Jalur Pendakian Tebing Mahawaru Pamekasan Ditutup Sementara, Ada Apa?

Jalur Pendakian Tebing Mahawaru Pamekasan Ditutup Sementara, Ada Apa?

Pamekasan (beritajatim.com) – Kawasan Tebing Mahawaru di Kecamatan Waru, Pamekasan, ditutup sementara untuk aktivitas pendakian oleh sejumlah tokoh masyarakat dan pemerintah Desa Waru Timur, Waru, Pamekasan.

Penutupan tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk antisipasi atas berbagai kekhawatiran sosial dan moral yang mulai berkembang di tengah masyarakat, khususnya terhadap perilaku menyimpang dari nilai-nilai budaya masyarakat setempat.

“Penutupan sementara karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kejadian tidak senonoh dan sebagainya. Untuk informasinya memang belum terjadi, tapi dikhawatirkan dapat merusak budaya yang ada di sana,” kata Kepala Desa Waru Timur, Sholehoddin, Sabtu (31/5/2025).

Terlebih jumlah pengunjung yang mendatangi Tebing Mahawaru, relatif tinggi. Bahkan sehari sebelum ditutup, Kamis (29/5/2025) lalu, jumlah pengunjung yang mendatangi kawasan Tebing Mahawaru tercatat puluhan unit motor, termasuk kendaraan roda empat dari luar wilayah Pamekasan.

“Paling banyak (pengunjung) itu sebelum penutupan, informasinya nyampek sekitar 60 unit motor. Bahkan ada yang berasal dari Jember, dan kendaraan pengunjung dititip di sejumlah rumah warga yang ada di bawah (tebing Mahawaru),” ungkapnya.

Bahkan efek dari penutupan tersebut, juga diperkuat dengan pemasangan banner larangan masuk ke kawasan pendakian. “Sebagai kepala desa, sebenarnya kami mendukung adanya lokasi seperti ini. Tapi masyarakat Waru Timur, masih sangat kental dengan nilai keagamaan,” tegasnya.

“Sehingga sesuatu yang menjurus ke berbagai yang tidak diinginkan, itu sangat dilarang walaupun belum terjadi. Tapi kami akan terus koordinasi dengan berbagai pihak sebelum memutuskan apakah akan kembali dibuka untuk umum atau tidak,” jelasnya.

Untuk diketahui, penutupan Tebing Mahawaru ditutup sementara melalui deklarasi para tokoh masyarakat setempat. Dalam deklarasi tersebut disampaikan tiga alasan penutupan, yakni kegiatan pendakian yang dianggap mendekati kemaksiatan, lalu lintas pendaki yang meresahkan warga, dan kekhawatiran akan kerusakan moral generasi muda. [pin/ian]