yudi, sekitar 80 persen Ibu hamil mengalami anemia. Kondisi ini mengindikasikan kekurangan sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen dan nutrisi penting dari Ibu ke janin. Ketika suplai darah terganggu, pertumbuhan janin pun ikut terhambat, yang dapat berujung pada kelahiran bayi dengan berat badan rendah atau kondisi stunting.

    “Kalau asupan ini (protein) kurang ya tentu tapi pertumbuhan bayinya jadi terhambat. Perkembangan otaknya juga terhambat,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Senin (21/7/2025).

    “Jadi artinya apa? Kita harus sadar Ibu hamil banyak yang kekurangan darah, kekurangan protein, dan sebagainya. Ditambah lagi dia harus berbadan dua. Berbadan dua berarti apa? Harus lebih banyak. Itu yang harus kita sadari bersama. Sehingga betul-betul memperhatikan apa yang dimakan oleh bayi kita supaya bayi bisa lebih baik,” ucapnya lagi.

    Oleh karena itu, Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk sumber protein. Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), jenis makanan protein seperti daging, telur, dan susu menawarkan sumber penting nutrisi yang sangat dIbutuhkan yang tidak dapat dengan mudah diperoleh dari makanan nabati.
    Ini sangat penting selama tahap-tahap kehidupan utama seperti kehamilan dan menyusui, masa kanak-kanak, remaja dan usia yang lebih tua.

    Meski begitu, asupan protein yang cukup didefinisikan sebagai kemampuan protein dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, yang tidak hanya bergantung pada jumlah protein yang disediakan, tetapi juga pada kualitas protein dalam hal keseimbangan asam amino esensial dan tingkat kecernaannya.

    Menurut studi 2016 yang dipublikasikan di jurnal Animal yang berjudul ‘An Approach to Including Protein Quality When Assessing the Net ContrIbution of Livestock to Human Food Supply’, FAO mengusulkan skor asam amino esensial tercerna Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS) sebagai metode yang disukai untuk menggambarkan kualitas protein makanan. Metode ini akan menggantikan PDCAAS (Protein Digestibility-Corrected Amino Acid Score) yang telah digunakan selama lebih dari 20 tahun untuk menilai kualitas protein.

    Skor asam amino didefinisikan sebagai rasio antara kandungan asam amino esensial terbatas dalam protein uji terhadap kandungan asam amino yang sama dalam protein acuan. Dalam metode PDCAAS, skor asam amino dikoreksi menggunakan kecernaan nitrogen berdasarkan feses (true fecal nitrogen digestibility), sedangkan dalam DIAAS, digunakan kecernaan asam amino di ileum (bagian akhir usus halus) untuk setiap asam amino esensial (true ileal digestibility).

    Dari segi mutu, protein hewani secara umum memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Protein hewani juga berkontrIbusi besar terhadap pasokan protein bagi manusia di seluruh dunia.

    Mengacu pada tabel dalam studi tersebut, whole milk powder atau susu bubuk utuh memiliki nilai DIAAS (Digestible Indispensable Amino Acid Score) tertinggi, yaitu 115,9, disusul oleh daging dengan nilai 111,6. Nilai DIAAS yang tinggi menandakan protein tersebut mengandung asam amino esensial dalam jumlah memadai dan mudah dicerna serta dimanfaatkan oleh tubuh.

    Hal ini menjadi penting terutama pada masa kehamilan, ketika kebutuhan protein Ibu meningkat seiring dengan perkembangan janin dan perubahan metabolisme tubuh. Protein berkualitas tinggi sangat dIbutuhkan untuk mendukung pembentukan otak, otot, dan jaringan tubuh janin, serta menjaga kesehatan Ibu selama kehamilan.

    Sementara itu, sebuah studi di jurnal Advances in Nutrition yang berjudul ‘Effects of Milk and Dairy Product Consumption on Pregnancy and Lactation Outcomes: A Systematic Review’, mengatakan susu dan produk olahan susu paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan janin dan ukuran bayi baru lahir karena mengandung berbagai zat gizi seperti protein, kalsium, fosfor, kalium, yodium, vitamin B12, dan riboflavin.

