Jenis Media: News

  • PD Minta LPG 3 Kg di Pangkalan Dikaji Ulang: Yang Salah Bukan Penyaluran

    PD Minta LPG 3 Kg di Pangkalan Dikaji Ulang: Yang Salah Bukan Penyaluran

    Jakarta

    Ketua DPP Partai Demokrat sekaligus anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron, menyoroti distribusi LPG 3 Kg mesti melalui pangkalan. Herman mengatakan aturan itu perlu dikaji ulang lantaran bisa menyulitkan masyarakat yang kesehariannya tak terlepas dengan produk ini.

    “Menurut saya ini harus dikaji ulang. Karena yang salah kan bukan persoalan penyaluran sampai tingkat penerima dikarenakan oleh aturannya. Misalkan aturannya harus sampai tingkat pangkalan, bukan,” kata Herman kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025).

    Herman mengatakan alasan pemerintah meniadakan LPG 3 Kg di pengecer lantaran harga yang dipatok tak sesuai. Menurutnya hal itu mesti ditertibkan, bukan justru menghilangkan eceran LPG di warung-warung.

    “Tetapi ini kan oleh pelanggarannya. Misalkan sudah ditetapkan harga eceran tertinggi (HET). Sekarang berapa? Rp 18.000 ya? Ya Rp 18.000 misalkan harga eceran tertingginya. Nah kemudian ditemukan harga tersebut naik di tingkat pengecer toko atau warung menjadi harga Rp 25 ribu,” ujar Herman.

    “Ya jelas memang melanggar terhadap harga eceran tertinggi. Justru ini yang harus ditertibkan. Bukan ditertibkan barang itu disalurkan melalui warungnya. Karena ini merupakan subordinasi dari pangkalan,” lanjutnya.

    Herman mengatakan wajar bila masyarakat menyebut ada kelangkaan LPG 3 Kg lantaran mesti disalurkan melalui pangkalan. Herman meminta pemerintah untuk mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat di daerah.

    “Maka itu ya, saat ini berita di berbagai tempat ada kelangkaan-kelangkaan ya pasti langka, karena dengan pelarangan terhadap penjualan gas LPG yang ada di warung-warung, toko-toko sebagai subordinasi dari pangkalan, ini juga pada akhirnya semua tidak bisa menyalurkan,” ucap Herman.

    “Oleh karena itu, ya pasti langka. Nah bukan masalah langka gas melonnya, tapi langka di warung-warungnya. Sehingga mereka harus membeli ke pangkalan. Namun demikian tentu harus dipertimbangkan oleh pemerintah, bukan hanya persoalan ketersediaan tapi juga keterjangkauan,” tambahnya.

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menegaskan tidak ada kelangkaan tabung gas LPG 3 kg. Sebab, Bahlil menyebut kebutuhan terhadap gas LPG 3 kg tahun 2024 dengan 2025 sama.

    “Kelangkaan daripada LPG itu sebenarnya enggak ada, enggak ada. Kenapa? Karena semua kebutuhan dari tahun 2024 ke 2025, volumenya sama, dan kami siapkan sekarang,” kata Bahlil kepada wartawan di kawasan Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/2).

    Bahlil menjelaskan yang terjadi saat ini bukanlah kelangkaan, tapi proses perubahan dari pengecer menjadi pangkalan. Menurutnya, pemerintah telah menganalisa dan menunjukkan bahwa masih terjadi kenaikan di tingkat pengecer yang memberatkan masyarakat.

    Dia mengatakan saat ini pemerintah sedang merancang aturan agar status para pengecer bisa diubah menjadi pangkalan supaya masyarakat bisa mendapatkan harga yang sesuai jika membeli langsung di pangkalan.

    “Itulah kemudian kami berpikir bahwa harus masyarakat kita bagaimana mensosialisasikan ini, untuk ngambilnya jangan di pengecer, tapi di pangkalan. Supaya apa? Harganya tidak mahal, harganya sesuai dengan apa yang diatur oleh pemerintah,” ucapnya.

    (dwr/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • PKB Sebut Tata Ulang Niaga LPG 3 Kg Tidak Matang – Page 3

    PKB Sebut Tata Ulang Niaga LPG 3 Kg Tidak Matang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pengecer LPG 3 kilogram (Kg) kini sulit memasok gas lantaran kebijakan baru pemerintah. Hal ini pun menuai polemik.

