Jeritan Gen Z Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tapi Sulit Cari Kerja – Page 3

Jeritan Gen Z Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tapi Sulit Cari Kerja – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Suara riuh pencari kerja terdengar di halaman dan lorong depan Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur (Jaktim) pada Selasa (19/8/2025). Sejumlah anak muda terlihat antre di depan stan-stan perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan di Jakarta Job Festival atau Jobfest 2025.

Mereka sibuk mengambil gambar kode batang (barcode) dengan gawainya. Barcode itu berisi data yang harus diisi untuk mengakses informasi soal persyaratan lamaran kerja.

Dari banyaknya anak muda itu, ada Maulida yang berdiri sambil memandangi papan informasi berwarna hijau yang ada di Jobfest 2025.

Berusia 23 tahun, Maulida bukan pengangguran, ia seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta di Jakarta Timur, tetapi gajinya yang tak sampai Upah Minimum Provinsi (UMR) DKI Jakarta membuat Maulida harus putar otak.

“Hari ini saya lagi libur, jadi coba aja datang ke sini. Siapa tahu ada freelance,” kata Maulida pelan, sambil tersenyum tipis.

Maulida bilang, sudah terbiasa hidup hemat sejak ayahnya meninggal beberapa tahun lalu. Sebagai anak sulung, ia ikut menanggung biaya sekolah adiknya. Sore-sore, wanita berkacamata ini mengajar les privat, malamnya mempersiapkan materi pelajaran. Namun tetap saja, penghasilan yang ia peroleh tak cukup.

“Sebagai guru swasta, gajinya itu dihitung per jam mata pelajaran, apalagi saya cuma guru pendamping dan gajinya itu 2-3 jutaan,” ucapnya.

Itulah sebabnya ia rela berdesakan di antara ratusan pencari kerja di job fair yang digelar Pemprov DKI ini. Maulida berharap, menemukan pekerjaan tambahan seperti content writer.

Sayangnya, harapan itu belum mudah terwujud. Maulida belum menemukan perusahaan dan lowongan yang dikehendaki. “Belum ada yang cocok tadi,” ujar Maulida.

Rupanya ini bukan kali pertama Maulida berburu pekerjaan di job fair. Sayangnya, usaha Maulida mencari pekerjaan lewat job fair serupa selama ini tak pernah membuahkan hasil.

“Sebelumnya saya pernah juga ikut job fair lain, tapi paling cuma isi data. Email pun tidak dibalas. Harusnya ada feedback, supaya kita bisa evaluasi,” kata Maulida.

Bagi Maulida, mencari kerja bukan cuma soal kemampuan, tapi juga melawan aturan yang kerap tak berpihak kepada para pencari kerja.

“Syaratnya kadang susah, ada batas umur, bahkan good looking. Padahal yang dibutuhkan itu skill, bukan wajah,” ucap dia.