    Kelompok makanan ini secara konsisten menunjukkan kepadatan zat gizi yang tinggi, yang penting selama keadaan fisiologis seperti kehamilan dan menyusui.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video CISDI: PMT Bisa Jadi Alternatif Beri Pangan Bergizi untuk Anak “
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui

    Jakarta

    Kelahiran seorang bayi bisa memunculkan beragam emosi yang kuat, mulai dari kebahagiaan dan antusiasme, hingga rasa takut dan cemas. Namun, di balik momen penuh haru ini, tak jarang muncul kondisi yang tak terduga: depresi.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 persen Ibu hamil dan 13 persen Ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan mental, terutama depresi. Di negara berkembang, angka ini bahkan lebih tinggi, yakni 15,6 persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah melahirkan.

    Sebagian besar Ibu baru akan mengalami kondisi yang dikenal sebagai baby blues setelah melahirkan. Gejalanya mencakup perubahan suasana hati, mudah menangis, rasa cemas, hingga gangguan tidur. Baby blues biasanya muncul dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah persalinan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.

    Namun, pada beberapa Ibu, gejala tersebut berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan berlangsung lebih lama, yaitu depresi pascapersalinan atau disebut postpartum depression, karena bisa muncul sejak masa kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan. Dalam kasus yang sangat jarang, Ibu dapat mengalami gangguan suasana hati yang ekstrem yang dikenal sebagai postpartum psychosis atau psikosis pascapersalinan.

    Perlu dipahami bahwa depresi pascapersalinan bukanlah tanda kelemahan atau kekurangan pribadi. Ini adalah salah satu bentuk komplikasi medis yang dapat terjadi setelah melahirkan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, gejala dapat dikelola, dan hubungan emosional antara Ibu dan bayi tetap dapat terjalin dengan kuat.

    Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) melaporkan 57 persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Persentase ini disebut menjadikan angka Ibu yang mengalami baby blues di Indonesia tertinggi se-Asia.

    “Lima puluh tujuh persen Ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues, angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di Asia dengan risiko baby blues,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Kemendukbangga/BKKBN Nopian Andusti dalam sebuah sesi diskusi daring.

    Sementara itu menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sekitar 9,1 persen Ibu mengalami keluhan saat masa nifas, 1,1 persen di antaranya mengalami baby blues.

    Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Endang Retno Surjaningrum, S.Psi, M.Appa, Psych, PhD, mengatakan pada 2019 tercatat prevalensi depresi postpartum pada rentang 20,5 hingga 25,4 persen, menjadikan satu dari lima perempuan mengalami kondisi kesehatan mental yang buruk.

    Ada berbagai faktor yang membuat seorang Ibu mengalami depresi dan gangguan mental, misalnya, perubahan hormon, stres fisik dan emosional, komplikasi kehamilan, hingga kurangnya dukungan sosial.

    “Ibu dengan masalah kesehatan mental berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Menyebabkan kunjungan ke perawatan antenatal dan postnatal terganggu, cakupan gizi yang tidak memadai, peningkatan risiko preeklamsia, melahirkan prematur, dan kesulitan menyusui,” papar Prof Endang, dikutip dari laman Universitas Airlangga (Unair).

    Ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan dapat mengalami penderitaan yang mendalam, hingga kesulitan untuk menjalani aktivitas dasar seperti makan, mandi, atau merawat diri sendiri. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental.

    Menurut WHO, bayi baru lahir sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya dan kualitas pengasuhan yang diterima. Karena itu, bayi sangat mungkin terdampak jika diasuh oleh Ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental.

    Depresi atau gangguan mental yang berat dan berkepanjangan dapat menghambat ikatan emosional antara Ibu dan bayi, termasuk mengganggu proses menyusui dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).

    Hubungan Kesehatan Mental Ibu dengan Kelancaran ASI

    Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada dasarnya dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Artinya, bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih.

    Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI, dr Lovely Daisy, MKM, menjelaskan, ASI eksklusif sejak usia 0 hingga 6 bulan merupakan sumber gizi utama yang mengandung zat gizi terlengkap dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

    “ASI mengandung zat antibodi yang penting untuk kekebalan tubuh bayi dalam mencegah ataupun melawan penyakit infeksi,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (21/7/2025).