    Terkait hal ini, Anggota Komisi VI DPR RI, Imas Aan Ubudiah meminta tata ulang niaga elpiji dipersiapkan lebih matang sehingga tidak merugikan masyarakat. 

    “Kami menilai penataan ulang tata niaga LPG 3 kilogram tidak disiapkan secara matang sehingga memicu kepanikan masyarakat. Dalam beberapa hari terakhir kami menerima laporan masyarakat jika mereka kesulitan membeli LPG 3 kilogram,” jelas dia dalam keterangannya, Senin (3/2/2025).

    Politikus PKB ini mengatakan, selama ini gas tersebut sudah dijual jauh di atas harga eceran tertinggi. 

    “Memang gas LPG 3 kilogram ini dikhususkan untuk warga kurang mampu dengan harga Rp12.000. Meskipun faktanya pengguna gas ini juga datang dari warga berkecukupan dan dijual di pasaran di kisaran Rp20.000-Rp25.000,” ungkap Imas.

    Dia juga memandang, penjualan melalui pangkalan resmi tersebut terkesan mendadak. Pasalnya, banyak masyarakat yang belum mendengar aturan tersebut.

    Imas juga mengkritisi, lsngksh pemerintah yang baru membuka pendaftaran bagi warga yang berniat menjadi pangkalan resmi.

    “Ini kan artinya terlambat, aturan pembelian di pangkalan resmi sudah diberlakukan, tetapi warga atau pedagang yang menjadi pangkalan resmi masih belum ditetapkan,” jelas dia.

    Imas menegaskan aturan pembelian elpiji melalui pangkalan resmi tidak boleh merugikan masyarakat. Selama ini pembelian LPG hingga tingkat pengecer banyak membantu masyarakat di mana mereka bisa 24 jam memenuhi kebutuhan masyarakat.

    “Meskipun harganya relatif mahal karena rantai distribusinya panjang keberadaan pengecer ini cukup membantu karena mereka standby 24 jam. Nah kalau di pangkalan resmi apakah bisa seperti itu,” pungkasnya.

  • Pemerintah Diminta Bergerak Cepat Pulangkan Paulus Tannos, Ini Alasannya – Page 3

    Pemerintah Diminta Bergerak Cepat Pulangkan Paulus Tannos, Ini Alasannya – Page 3

    Paulus Tannos akhirnya ditangkap. Tersangka korupsi megaproyek pengadaan KTP elektronik (e-KTP) itu dibekuk lembaga antikorupsi Singapura atau Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) pada 17 Januari 2025.

    Pemilik nama asli Thian Po Thjin itu sudah tiga tahun lebih jadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tepatnya sejak 19 Oktober 2021. Tannos berhasil melarikan diri setelah ditetapkan sebagai tersangka korupsi e-KTP pada 2019.

    Tannos ditetapkan sebagai tersangka bersama Direktur Utama Perum Percetakan Negara RI (PNRI) Isnu Edhi Wijaya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2014–2019 Miryam S. Haryani, dan mantan Ketua Tim Teknis Teknologi Informasi Penerapan KTP Elektronik Husni Fahmi.

    Dalam pelariannya, Paulus Tannos mengganti identitas dan kewarganegaraan. Pada 2023, tim penyidik berhasil mendeteksi keberadaan Tannos di Bangkok. Namun KPK menemui kendala, karena Tannos sudah berganti kewarganegaraan dan menggunakan paspor Guinnes Bissau, salah satu negara di Afrika Barat. Sehingga pihak kepolisian Bangkok kesulitan memenuhi permintaan KPK untuk menangkap Tannos.

    Selanjutnya, pada November 2024, penyidik KPK mengajukan provisional arrest atas nama Paulus Tannos yang berkediaman di Singapura kepada pengadilan Singapura.

    Pengadilan Singapura menyetujui provision arrest atas nama Paulus Tannos yang bertempat tinggal di Singapura. Pada 17 Januari 2025, pihak CPIB melaksanakan penangkapan.

    Saat ini Paulus Tannos ditahan sementara di Changi Prison, Singapura. Penahanan merupakan mekanisme yang diatur dalam perjanjian ekstradisi Indonesia-Singapura.

    Atas penangkapan tersebut, pihak KPK, Kementerian Hukum, Polri, dan Kejaksaan Agung langsung memulai proses pemenuhan berbagai dokumen dan persyaratan untuk segera memulangkan Tannos ke Indonesia.

