Kadipaten Pakualaman Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Teknologi di Kulonprogo

Kadipaten Pakualaman Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Teknologi di Kulonprogo

KULONPROGO – Dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional, Kadipaten Pura Pakualaman menggandeng Kora Agri dan Directive One untuk mengembangkan lahan miliknya di pesisir Kalurahan Palihan dan Sindutan, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulonprogo, menjadi kawasan pertanian modern berbasis teknologi tinggi.

Proyek ini mengusung konsep pertanian presisi dengan berbagai inovasi, seperti mekanisasi pengolahan tanah berpasir, sistem irigasi presisi berbasis sensor kelembapan, pemantauan lahan otomatis untuk analisis pertumbuhan tanaman secara real-time, serta penggunaan varietas jagung unggul yang tahan terhadap salinitas dan kondisi pesisir.

“Kami mengintegrasikan teknologi canggih dalam pertanian untuk menjawab tantangan lingkungan di wilayah pantai,” ujar Direktur Utama PT Direktif Utama Indonesia, Taofiq Hidayah, dalam sosialisasi yang digelar di RM Joglo Saerah, Palihan, Temon, Rabu 30 April.

Lahan 10 Hektare Siap Digarap

Total area pengembangan mencapai 103.570 meter persegi yang terdiri atas tiga bidang tanah bersertifikat: SHM No. 02594 (27.240 m²), SHM No. 02595 (35.490 m²), dan SHM No. 02917 (40.840 m²).

Kora Agri akan menangani manajemen teknis pertanian, mulai dari penyediaan teknologi pengolahan tanah, sistem irigasi, hingga pemantauan produktivitas berbasis drone. Sementara Directive One berperan sebagai manajer proyek dan pengembangan bisnis yang mengatur perencanaan, koordinasi, dan keberlanjutan program.

“Kami tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Sebagian lahan tetap menjadi zona konservasi cemara udang sebagai pelindung alami dari abrasi pantai,” imbuh Taofiq.

Libatkan Masyarakat Lokal

Proyek ini juga bertujuan memberdayakan masyarakat sekitar pesisir dengan keterlibatan langsung dalam penanaman jagung dan kegiatan pertanian lainnya. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga di wilayah tersebut.

“Inisiatif ini sekaligus menjadi bentuk gotong royong antara Kadipaten, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun ekonomi rakyat Kulonprogo,” jelas Taofiq.

Komitmen Pembangunan Berkelanjutan

Menurut KMT Pangarsowijoyo dari Urusan Panitikismo Kadipaten Pakualaman, pengembangan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Kadipaten dalam mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah DIY.

“Lahan milik Kadipaten tersebar di empat kapanewon pesisir Kulonprogo: Wates, Panjatan, Galur, dan Temon,” ujarnya.

Menanggapi isu terkait surat teguran kepada PT Direktif Utama Indonesia, ia menegaskan bahwa dokumen tersebut bersifat internal dan belum pernah dikirim secara resmi.

“Sri Paduka KGPAA Pakualam X telah memberikan palilah (izin pemanfaatan) kepada PT Direktif Utama Indonesia dengan syarat kegiatan dilakukan untuk tanaman bermanfaat, tidak mendirikan bangunan, dan harus melibatkan warga setempat,” tegasnya.

Dengan total lahan Kadipaten Pakualaman yang mencapai sekitar 2.000 hektare, upaya ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan masa depan.