    “Di dalam ASI terdapat kandungan Asam Lemak (DHA dan ARA) yang penting untuk perkembangan otak sehingga pemberian ASI Eksklusif sangat disarankan pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan. Menghemat pengeluaran keluarga dan negara jika dibandingkan dengan minuman selain ASI,” lanjutnya.

    Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 68,6 persen. Provinsi dengan cakupan tertinggi antara lain Nusa Tenggara Barat (87,9 persen), Jambi (81,3 persen), dan Nusa Tenggara Timur (79,7 persen). Sementara itu, provinsi dengan cakupan terendah adalah Gorontalo (47,4 persen), Papua Barat Daya (47,7 persen), dan Sulawesi Utara (52 persen).

    Pentingnya Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Menyusui Foto: infografis detikHealth

    Sementara itu, menurut data terbaru dari Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 74,73 persen anak usia 0-5 bulan mendapatkan ASI eksklusif.

    Meski angkanya cukup tinggi, masih ada bayi yang mungkin tak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan kesehatan mental yang dialami Ibu pasca melahirkan.

    Gangguan seperti baby blues maupun depresi pascapersalinan dapat menghambat proses menyusui. Ibu yang mengalami kondisi ini sering kali merasa cemas, sedih, atau kelelahan secara emosional, sehingga kesulitan memberikan ASI secara optimal.

    Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Clinical Nutrition yang berjudul ‘Maternal stress in the Postpartum Period is Associated with Altered Human Milk Fatty Acid Composition’, stres yang dialami Ibu pada bulan pertama setelah melahirkan berhubungan dengan penurunan kadar total asam lemak (fatty acid) dalam ASI. Temuan ini mengindikasikan perubahan dalam komposisi ASI bisa menjadi salah satu jalur penularan dampak stres dari Ibu ke bayi.

    “Asam lemak dalam ASI sangat krusial untuk perkembangan anak, termasuk neurologis,” tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.

    Meski begitu, penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan apakah perubahan ini berdampak terhadap perkembangan anak di masa depan.

    Studi lainnya yang dipublikasikan di International Breastfeeding Journal dengan judul ‘Association Between Postpartum Anxiety and Depression and Exclusive and Continued Breastfeeding Practices: a Cross-Sectional Study in Nevada, USA,’ juga mengatakan gejala kecemasan dan depresi pasca-persalinan Ibu sebagai faktor yang terkait dengan praktik menyusui yang lebih rendah di antara anak-anak di bawah usia dua tahun (0-23 bulan).

    “Adanya depresi serta adanya komorbiditas gejala kecemasan dan depresi pascapersalinan dikaitkan dengan Exclusive Breastfeeding (EBF) yang lebih rendah. Selain itu, gejala kecemasan pascapersalinan dikaitkan dengan (Continuous Breastfeeding) yang lebih rendah,” demikian laporan jurnal tersebut.

    Senada, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Naomi Esthernita, SpA, SubspNeo(K) menjelaskan kesehatan mental Ibu sangat memengaruhi kelancaran menyusui, baik dari segi kuantitas maupun kualitas ASI yang dihasilkan.

    “Literatur banyak sekali yang membahas terutama mental. Itu ada anxiety, stress, dan depresi postpartum. Ibu-Ibu yang mengalami stress postpartum itu akan berbeda dalam hal ASI-nya berbeda kualitas dari efek fatty acid-nya. Jadi asam lemaknya beda. Dan setelah diteliti banyak hal, beberapa case juga kan skor stresnya tingginya si Ibu nih,” ucapnya kepada detikcom, Senin (21/7).

    Tak hanya itu, stres emosional juga menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol, yang pada gilirannya dapat menurunkan kadar prolaktin, hormon utama untuk produksi ASI. Bahkan, stres yang berkelanjutan juga bisa mengubah komposisi mikrobiota dalam ASI, yang penting untuk membentuk kekebalan tubuh bayi.

    “Berarti memang masalah kesehatan mental ini baik baby blues atau postpartum depression ini sangat mempengaruhi kualitas dan produksi ASI itu sendiri. Jadi komposisi ASI juga menurut literatur akan berbeda. Terus juga dengan stress volume asinnya juga bisa berkurang karena stres, cortisol nya naik, hormon prolaktinnya jadi turun,” lanjutnya.