  • Satu Anggota Polri Jadi Korban Meninggal Akibat Ledakan Kapal Basarnas di Ternate – Page 3

    Satu Anggota Polri Jadi Korban Meninggal Akibat Ledakan Kapal Basarnas di Ternate – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kapal milik Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kota Ternate kecelakaan terjadi di perairan Gita, Kecamatan Oba, Ternate, Maluku Utara pada Minggu, 2 Februari 2025 malam.

    Insiden ini menewaskan tiga orang dari tim penyelamat, salah seorang di antaranya anggota Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Maluku Utara. Korban adalah Bharatu Mardi Hadji yang turut berada di Kapal RIB 04 milik Basarnas Kota Ternate.

    “Betul anggota Ditpolairud Polda Malut, Bharatu Mardi Hadji meninggal dunia,” kata Kepala Basarnas Ternate Iwan Ramdani saat dihubungi, Senin (3/2/2025).

    Iwan mengatakan, kejadian berawal saat tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, Dit Polairud Polda Maluku Utara bersama media berangkat untuk mengevakuasi dua nelayan yang mengalami mati mesin di perairan Gita, Kecamatan Oba, Kota Ternate.

    Ketika itu, Kapal Basarnas yang ditumpangi tiba-tiba meledak. Akibat kejadian itu, seluruh penumpang terlempar ke dalam air, termasuk Kasiops Basarnas Ternate M Syahran Laturua yang kebetulan berada di atas kapal.

    “Pada saat perjalanan, kurang lebih 15-20 menit lagi sampai di lokasi. Tiba-tiba RIB (Rigid Inflatable Boat) kami terjadi ledakan, hampir seluruh penumpang di atasnya terlempar ke air,” ujar dia.

    Iwan menerangkan, Kasiops dan korban lain kemudian berenang dan berhasil kembali ke kapal RIB. Insiden ini segera dilaporkan ke kepala kantor.

     

  • Tito Sebut Kemendagri Pangkas Anggaran 2025 Capai 57 Persen, Termasuk Pengadaan ATK – Page 3

    Tito Sebut Kemendagri Pangkas Anggaran 2025 Capai 57 Persen, Termasuk Pengadaan ATK – Page 3

    Sebelumnya, adapun berdasarkan lampiran I file Surat Edaran yang diterima Liputan6.com, terdapat beberapa K/L yang melakukan efisiensi anggaran terbesar pada tahun 2025.

    Salah satunya adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti, menyampaikan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum, telah mengurangi anggaran sebesar 80% atau sekitar Rp 81 triliun dari pagu anggaran awal yang sebesar Rp 110 triliun.

    “(Efisiensi hampir) 80%, itu dari pagu Rp 110 triliun menjadi Rp 81 triliun,” ujar Diana saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2025).

    Daftar 10 K/L dengan Efisiensi Anggaran TerbesarBerikut adalah 10 K/L dengan efisiensi anggaran terbesar:

    1. Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengalami efisiensi anggaran terbesar, yakni mencapai Rp 4,81 triliun atau 75,2% dari pagu anggaran Rp 6,39 triliun.

    2. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melakukan efisiensi anggaran sebesar Rp 81,38 triliun atau 73,34% dari total pagu Rp 110,95 triliun.

    3. Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, melakukan efisiensi anggaran sebesar Rp 3,66 triliun atau 69,4% dari pagu sebesar Rp 5,27 triliun.

    4. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga melakukan penghematan anggaran mencapai Rp 1,46 triliun atau 62,9% dari pagu sebesar Rp 2,33 triliun.

    5. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melakukan efisiensi anggaran sebesar Rp 433,19 miliar atau 69,1% dari pagu Rp 626,39 miliar.

    6. Kementerian Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Permasyaratan melakukan penghematan sebesar Rp 6 miliar atau 66,4% dari pagu Rp 9,02 miliar.

    7. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) melakukan penghematan anggaran hingga Rp 144,5 miliar atau 62,8% dari pagu sebesar Rp 229,9 miliar.

    8. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Sabang, mengalami efisiensi anggaran sebesar Rp 33,6 miliar atau 62,8% dari pagu anggaran Rp 53,49 miliar.

