Jelajah Masjid An-nur Batu Merah, Masjid Tua Simbol Perdamaian Ambon

14 March 2024, 5:00

Daftar Isi

Ambon, CNN IndonesiaMasjid An-nur Negeri Batu Merah dikenal sebagai masjid pertama di Kota Ambon, Maluku.
Bukan hanya masjid yang terbilang tertua di ibu kota provinsi Maluku, rumah ibadah yang berada di Kecamatan Sirimau itu pun menjadi simbol toleransi beragama di kota yang berjuluk Manise tersebut.
Berdasarkan catatan sejarahnya, masjid ini dibangun sekitar 1575 silam oleh saudagar bernama Ibrahim Safari Hatala. Dia membangunnya di tahun pertama di era masa pemerintahannya memimpin Negeri Batu Merah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid dengan luas 10×15 meter persegi ini mulanya didirikan berbahan kayu dan atap rumbia hingga berlantai pasir putih yang diambil di sekitar pesisir pantai Batu Merah.
Masjid An-nur yang terletak di pusat jantung Ambon Manise juga menjadi tempat berziarah warga hingga tokoh-tokoh bangsa yang sempat berkunjung ke kota itu.

“Jadi Masjid An-nur itu merupakan masjid pertama di Kota Ambon bahkan diklaim Masjid An-nur merupakan masjid tertua di Ambon setelah Masjid Jami yang dibangun oleh Imam Kadir Hatala pada tahun 1668 Masehi,” ujar Raja Negeri Batu Merah, Ali Hatala saat ditemui CNNIndonesia.com, Jumat (1/3)
“Sehingga Masjid An-nur dan Masjid Jami memiliki kesinambungan karena kedua masjid tersebut dibangun oleh keturunan Hatala,” imbuhnya.
Ali Hatala mengatakan masjid An-nur sempat mengalami pemugaran beberapa kali, di mana ada beberapa bagian yang diubah dan dipertahankan–termasuk atapnya. Namun, kata dia, bentuk aslinya masih asri hingga saat ini.
Di Masjid ini juga tersimpan makam seorang tokoh penyebaran agama Islam pertama di Ambon bernama Habib Muhammad Bin Syeh Abubakar yang wafat pada abad ke-20 masehi.
Di sebelah makam Habib Muhammad Bin Syeh Abubakar, ada makam seorang Raja Kaidipang ke XI bernama Mohammad Nurdin Korompot yang sempat dibuang dari Gorontalo pada abad ke-16 oleh Belanda.

Jemaah sedang melaksanakan ibadah di Masjid An-Nur, Negeri Batu Merah, Ambon, Maluku, Jumat (1/3/2024). Masjid An-nur Negeri Batu Merah dikenal sebagai masjid pertama di Kota Ambon. (CNNIndonesia/Said)

Buya Hamka hingga Pela gandong
Masjid An-nur yang dibangun di bibir pantai tersebut sempat menjadi pusat pembelajaran tokoh cendekiawan muslim yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama di Indonesia Buya Hamka dan ulama kondang dari Jawa Timur, Bey Arifin.
Mereka pernah mengaji dan belajar ilmu agama bersama ulama-ulama pembesar di Masjid Batu Merah pada masa kebangkitan nasional Indonesia.
Masjid ini juga menjadi simbol yang menggambarkan kerukunan pela gandong antara warga muslim Batu Merah dan warga Ema dan Passo yang mayoritas warga Kristen.
Pada masanya, Ambon adalah wilayah yang berdarah dan penuh konflik pada 1990an silam. Tapi konflik itu akhirnya berujung damai, dan salah satu media yang menyatukan warga Ambon adalah tradisi pela gandong. Pela gandong adalah salah satu tradisi khas di Maluku, khususnya Maluku Tengah.
Pela yang berarti relasi perjanjian antara satu negeri dengan negeri lain, sementara gandong berarti adik. Jadi bisa dibilang pela gandong adalah nota kesepakatan damai antardua entitas.
Kini, warga-warga di sana hidup saling membantu alias bergotong royong terutama untuk renovasi masjid hingga pembersihan sekitar area masjid mulai dari pengecekan pagar hingga area dalam masjid kala menyongsong bulan suci Ramadan.
Begitupun sebaliknya, warga muslim Batu Merah–yang merupakan penduduk muslim terbesar di Kota Ambon–turut berpartisipasi membantu gandong Ema dan Passo apabila ada pekerjaan Gereja.
Mereka juga terlihat romantis ketika setiap ada pagelaran budaya adat atau acara-acara yang bernuansa keagamaan selalu eksis dan menampilkan musik totobuang dan hadrat yang dimainkan bersama.