    Karena itu, menurut dr Naomi, isu kesehatan mental seperti baby blues dan depresi pascapersalinan perlu mendapat perhatian serius karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat, gangguan mental pada Ibu dapat menghambat keterikatan Ibu dan bayi, serta menurunkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

    Terlebih, anak yang tak mendapatkan ASI dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk stunting. Menurut studi yang dipublikasikan di Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia dengan judul ‘Tinjauan Sistematis: Faktor Pelindung dari Risiko Stunting pada Masa Menyusui’, ASI mengandung berbagai nutrisi penting, mulai dari makronutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, dan karnitin, hingga mikronutrien seperti vitamin, mineral, serta zat bioaktif yang dIbutuhkan oleh bayi dan anak di bawah lima tahun.

    “Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko stunting, karena bayi dan anak di bawah lima tahun sangat membutuhkan nutrisi yang terkandung dalam ASI,” demikian bunyi studi tersebut.

    Sebaliknya, rendahnya cakupan pemberian ASI dapat berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak di masa depan dan bahkan memengaruhi kondisi ekonomi suatu negara.
    “Upaya penurunan stunting di mana satu di antaranya adalah pemberian ASI eksklusif,” ucap dr Daisy.

    dr Daisy juga mengatakan penting pula menekankan proses menyusui secara langsung atau Direct Breastfeeding (DBF), karena dapat membangun ikatan emosional (bonding) antara Ibu dan bayi. Jika ASI diberikan tidak secara langsung, maka perlu menggunakan perantara seperti botol dan dot yang berisiko terkontaminasi jika tidak dicuci dan disterilkan dengan benar.

    Selain manfaat dari sisi psikologis, menyusui secara langsung juga memberikan stimulasi pada otak Ibu melalui isapan bayi. Proses ini merangsang pelepasan hormon prolaktin yang berfungsi memproduksi ASI, serta hormon oksitosin yang membantu mengalirkan ASI. Dengan demikian, produksi ASI cenderung lebih optimal ketika bayi menyusu langsung dari payudara.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Jangan Panik Moms Jika ASI Tak Langsung Keluar Setelah Melahirkan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyelenggarakan kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Pusat untuk meningkatkan konsumsi ikan di kota metropolitan ini.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok di Jakarta, Kamis, mengatakan, angka konsumsi ikan di Provinsi Jakarta masih kecil, yaitu 50 kilogram per kapita per tahun, padahal secara nasional ditargetkan 62,5 kilogram.

    “Maka kegiatan seperti ini sangat penting supaya angka per kapita konsumsi ikan di Jakarta khususnya Jakarta Pusat semakin meningkat,” katanya.

    Menurut dia, kampanye Gemarikan sangat baik karena protein hewani dapat memicu perkembangan otak. Apalagi anak-anak SD masih dalam masa pertumbuhan.

    Hasudungan percaya bahwa gerakan perubahan perilaku konsumsi hanya akan berhasil jika dimulai dari komunitas terkecil. Yaitu keluarga dan sekolah dengan mempromosikan ikan sebagai menu harian anak-anak.

    “Pada ikan ada zat asam amino esensial Omega 3 yang sangat baik sekali bagi seluruh otak untuk merespon rangsangan, memproses informasi dan dapat meningkatkan kecerdasan,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mempromosikan ikan sebagai menu harian merupakan langkah strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, produktif dan berdaya saing di masa depan sebagai calon Generasi Emas 2045.

    Makan ikan bukan sekedar pilihan tapi kebutuhan. Makan ikan bukan sekedar kampanye tetapi intervensi masa depan.

    “Semoga semangat Gemarikan ini tidak berhenti di sekolah saja tetapi menular ke rumah-rumah, meja makan keluarga dan menjadi gaya hidup masyarakat Jakarta,” katanya.

    Kepala Suku Dinas (Kasudin) KPKP Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti mengatakan, Gemarikan bisa berkontribusi untuk konvergensi penurunan stunting. Apalagi nantinya juga ada edukasi dari narasumber untuk menyampaikan manfaat konsumsi ikan.

    “Kita juga memberikan kepada para siswa-siswi bingkisan berupa baso ikan, somay dan bandeng presto,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemerintah Tahan Pencairan Dana Desa Puluhan Kelurahan di Gunungkidul, Ini Penyebabnya

    Pemerintah Tahan Pencairan Dana Desa Puluhan Kelurahan di Gunungkidul, Ini Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta 59 kelurahan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum menerima dana desa tahap kedua. Pencarian tertahan lantaran belum memenuhi syarat administratif, terutama terkait laporan penggunaan dana tahap pertama.

    Menurut aturan yang berlaku, dana tahap kedua hanya bisa dicairkan jika penggunaan dana tahap pertama telah direalisasikan minimal 60 persen. Sayangnya, hingga akhir Juli, belum semua kelurahan mampu memenuhi batas realisasi tersebut dan menyelesaikan pelaporannya dengan lengkap.

    Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat DPMKP2KB Gunungkidul, Khoiru Rahmat menyebutkan bahwa proses ini sejatinya bukan untuk mempersulit, namun untuk memastikan penggunaan dana desa benar-benar efektif dan transparan.

    Meski begitu, dia mengakui ada perkembangan positif karena beberapa kalurahan yang tertahan mulai aktif mengunggah dokumen ke sistem pelaporan.

    “Waktu masih ada, tenggat administratif dari pusat masih sekitar September hingga Oktober, dan kami terus lakukan pendampingan. Mudah-mudahan bisa segera menyusul,” kata Khoiru kepada wartawan, Kamis (7/8).

    Pemerintah pusat sendiri menetapkan pagu Dana Desa untuk Kabupaten Gunungkidul pada 2025 sebesar Rp168.808.759.000. Dari jumlah tersebut, Rp99,68 miliar telah tersalurkan pada tahap pertama, dan Rp40,65 miliar di tahap kedua, sehingga total penyaluran hingga saat ini mencapai Rp 140,33 miliar.

    Sementara itu, Rp28,47 miliar sisanya masih tertahan di kas negara, menunggu desa-desa melengkapi persyaratan agar bisa mengaksesnya. Tak hanya soal pelaporan teknis, kadang kalurahan juga terkendala SDM yang terbatas untuk mengelola administrasi keuangan secara digital.

    Di sisi lain, desa-desa yang sudah menerima dana segera bergerak cepat menyusun rencana implementasi. Salah satunya adalah Kalurahan Plajan yang dipimpin oleh Lurah Asih Sulistyo.

    “Kami akan menggunakan dana ini sesuai arahan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Anggarannya akan kami alokasikan untuk ketahanan pangan, penanganan kemiskinan ekstrem, layanan dasar kesehatan, hingga penanganan stunting,” lanjutnya.

    Selain itu, Kalurahan Plajan juga berencana mengembangkan program padat karya tunai dan pemanfaatan teknologi tepat guna di tingkat desa. Program-program ini diharapkan tidak hanya menyerap tenaga kerja lokal, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi warga.

    Langkah cepat ini menjadi cerminan dari semangat desa yang ingin tumbuh dan mandiri di tengah berbagai keterbatasan. Dana Desa bukan hanya anggaran, tapi juga nafas pembangunan yang langsung menyentuh masyarakat paling bawah.

  • Bertani di lahan pekarangan bisa panen sayur setiap 15 hari

    Bertani di lahan pekarangan bisa panen sayur setiap 15 hari

    Jakarta (ANTARA) – Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPMD) Jakarta mengemukakan, bertani di lahan pekarangan dengan luas 3×5 meter bisa menghasilkan panen sayur setiap 10-15 hari untuk memenuhi kebutuhan sayuran segar harian keluarga.

    Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) Ahli Madya, BBPPMD Jakarta, Aria Bantar Dinarwan di Jakarta, Kamis, mengatakan, upaya memanfaatkan lahan pekarangan menjadi langkah mewujudkan ketahanan pangan keluarga.

    Pada lahan pekarangan, dapat diusahakan berbagai jenis budidaya berupa tanaman, peternakan, perikanan, dan lain-lain dalam satu kesatuan atau pertanian terpadu.

    Aria pun mendorong adanya program satu keluarga memanfaatkan lahan pekarangan untuk pertanian terpadu.

    Menurut dia, selain mewujudkan ketahanan pangan, upaya ini juga dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan stunting karena kebutuhan pangan sehari-hari diperlukan oleh masyarakat tercukupi dari lahan sendiri.

    Pada lahan itu diimplementasikan konsep pertanian terpadu yakni mengintegrasikan pertanian dan peternakan yakni sayuran, ternak ayam, dan kolam ikan lele.

    “Kondisi tanahnya berbatu di situ, kemudian kami pakai model raised bed, vertikultur kemudian kolam ember untuk ikan,” katanya.

    Raised bed atau bedengan tinggi merupakan metode berkebun dengan area taman dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah, seringkali dalam bentuk kotak atau bingkai.

    Sementara teknik vertikultur memungkinkan pemanfaatan ruang vertikal secara maksimal, sehingga cocok untuk lahan sempit.

    Lalu, selain dapat menghasilkan sayur, di lahan itu, pemilik dapat memproduksi telur 1-2 butir per hari sebagai salah satu sumber protein keluarga, panen lele setiap dua bulan, dan produksi pupuk kompos.

    “Selain itu juga limbah-limbah yang dihasilkan baik itu limbah rumah tangga bisa digunakan untuk produksi kompos dan mengurangi biaya pupuk buatan,” kata Aria.

    Khusus, tanaman di lahan berbatu sebaiknya yang memiliki akar pendek atau serabut karena cepat panen seperti bayam, kangkung, dan daun bawang.

    Selain itu, tanaman refugia seperti kacang panjang juga dapat ditanam di lahan karena menyediakan tempat tinggal bagi musuh alami hama.

    “Selain mencegah serangan hama penyakit, juga memperindah rumah. Jadi jangan salah tanaman bunga-bungaan juga bermanfaat juga untuk sebagai rumah dari musuh-musuh alami sama serangga yang menyerang tanaman,” jelas Aria.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • KPK Ungkap Nutrisi Biskuit PMT Dikurangi, Isi Lebih Banyak Gula dan Tepung, Tak Bisa Atasi Stunting
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        7 Agustus 2025

    KPK Ungkap Nutrisi Biskuit PMT Dikurangi, Isi Lebih Banyak Gula dan Tepung, Tak Bisa Atasi Stunting Nasional 7 Agustus 2025

    KPK Ungkap Nutrisi Biskuit PMT Dikurangi, Isi Lebih Banyak Gula dan Tepung, Tak Bisa Atasi Stunting
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan modus dugaan korupsi pengadaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
    Ternyata, nutrisi dari makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil itu dikurangi sehingga komposisinya lebih banyak tepung dan gula. 
    “Pada kenyataannya, biskuit ini nutrisinya dikurangi. Jadi lebih banyak gula dan tepungnya. Sedangkan premiksnya, nyebutnya premiks nih, karena baru saja kita komunikasikan. Itu dikurangi,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
    Padahal, pengadaan makanan tambahan itu dilakukan untuk mencegah stunting.
    “Jadi untuk memberikan nutrisi kepada ibu hamil dan anak-anak yang stunting, maka pemerintah membuat program untuk memberikan makanan tambahan bagi bayi dan juga bagi ibu hamil,” kata dia. 
    Asep mengatakan, pengurangan dari nutrisi tersebut membuat kualitas gizi menurun dan harga makanan menjadi lebih murah.
    “Di situlah timbul kerugian. Biskuitnya memang ada, tapi gizinya tidak ada. Hanya tepung saja sama gula. Itu tidak ada pengaruhnya bagi perkembangan anak dan ibu hamil sehingga yang stunting tetap stunting,” ucap dia.
    Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang menyelidiki dugaan korupsi pengadaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
    “Tindak pidana korupsi terkait itu masih lidik,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
    Namun, Asep belum merinci soal penyelidikan tersebut karena pelaksanaannya biasanya dilakukan secara tertutup sampai ke tahap penyidikan.
    Akan tetapi, berdasarkan informasi yang dihimpun, penyelidikan dilaksanakan sejak awal tahun 2024, sementara itu dugaan korupsi PMT itu diduga terjadi pada 2016-2020.
    “Clue-nya adalah (terkait pengadaan) makanan bayi dan ibu hamil,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.