    9. Kementerian Koordinator Bidang Pangan melakukan efesiensi anggaran sebesar Rp 27,6 miliar atau 62,6% dari pagu anggaran Rp 44 miliar.

    10. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, melakukan penghematan anggaran hingga Rp 1,23 triliun atau 62,18% dari pagu Rp 1,99 triliun.

  • Bank Mandiri Beri Pinjaman Rp120 Miliar untuk Pyridam Farma

    Bank Mandiri Beri Pinjaman Rp120 Miliar untuk Pyridam Farma

    Jakarta, FORTUNE – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengucurkan pinjaman senilai Rp120 miliar kepada PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) melalui anak perusahaan PYFA, yakni PT Ethica Industri Farmasi (EIF). Penandatanganan Akta Perjanjian Kredit Investasi antara kedua perusahaan dilakukan pada 31 Januari 2025.

    Informasi mengenai pemberian pinjaman tersebut disampaikan oleh Corporate Secretary PYFA, Herdiasti Anggitya Dwisani. Pinjaman ini memiliki suku bunga tetap sebesar 8,25 persen per tahun. Jangka waktu pengembalian pinjaman ditetapkan selama 96 bulan atau delapan tahun, terhitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian.

    Herdiasti juga menambahkan bahwa dana pinjaman ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) atas aset yang dimiliki EIF. Aset tersebut berupa tanah dan bangunan pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat. Refinancing ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.

    PYFA memastikan transaksi ini tidak akan memberikan dampak material yang signifikan terhadap kegiatan operasional, aspek hukum, atau kelangsungan usaha perseroan. 

    Pada Senin, (3/2) pukul 11.00 WIB, saham PYFA turun6,78 persen atau 16 poin menjadi Rp22.000 per saham.
     

  • Pengawas Pemilu di Kudus Meninggal, Ahli Waris Terima Klaim Rp 42 Juta

    Pengawas Pemilu di Kudus Meninggal, Ahli Waris Terima Klaim Rp 42 Juta

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – BPJS Ketenagakerjaan Cabang Kudus menyerahkan klaim Jaminan Kematian (JKm) petugas Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa (PKD) Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus yang meninggal dunia.

    Penyerahan berlangsung di rumah almarhum dengan dihadiri langsung oleh Ketua Bawaslu Kudus Moh Wahibul Minan dan Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Kudus Mulyono Adi Nugroho, Senin (3/2/2025).

    PKD yang meninggal merupakan Faisal Azis. Dia meninggal pada 16 November 2024. Saat itu, dia sempat bertugas sebelum akhirnya mengeluh sakit dan pulang.

    “Terus dibawa ke Rumah Sakit Loekmono Hadi dan meninggal di ruang ICU,” kata istri mendiang Umi Hasanah.

    Almarhum meninggal di usianya yang ke-42 tahun. Dengan adanya klaim jaminan kematian sebesar Rp 42 juta setidaknya bisa meringankan beban keluarga. Apalagi mendiang masih memiliki dua anak yang masih harus menempuh pendidikan.

    Sementara itu Ketua Bawaslu Kudus Moh Wahibul Minan mengatakan, mendiang Faisal Azis sudah beberapa kali terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu maupun Pilkada. Pihaknya sebagai pimpinan tentu merasakan kehilangan. Apalagi meninggalnya mendiang beberapa hari sebelum puncak tahapan Pilkada.

    “Beliau sakit dari kantor sempat pulang terus dibawa ke rumah sakit,” kata Minan.

    Memang sejak 2018 instrumen pengawas Pemilu maupun Pilkada didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tidak hanya petugas Bawaslu, bahkan petugas Panwaslu, pengawas desa, sampai pengawas TPS seluruhnya didaftarkan program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian di BPJS Ketenagakerjaan.

    “Dengan adanya ini saya kira sangat positif sangat membantu bagi yang terkena musibah karena kami tidak mungkin bisa membiayai semua tanpa kami ajukan ke BPJS Ketenagakerjaan. Dengan adanya ini saya membantu bagi penyelenggara kami,” kata Minan.

    Kemudian Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Kudus Mulyono Adi Nugroho mengatakan, penyerahan klaim jaminan kematian ini pihaknya berikan setelah berkas administrasinya lengkap. Pada penyelenggaraan Pilkada Kabupaten Kudus tahun 2024, katanya, ada juga tiga anggota Linmas yang meninggal. Untuk proses pencairan sudah pihaknya proses.