Pemugaran masjid Batu Merah
Raja Negeri Batu Merah, Ali Hatala mengatakan masjid An-nur pada 1605 silam dipugar pugar menjadi bangunan permanen oleh Hasan Hatala–saudagar yang diberi gelar oleh pemerintah Belanda dengan julukan Pati Raja Hatala.
Kala itu, Hasan Hatala memutuskan untuk merenovasi bangunan masjid dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya menyusul masjid ini tidak mampu lagi menampung para jamaah.
Pemugaran kedua pada tahun 1805 Masehi oleh Abdurrahman Hatala karena faktor jumlah penduduk yang semakin banyak, sehingga bangunan masjid diperbesar.
Tahun 1924 bangunan masjid kembali dipugar kembali di bawah pemerintahan Abdul Wahid Nurlete seorang ulama terkenal pada masa itu.
Kemudian di tahun 1973-1974 dilakukan pemugaran kembali oleh Raja Ahmad Nurlete dan tahun 1988 pemugaran dengan menggantikan dan memperindah tembok yang mengelilingi masjid dengan pilar-pilar semen kecil.
Tahun 1914 Masehi pemugaran masjid kembali direnovasi oleh Abdul Kahar yang berkuasa kala itu. Terakhir pada 1980,i pemugaran masjid dilakukan selama beberapa dekade di masa pemerintahannya.
Ia kemudian wafat, sebelum wafat, Ali sempat mengumpulkan sembilan marga adat dan memutuskan untuk memberikan rekomendasi kepada Awak Ternate sebagai Raja Negeri Batu Merah periode 2006-2012.
Usai Awak Ternate wafat, Negeri Batu Merah sempat mengalami kekosongan beberapa tahun dan hanya dipimpin seorang pejabat yang ditunjuk langsung dari Pemerintah Kota (pemkot) Ambon agar roda pemerintahan Negeri Batu Merah berjalan lancar.
Per 2023, Negeri Batu Merah kembali memiliki seorang raja defenitif setelah Pemkot Ambon melantik Ali Hatala sebagai Raja Negeri Batu Merah pada 11 Desember 2023.

Masjid An-nur Negeri Batu Merah bukan hanya masjid yang tertua, rumah ibadah yang berada di Kecamatan Sirimau itu pun menjadi simbol toleransi beragama di kota yang berjuluk Manise tersebut. (CNNIndonesia/Said)

Tradisi antar dulang makanan di bulan Ramadan
Negeri Batu Merah punya tradisi unik di bulan suci ramadan, salah satunya antar dulang makanan oleh sembilan marga adat di malam tujuh likur atau malam 27 ramadan.
Sembilan marga masing-masing Lebeharia, Hatala, Masahoy, Lisaholet, Tahalua, Nurlete, Waliulu, Mamang dan Hunsow. Marga ini, setiap malam tujuh likur atau malam 27 Ramadan mereka membawa aneka ragam makanan dan buah-buahan.
Setiap dulang makanan diberi hiasan ornamen-ornamen unik dan tanda atau tulisan nama marga. Tanda tersebut bertujuan untuk mempermudah mereka bisa mengenali dulang mereka saat ratusan dulang makanan dikumpulkan di masjid.
Setelah diarak, dulang makanan kemudian dibawa ke masjid untuk disantap bersama. Sebelum disantap, mereka menggelar khataman Al-quran mulai dari surat Ad-Duha hingga surat An-Nas yang dibacakan secara bergantian oleh remaja masjid hingga perwakilan marga-marga.
Tradisi antar dulang makanan di bulan ramadan digelar sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki selama setahun yang diberikan Allah SWT.
Tulisan ini adalah rangkaian dari kisah masjid-masjid kuno di Indonesia yang diterbitkan CNNIndonesia.com pada Ramadan 1445 Hijriah

(sai/kid)

[Gambas:Video CNN]

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi