Jakarta: Harga bitcoin terus melambung melewati level USD93 ribu dengan kapitalisasi pasar menembus lebih dari USD1,77 triliun. Hal ini membuat bitcoin melampaui kapitalisasi pasar (market cap) perak (USD1,70 triliun) sebagai aset terbesar ke-8 di dunia.
Saat ini, bitcoin berada di bawah emas dengan total aset mencapai USD17,23 triliun, Nvidia (USD3,63 triliun), Apple (USD3,4 triliun), Microsoft (USD3,16 triliun), Google (USD2,2 triliun), Amazon (USD2,2 triliun), dan Saudi Aramco (USD 1,79 triliun).
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan pencapaian kapitalisasi pasar bitcoin yang kini menembus USD1,77 triliun menjadi bukti semakin diterimanya aset digital ini di kancah global sebagai alternatif investasi yang potensial.
“Lonjakan harga bitcoin yang melewati level USD93 ribu mencerminkan tingginya minat institusi besar terhadap kripto sebagai salah satu aset utama dalam portofolio investasi,” tutur Oscar dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 15 November 2024.
Oscar menambahkan, momen bitcoin melampaui nilai perak menjadi sebuah sejarah penting. “Dulu, perak pernah menjadi mata uang di dunia sebelum akhirnya digantikan oleh emas,” imbuh dia.
Adapun pergerakan pasar ini sebagian besar didorong oleh pembelian institusional dan arus kas masuk ke ETF Bitcoin yang terus berlanjut. Selain itu, optimisme atas kemenangan Trump, yang dikenal dengan sikap pro-kripto, turut mendukung kepercayaan regulasi yang lebih mendukung aset digital akan segera hadir.
Selain faktor-faktor di atas, faktor pendorong lainnya seperti sentimen inflasi juga memberikan dampak pada harga bitcoin. Pada Rabu, 13 November 2024, inflasi di Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 2,6 persen (yoy), naik dari periode sebelumnya yang sebesar 2,4 persen.
Kenaikan 0,2 persen ini masih dalam range konsensus, sehingga seharusnya memberikan pandangan positif terhadap dolar. Namun, bitcoin justru mengalami kenaikan dan berhasil mencapai all-time high (ATH), mencerminkan antusiasme investor terhadap adopsi bitcoin di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Jadi aset lindung nilai (safe haven)
Di sisi lain, Oscar menyoroti data CPI AS untuk periode Oktober 2024 yang mencatat kenaikan inflasi sebesar 2,6 persen (yoy) sebagai faktor penting dalam lonjakan harga bitcoin.
“Dengan inflasi tinggi, bitcoin dianggap sebagai aset yang dapat melindungi nilai dan menarik investor yang mencari alternatif investasi yang lebih stabil dibandingkan aset tradisional yang bisa terdampak penurunan nilai akibat inflasi,” tutur dia.
Selain itu, Oscar juga melihat adanya potensi besar dalam regulasi yang mendukung industri kripto seperti Financial Innovation and Technology for the 21st Century Act (FIT 21) dan Financial Innovation Act (FIA) dalam kebijakan AS, dan juga kebijakan baru mengenai perpindahan regulasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 2025.
“Dukungan regulasi yang positif akan memperkuat perkembangan pasar dan mengurangi risiko yang dihadapi oleh para investor kripto,” jelas dia.
Oscar bilang, pencapaian bitcoin sebagai salah satu aset terbesar dunia merupakan penanda penting bagi industri kripto yang sedang tumbuh. “Status ini akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap kripto dan mendorong adopsi yang lebih luas,” yakin dia.
Oscar juga optimis bitcoin masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih jauh, terutama jika didukung oleh kerangka regulasi yang lebih jelas dan penerimaan publik yang terus meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(HUS)