    “Untuk petugas Linmas ini didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan melalui Satpol PP,” kata Nugroho.

  • Kaspersky Temukan Kampanye Tria Stealer dengan Kedok Undangan Pernikahan, Akan Beroperasi di Indonesia

    Kaspersky Temukan Kampanye Tria Stealer dengan Kedok Undangan Pernikahan, Akan Beroperasi di Indonesia

    JAKARTA – Tim Riset dan Analisis Global (Global Research and Analysis Team/GReAT) Kaspersky mendeteksi kampanye berbahaya baru yang menargetkan pengguna Android di Brunei dan Malaysia. 

    Kampanye ini menggunakan undangan pernikahan palsu untuk memikat korban agar memasang aplikasi berbahaya yang diberi label oleh Kaspersky sebagai Tria Stealer. 

    Setelah aplikasi terinstal, malware tersebut meminta izin yang memungkinkannya mengakses data, seperti membaca dan menerima pesan teks, memantau status ponsel, log panggilan, dan aktivitas jaringan, serta melakukan tindakan seperti menampilkan peringatan tingkat sistem, berjalan di latar belakang, dan memulai secara otomatis setelah perangkat di-boot ulang. 

    Aplikasi tersebut meniru aplikasi pengaturan sistem dengan ikon roda gigi (gear icon) untuk mengelabui korban agar berpikir bahwa permintaan dan aplikasi itu sendiri sah.

    Dengan penyadapan pesan SMS, penyerang juga memiliki kesempatan untuk memperoleh akses ke akun di berbagai aplikasi atau layanan (misalnya, perbankan online) dengan meminta kode masuk OTP dari layanan ini dan membacanya dalam pesan SMS yang disadap. 

    Pengguna juga diminta untuk memasukkan nomor telepon mereka, yang dikirimkan kepada penyerang beserta merek dan model perangkat. Semua data yang dicuri ditransfer ke penyerang melalui bot Telegram.

    Kaspersky memprediksi bahwa kemungkinan besar kampanye ini akan dioperasikan di Indonesia. Sehingga, seluruh orang perlu waspada dengan penipuan seperti ini. 

    “Investigasi kami menunjukkan bahwa pencuri ini kemungkinan dioperasikan oleh pelaku ancaman berbahasa Indonesia, karena kami menemukan artefak yang ditulis dalam bahasa Indonesia,” pungkas Fareed Radzi, Peneliti Keamanan di Kaspersky GReAT.

  • Menekan Biaya Politik: Pelajaran dari Pilkada Situbondo

    Menekan Biaya Politik: Pelajaran dari Pilkada Situbondo

    Jakarta

    Di sebuah kafe di Kemang, seorang teman yang baru terpilih kembali sebagai bupati mengeluh soal biaya politik. “Tidak sebanyak periode pertama, tapi tetap saja besar, Mas,” keluhnya sambil menyeruput kopi.

    Mahalnya biaya politik kerap menjadi keluhan klasik setiap pemilu dan pilkada. Banyak yang merasa terbebani dengan tingginya biaya kampanye, logistik, dan aktivitas politik lainnya. Namun, benarkah politik harus selalu menguras kantong? Di Situbondo, sebuah daerah dengan mayoritas masyarakat santri, ada pelajaran berharga tentang bagaimana strategi cerdas dapat mematahkan mahalnya biaya politik tersebut.

    Survei Politika Research and Consulting (PRC) pada Juni 2024 menunjukkan bahwa 43% masyarakat Situbondo cenderung mengikuti pilihan politik kiai, yang sering disebut sebagai basis kultural. Masih terdapat 57% pemilih di luar basis kultural tersebut. Data ini menunjukkan bahwa dibutuhkan strategi politik yang dapat membentuk simpul kerelawanan tidak hanya di basis kultural. Tujuannya untuk merangkul semua segmen pemilih yang ada di Kabupaten Situbondo.

    Pemilih kultural di Situbondo, misalnya, sangat bergantung pada keputusan kiai atau pilihan kiai. Mereka cenderung taat dan konsisten mengikuti pilihan pemimpin spiritualnya. Kelompok ini sering bergerak dengan politik berbasis kepercayaan, yang kami sebut ‘politik spiritual kiai’.

