Jangan FOMO, Atur Keuangan dengan Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi – Page 3

Jangan FOMO, Atur Keuangan dengan Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Di era digital yang serba cepat ini, media sosial menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi gaya hidup masyarakat. Banyak orang berlomba-lomba menampilkan citra diri yang sempurna dengan gaya hidup mewah. Namun, apakah semua orang benar-benar mampu membiayai gaya hidup tersebut?

Perencana Keuangan Andy Nugroho mengingatkan pentingnya mengatur keuangan dengan bijak agar tidak terjebak dalam pola konsumtif akibat tekanan sosial. Menurutnya, generasi muda saat ini menghadapi tantangan besar karena mudah terdorong oleh tren yang tidak sesuai dengan kondisi finansial mereka.

“Berusaha untuk tidak perlu mengikuti gaya hidup, atau gaya hidupnya menyesuaikan dengan kondisi keuangannya masing-masing. Dengan kondisi sekarang, kita dengan gampang melihat di media sosial gaya hidup yang ditawarkan seperti apa,” jelas Andy kepada Liputan6.com.

Hindari FOMO dan FOPO

Ia menyoroti dua fenomena psikologis yang sering menjadi penyebab perilaku konsumtif, yaitu FOMO (Fear of Missing Out) dan FOPO (Fear of People’s Opinions).

“Kalau ternyata memang kebutuhan kita ataupun kondisi keuangan kita tidak mencukupi, ya kita tidak perlu mengikuti itu. Yang paling sederhana adalah hindari sifat FOMO, sifat FOPO. Ya sudah, jadi diri kita sendiri saja,” tambahnya.

Sering kali, orang merasa perlu mengikuti tren hanya untuk terlihat “setara” dengan lingkungan sosialnya. Hal ini bisa menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali, bahkan berujung pada utang konsumtif yang sulit dilunasi.