Jakarta –
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh kelompok Hizbullah di Lebanon tidak memenuhi persyaratan gencatan senjata. Israel memperingatkan bahwa jika Hizbullah terus melanggar kesepakatan akan “dipaksa untuk bertindak”.
Seperti dilansir AFP, Minggu (5/1/2025), Katz mengeluarkan peringatannya setelah mengunjungi komando militer di wilayah utara dan peringatan itu menyusul tuduhan serupa terhadap Israel oleh kepala Hizbullah, Naim Qassem.
Katz mengatakan Hizbullah masih belum mundur “melewati sungai Litani” di Lebanon selatan, sebagaimana ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata.
Ia menambahkan bahwa “jika persyaratan ini tidak dipenuhi, tidak akan ada kesepakatan dan Israel akan dipaksa untuk bertindak sendiri untuk memastikan warga di wilayah utara kembali ke rumah mereka dengan aman.”
Ketentuan lain belum dilaksanakan, kata Katz, seperti “pembongkaran semua senjata (Hizbullah) dan penggagalan infrastruktur teroris di wilayah tersebut oleh tentara Lebanon”.
“Kami tidak akan membiarkan terciptanya ancaman baru bagi masyarakat utara dan warga negara Israel,” kata Katz dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
“Kami telah mengatakan bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan untuk melaksanakan perjanjian dan kami akan bersabar,” kata Qassem.
Gencatan senjata yang rapuh, yang mulai berlaku pada tanggal 27 November setelah dua bulan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, telah ditandai dengan tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak.
Hizbullah akan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani–sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan–dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.
Sebuah komite yang terdiri dari delegasi Israel, Lebanon, Prancis, dan AS bersama dengan perwakilan pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL bertugas memastikan setiap pelanggaran gencatan senjata diidentifikasi dan ditangani. Pasukan penjaga perdamaian PBB juga telah berulang kali menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata.
(rfs/imk)