    Di sisi lain, pemilih struktural yang merupakan pendukung loyal partai politik tertentu, sudah sejak lama menjadi basis pemilih partai-partai seperti PPP dan PKB. Meskipun sering selaras dengan pemilih kultural, mereka memiliki preferensi berbeda yang perlu pendekatan secara spesifik sesuai dengan dinamika politik dan tradisi partai tersebut.

    Selain itu, terdapat pula pemilih intelektual di Situbondo. Walaupun jumlahnya relatif kecil, mereka tetap memiliki pengaruh strategis, misalnya dalam membentuk opini publik, memberikan legitimasi kepada kandidat, menyebarkan narasi positif. Mereka cenderung rasional dan memilih berdasarkan gagasan, visi-misi, dan program kerja kandidat yang dianggap relevan sesuai dengan harapan-harapan mereka.

    Sementara itu, pemilih pragmatis adalah kelompok yang berbeda lagi. Mereka cenderung memilih kandidat berdasarkan keuntungan langsung yang mereka terima, seperti uang, bantuan material, atau fasilitas lainnya.

    Untuk menciptakan strategi politik yang efektif, memahami karakteristik dan kebutuhan setiap kelompok pemilih adalah hal yang esensial. Tantangan utama adalah mengintegrasikan atau “mengawinkan” kelompok pemilih organik –yang mencakup pemilih intelektual dan pragmatis– dengan pemilih kultural dan struktural, yang cenderung memiliki nilai-nilai perjuangan yang berbeda.

    Dalam konteks ini, pendekatan berbasis kerelawanan menjadi mekanisme penting untuk menjembatani perbedaan nilai dan preferensi tersebut, menciptakan sinergi antarkelompok demi tercapainya tujuan politik bersama.

    Strategi Relawan: dari Nilai ke Militansi

    Di Situbondo, strategi relawan dihidupkan melalui semangat gotong-royong yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Ini sejalan dengan teori volunteerism Wilson dan Musick, yang menjelaskan bahwa relawan bergerak karena nilai (values), kebutuhan pengembangan diri (understanding), dan relasi sosial (social connection). Semangat gotong royong tersebut menjadi landasan yang mengintegrasikan berbagai kelompok pemilih dalam upaya memenangkan kandidat.

    Kunci utama keberhasilan strategi relawan ini adalah memanfaatkan kekuatan kelompok kultural sebagai simpul utama. Kelompok kultural memiliki peran sentral dalam menghubungkan masyarakat dari berbagai lapisan sosial. Lebih dari itu, mereka mampu membentuk relawan-relawan militan yang berasal dari segmen masyarakat yang beragam. Para relawan ini tidak hanya menjadi pendukung pasif, tetapi juga bertransformasi menjadi motor penggerak kampanye yang aktif, penuh dedikasi, dan berorientasi pada hasil.

    Fenomena menarik muncul ketika masyarakat dari kelompok kultural, struktural, organik dapat bersatu mendukung satu kandidat. Militansi para relawan terlihat dalam aksi nyata, seperti menggalang dana secara mandiri untuk kebutuhan kampanye, hingga mengadakan syukuran atas kemenangan kandidat tanpa bantuan finansial dari tim pemenangan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan berbasis kerelawanan tidak hanya murah, tetapi juga tulus dan solid, memberikan dasar kuat untuk strategi politik yang efektif.

    Hal ini mencerminkan bahwa politik kerelawanan dapat membangkitkan semangat kebersamaan dan kesadaran kolektif yang kuat. Relawan yang berasal dari berbagai latar belakang sosial dan berbagai latar belakang pesantren ini bekerja dengan semangat tinggi untuk memastikan kandidat yang mereka dukung menang, bukan hanya karena janji materi, tetapi karena mereka percaya pada prinsip dan nilai-nilai yang dijunjung oleh calon tersebut.

    Lebih jauh, kerelawanan ini membuktikan bahwa politik dapat melampaui janji materi dan pragmatisme. Relawan bekerja dengan semangat tinggi bukan semata-mata karena keuntungan langsung, tetapi karena keyakinan pada nilai-nilai dan prinsip yang dijunjung oleh kandidat yang mereka dukung. Hal ini mencerminkan potensi besar politik kerelawanan dalam membangun semangat kebersamaan dan kesadaran kolektif masyarakat.

