Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Jualan Keripik di Pasar Internasional Menjanjikan, Ini Faktanya

Jualan Keripik di Pasar Internasional Menjanjikan, Ini Faktanya

Jakarta: Setiap orang memiliki peluang untuk bisa menjadi pengusaha. Tidak melulu soal modal besar, berusaha dengan modal kecil asal tau celah pasarnya bisa mendapatkan keuntungan yang fantastis lho.
 
Contohnya, olahan keripik bisa menjadi masuk pasar ekspor Indonesia karena memang memiliki peminat di berbagai belahan dunia.
 
Mengutip laman Kemenkop, Minggu, 5 Januari 2024, Keripik itu merupakan makanan olahan yang terbuat dari hasil alam seperti umbi-umbian, sayuran, atau buah-buahan yang diiris tipis-tipis, digoreng dan dibumbui.
 
Bahan baku sendiri dari pembuatan kripik terbuat dari buah pisang, singkong, ubi, sayuran hijau maupun buah-buahan lainnya yang dikeringkan.
 
Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah, keripik bisa dicampur juga dengan adonan tepung dan diberi bumbu rempah tertentu. Ada juga keripik yang diberi taburan rasa tambahan, seperti keju, coklat, garam, bubuk cabe, hingga rumput laut.
 
Pada pandemi covid-19 yang lalu beberapa sektor memang terdampak cukup serius hingga gulung tikar. Namun, menurut Menteri Perdagangan, pandemi dua tahun terakhir ini justru malah menjadi berkah oleh sebagian orang.
 

 
Bahkan bisa menjadi peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya ke kancah internasional.
 
Salah satu contoh perusahaan makanan ringan level UKM yang berhasil menembus pasar global adalah PT Parestu Estu Guna.
 
UKM asal Bojonegoro tersebut mulai merambah pasar internasional pada bulan Januari 2020. Produk keripik singkong yang berhasil dikirim oleh UKM Jawa Tengah tersebut sudah menembus pasar Amerika Serikat (Kemendag). Pengiriman pertamanya berjumlah 320 karton dengan nilai USD5.200 atau sekitar Rp74 juta rupiah (kurs hari ini).
 
Nah, jika Sobat Medcom tertarik untuk memulai berbisnis keripik berikut beberapa negara yang bisa jadi tujuan ekspor: 
Negara tujuan ekspor keripik

Hong Kong

Hong Kong sudah menjadi pusat perdagangan di Asia. Sampai sekarang negara pemilik 8.000 gedung pencakar langit ini terus berkembang dan berhasil menjadi pusat perekonomian dunia.
Saat ini Hong Kong memegang gelar sebagai kota metropolis dan simbol status sosial di Asia. Jadi tidak mengherankan jika negara pengguna Bahasa Yingyu dan Bahasa Kanton ini kemudian menarik banyak wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung.
 
Banyak merek dagang internasional berlomba-lomba untuk memasarkan produknya di Hong Kong. Kondisi tersebut tentu bisa menjadi peluang besar bagi UKM Indonesia untuk ikut memasarkan produknya di Hong Kong, terutama di bidang pangan olahan seperti makanan ringan. Selain itu, Hong Kong dan Indonesia memiliki hubungan diplomasi ekonomi yang menekankan tiga hal utama. Pertama yaitu meningkatkan intensitas kerja sama perdagangan.
 
Kedua, memanfaatkan peluang yang belum tergarap. Ketiga, menguatkan dukungan pemerintah dalam bentuk insentif bagi dunia usaha. Menurut KJRI Hong Kong, Hong Kong menempati urutan ketiga asing dengan jumlah USD1,8 miliar atau setara dengan Rp25,5 triliun pada semester pertama di 2020.

Jerman

Jerman merupakan ekonomi nasional terbesar di Uni Eropa (UE) dan yang terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang (Fakta Jerman). Sektor-sektor industri penyumbang omset terbesar berasal dari industri mobil, industri konstruksi mesin dan instalasi, industri kimia serta peralatan teknik kedokteran.
 
Jerman termasuk negara yang memiliki angkatan kerja paling tinggi di UE, sekaligus merupakan negara dengan persentase pengangguran remaja paling rendah. Kebanyakan penduduk Jerman memiliki pekerjaan di bidang yang kurang berdekatan dengan bidang kuliner.
 
Menurut catatan, profesi yang banyak dicari di Jerman adalah juru masak handal. Namun, untuk menutupi kekurangan di bidang ini dan bidang lainnya, pihak pemerintah sudah berusaha melakukan promosi untuk menarik pekerja yang sesuai kualifikasi.
 
Dengan kondisi tersebut, para importir di Jerman terus memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendatangkan dari negara lain. Salah satunya ialah makanan ringan keripik asal dari Indonesia. Dengan demikian, potensi ekspor makanan ringan ke negara Eropa khususnya Jerman bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha di Indonesia
 

Korea Selatan

 
Korea Selatan saat ini dikagumi oleh banyak orang dari berbagai sudut pandang. Mulai dari gaya hidup, kemajuan fashion, tradisi dan budaya, sejarah, hingga kemajuan hidupnya.
 
Negara pelopor operasi plastik ini menjadi negara yang cukup berpengaruh di era digital saat ini. Bagaimana tidak, salah satu jenis musik (kpop) dan serial film (k-drama) dari negara ini mempengaruhi Asia bahkan dunia. Oleh karenanya, banyak sektor lainnya yang juga terpengaruh. Di antaranya adalah industri pariwisata dan kuliner.
 
Dengan perkembangan era digital memudahkan kerja sama antar negara Indonesia dan Korea Selatan. Bahkan di 2021 sudah ada lima produk makanan ringan khas Jawa Barat yang sudah mendarat di negeri ginseng ini. Kelima produk UKM Jawa Barat ini berbahan baku singkong, ubi, tempe, pisang, dan kerupuk kulit.
 
Menurut data yang didapat, total ekspor mencapai 20 ton atau sebesar Rp850 juta rupiah. Cemilan tersebut ternyata banyak disukai oleh penduduk Korea Selatan, terutama di musim dingin. Karena jenis makanan ringan tersebut cocok untuk menemani minuman penghangat.
 
Nah, bagaimana Sobat Medcom? Apakah sudah menambah wawasan untuk berdagang keripik khas Indonesia?
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(ANN)