Jakarta: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) optimistis menatap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025. Kuncinya, program-program strategis pemerintah dapat terealisasi.
“Program pemerintah untuk membantu masyarakat luas akan membuahkan hasil yang sangat baik dalam jangka menengah dan panjang. Karena bisa dirasakan langsung ketika bicara mengenai isu kemiskinan dan juga kelaparan,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, dikutip dari Antara, Selasa, 31 Desember 2024.
Program-program strategis yang dimaksud meliputi makanan bergizi gratis, lumbung pangan, rumah murah, hingga program pengampunan utang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Anindya juga mengatakan salah satu hal yang paling penting untuk Indonesia saat ini adalah investasi. Menurut dia, investasi akan datang ketika terdapat kepastian hukum.
Pernyataan Anin, sapaan Anindya, itu disampaikan saat memberi sambutan pada acara Kadin: Global and Domestic Economic Outlook 2025, di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, kemarin.
“Investasi punya potensi yang luar biasa. Kemarin dalam waktu dua mingguan mendampingi lawatan (Presiden Prabowo Subianto) ke luar negeri, Presiden memiliki kemampuan meyakinkan investor dan berhasil mendapatkan komitmen investasi. Saya rasa ini start yang bagus,” kata dia.
Potensi besar pasar domestik
Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kadin Indonesia, Aviliani, mengatakan Indonesia memiliki potensi besar di pasar domestik, meski ada tantangan dari eksternal. Sehingga, kalau pun ada kebijakan di AS dan China terkait perdagangan, maka Indonesia harus fokus pada pasar domestik.
Avi, sapaan akrab Aviliani, mengatakan terkait hilirisasi yang sudah dicanangkan pemerintah, harus dibicarakan mengenai end product-nya agar nilai tambahnya tinggi.
“Kemudian, kita bicara juga hulunya karena hampir 70 persen bergantung pada bahan-bahan impor,” kata Aviliani.
Avi menilai ke depan suku bunga juga masih menjadi tantangan. Di sisi lain, rupiah akan tergerus karena insentif yang diberikan oleh eksternal bisa membuat terjadinya arus modal keluar (capital outflow).
Tantangan lainnya, lanjut dia, adalah nilai tukar yang diprediksi masih berfluktuasi tinggi dengan rentang Rp16.000 hingga Rp16.500. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena akan berdampak pada inflasi.
“Berarti bagaimana mengatasi inflasi tentu pengusaha sudah bicara dari sekarang apa yang harus dilakukan,” ujar Avi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(UWA)