    Strategi berbasis relawan juga memberikan peluang baru dalam demokrasi, sekaligus membangun demokrasi yang lebih partisipatif dan sehat. Dengan pendekatan yang tepat, biaya politik dapat ditekan tanpa mengurangi kualitas kampanye. Kuncinya adalah memahami peta pemilih dan mengintegrasikan setiap segmen masyarakat dengan strategi yang sesuai.

    Kelebihan masyarakat kultural di Situbondo tidak hanya terletak pada militansi mereka saat kampanye, tetapi juga pada peran mereka setelah kandidat terpilih. Tokoh agama seperti kiai memainkan peran penting sebagai penjaga moralitas dan pelaksana kontrol sosial. Ketika pemimpin menyimpang, masyarakat kultural dapat menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang efektif, bahkan menumbangkan pemerintahan yang korup atau menyimpang.

    Sejarah mencatat peristiwa penting pada 29 Oktober 2008, ketika masyarakat dan santri di Situbondo melakukan aksi blokade massa untuk menuntut Bupati Ismunarso diadili atas dugaan korupsi dana kas kabupaten atau “kasgate”. Aksi tersebut mencerminkan keberanian masyarakat kultural bersama pemimpin spiritualnya dalam menegakkan keadilan dan integritas pemerintahan.

    Dalam konteks ini, teori demokrasi deliberatif Jurgen Habermas dapat memberikan penjelasan. Habermas menekankan bahwa demokrasi yang sehat memerlukan ruang publik untuk diskusi terbuka dan rasional. Di Situbondo, politik spiritual menciptakan ruang tersebut melalui interaksi antara pemimpin dan masyarakat, di mana tokoh agama berperan sebagai moderator yang memastikan kebijakan yang diambil sesuai dengan prinsip moralitas yang lebih tinggi. Dalam konteks Situbondo, ruang ini tercipta melalui interaksi di pesantren, majelis-majelis salawat, forum keagamaan, dan kegiatan sosial, di mana kia-kiai berperan sebagai penjaga moral.

    Militansi masyarakat kultural di Situbondo menjadi motor perubahan yang nyata. Mereka tidak hanya menjadi pendukung kandidat, tetapi juga penjaga moral dan pelaksana kontrol sosial. Fenomena ini mengajarkan bahwa demokrasi tidak selalu tentang uang. Dengan strategi berbasis nilai-nilai lokal dan semangat kerelawanan, Situbondo telah menunjukkan bahwa demokrasi dapat menjadi lebih sehat, transparan, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

    Situbondo mengajarkan kita satu hal: kemenangan bukan soal modal besar, tetapi soal memahami dan menggerakkan hati rakyat.

    Nurul Fatta konsultan politik di Politika Research and Consulting (PRC)

    (mmu/mmu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Burung Hantu Pemburu

    Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Burung Hantu Pemburu

    Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Burung Hantu Pemburu

    TRIBUNJATENG.COM – Matahari mulai terbenam. Burung-burung hantu bangun dan bersiap untuk berburu.

    Owi, anak burung hantu, bertengger di dahan.

    Tiba-tiba Han, anak burung hantu lainnya, sudah bertengger di sisinya.

    Burung hantu memang mampu terbang di sisinya.

    Burung hantu memang mampu terbang tanpa mengeluarkan bunyi.

    “Owi, kita main dulu, yuk, sebelum berburu dengan ibu kita!” ajak Han.

    “Aku tidak mau main denganmu. Aku mau berteman dengan Nuri, yang berbulu indah.

    Atau dengan Kutut, burung perkutut yang suaranya merdu!” kata Owi.

    “Kamu tahu kan Han, kita ini payah. Wajah jelek, suara jelek. Orang menyebut kita burung hantu pula!” gerutu Owi lagi.

    “Kata ibuku kita istimewa. Bisa menangkap mangsa dengan cepat. Penglihatan kita di malam hari juga tajam.

    Satu di antara empat jari kita punya sendi yang bisa digerakkan ke depan dank e belakang,” kata Han.

    “Sudahlah, pokoknya kita jelek!” kata Owi, lalu meninggalkan Han.

    Han Cuma bisa menggeleng-geleng.

    Owi memang rada aneh, pikir Han.

    Owi pergi ke rumah Nuri dan mengajak Nuri bermain.

    “Aduh, maaf ya, aku lelah setelah seharian mencari buah-buahan Aku mau tidur. Besok pagi saja, ya, mainnya!” kata Nuri.

