Surabaya (beritajatim.con) – Kondisi korban jenasah yang mulai rusak menyulitkan tim untuk melakukan identifikasi. Untuk itu, tim Disaster Victim Identification (DVI) dari Pusdokkes Polri diterjunkan ke Jawa Timur untuk membantu proses identifikasi jenazah korban yang saat ini berada di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Kedatangan tim ini bertujuan untuk mempercepat identifikasi korban, terutama karena kondisi jenazah yang semakin memburuk.
Kombes Pol Wahyu Hidajati, Kabid DVI Pusdokkes Polri, menyatakan bahwa timnya hadir untuk memberikan asistensi dan dukungan kepada Polda Jatim. “Kami yakin Polda Jatim mampu melaksanakan tugas ini dengan baik, mengingat fasilitas dan sumber daya manusia yang dikerahkan sangat memadai. Namun, kami dari Mabes tetap memberikan dukungan moral, peralatan, serta berbagi ilmu,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).
Saat ini, terdapat delapan jenazah di RS Bhayangkara Polda Jatim yang belum berhasil diidentifikasi. Hidajati menjelaskan bahwa proses pengumpulan DNA dan data pembanding masih terus dilakukan. “Kami sedang mengumpulkan DNA dan data-data pembanding. Kami juga berharap ada foto-foto khas dari anak-anak yang dilaporkan hilang. Kami mohon keluarga untuk bersabar,” tambahnya.
Langkah terakhir yang akan diambil adalah pengambilan sampel DNA dari keluarga dan jenazah untuk diperiksa. “Jika hasil DNA cocok, maka identifikasi tidak terbantahkan lagi. Kami terus berkejaran dengan waktu karena kondisi jenazah yang semakin membusuk,” tegasnya.
Menurut data dari posko, terdapat 62 laporan orang hilang yang telah dikumpulkan oleh tim, sementara informasi dari pondok pesantren menyebutkan ada 66 santri yang dilaporkan hilang. Namun, pihak kepolisian masih menunggu kepastian laporan tersebut.
Kedelapan jenazah yang berada di RS Bhayangkara Polda Jatim diperkirakan berusia antara 12 hingga 15 tahun. Hidajati menjelaskan bahwa identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan karena kondisi jari yang sudah rusak akibat pembusukan. Selain itu, pertumbuhan gigi yang relatif sama pada usia tersebut juga menyulitkan identifikasi melalui gigi.
“Dari segi pakaian, karena ini anak pondok, seragamnya putih semua saat salat asar. Mereka juga memakai sarung. Tidak ada identitas khusus seperti nama di baju,” jelas Hidajati.
Ciri-ciri khusus seperti tahi lalat, tato, tanda lahir, atau cacat juga belum dilaporkan oleh pihak keluarga, atau belum ditemukan pada jenazah. Tim DVI terus berupaya mengumpulkan informasi dan data pembanding untuk mempercepat proses identifikasi. Seperti diketahui, hingga Jumat (3/10/2025) petang ini, sudah delapan jenazah yang tiba di RS Bhayangkara Surabaya.
Meski begitu, pihak kepolisian mengimbau keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya untuk segera melapor dan memberikan informasi detail mengenai ciri-ciri khusus yang mungkin dapat membantu proses identifikasi. [uci/ian]