    Owi pun pamit dan menuju ke rumah Kutut. Baru saja ia bicara dengan Kutut,

    brrrr… brrrr… teman-teman dan keluarga Kutut semua terbang pergi.

    “Lo, ada apa? Kenapa semuanya pergi?” Tanya Owi heran.

    “Mereka takut kepadamu!” jawab Kutut. “Mereka, kan, belum kenal kamu!”

    Kutut ternyata juga tidak bisa main dengan Owi.

    Hari mulai gelap dan ia harus tidur.

    Besok pagi ia harus mencari makan, yaitu biji-bijian.

    Owi kembali ke pohonnya dan ikut berburu bersama ibunya.

    Dalam kegelapan malam, Owi melihat seekor anak katak di bawah daun pohon talas.

    Swiiiing… owi segera menyambarnya.

    “Kamu hebat ,Owi!” puji ibunya.

    Owi senang, tetapi ia berkata, “Buat apa pintar berburu. Penampilan dan suara kita begitu jelek.

    Teman-teman Kutut sampai terbang ketakutan ketika aku dating ke tempatnya!”

    “Setiap burung di ciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    Bersyukurlah. Kedua mata kita terletak di depan, seperti mata manusia.

    Letak mata burung-burung lain, ada di kiri dan kanan kepalanya.

    Bukankah kita istimewa?” kata ibu Owi.

    “Aaah, Ibu sama saja dengan ibu Han. Suka memuji diri sendiri!” kata Owi.

    “Pokoknya, besok malam aku tidak mau ikut berburu. Amu mau tidur saja supaya besok pagi bisa bermain dengan Kutut dan Nuri!”

    Besok malamnya, Owi benar-benar tak mau ikut berburu.

    Malam sangat sunyi.

    Sesekali terdengar suara serangga malam.

    Owi mencari serangga di semak-semak untuk mengisi perut.

    “Sssiiis… siiiisss…” desis seekor ular besar.

    Owi terpaku melihatnya.

    “Owi, cepat terbang ke sini!” terdengar suara Han.

    Dengan ketakutan Owi terbang ke sebuah pohon.

    Ia bertengger sambil menenangkan diri.

    Aduh, Han, aku hampir saja celaka. Untung kamu memanggilku. Terima kasih, ya!” kata Owi.

    “Kamu tidak ikut ibumu berburu?”

    “Tadi perutku agak sakit, tapi sekarang sudah sembuh. Kamu juga tidak berburu?” Tanya Han.

    “Tidak, aku mau tidur supaya besok pagi bisa main dengan Nuri dan Kutut!” jawab Owi.

    “Tetapi dari tadi aku tidak bisa tidur.”

    “Kita tidak mungkin bisa tidur malam, Wi! Kita, kan, burung malam.

    Siang hari tidur dan malam berburu. Kalau Nuri dan Kutut, siang mencari makan dan malam hari mereka tidur,” ujar Han,

    “Sudah ikut aku saja, yuk. Kita berlomba menangkap tikus atau katak. Setelah dapat, akan kubawa kau ke suatu tempat!”

    Mereka lalu terbang dan masing-masing erhasil menangkap seekor katak.

    Han lalu mengajak Owi ke dalam hutan, menemui seekor burung hantu tua di hua lubang pohon.

    “Nenek, aku dan temanku Owi membawakan katak untukmu!” kata Han.

    “Kalian anak-anak yang baik. Terima kasih, ya, Owi, kamu tampan sekali!” kata burung hantu tua itu.

    “Aku selalu merasa diriku jelek. Burung hantu lain juga jelek!” kata Owi.

    “Itu pikiran yang salah. Bagus dan jelek itu bukan tergantung pada ulu yang indah, atau suara yang bagus.

    Tetapi, apakah kamu punya hati baik atau tidak.

    Kamu membawakan makanan untuk burung tua yang lamban. Itu artinya kamu bagus, tidak jelek!” kata burung tua itu.

    Owi merasa kata-kata burung tua itu benar.

    Ia dan Han lalu pergi berburu lagi. Mejelang subuh, mereka pulang dan tidur.

    Ketika Owi terbangun, hari sudah petang lagi. Ia tidak bisa bermain dengan Kutut dan Nuri.

    Namun, Owi tidak sedih karena ia sudah tau bahwa ia bukan burung hantu yang jelek. Ia berjanji akan lebih rajin latihan berburu.

    (*)