TRIBUNNEWS.COM – Israel kecewa dengan bocornya obrolan di aplikasi Signal yang mengungkap mereka memberi informasi intelijen kepada AS sehingga AS dapat melancarkan operasi militer terhadap gerakan Ansar Allah (Houthi) di Yaman.
Sebelumnya, surat kabar Amerika Serikat (AS), Wall Street Journal, mengutip pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya, yang mengungkap pembagian informasi intelijen antara Israel dan AS.
Pejabat itu mengatakan informasi yang disampaikan Israel ke AS didasarkan pada sumber intelijen Israel di Yaman, termasuk data lokasi seorang pemimpin Houthi.
Wall Street Journal tidak merinci peran informasi ini dalam mengarahkan serangan AS terhadap Houthi.
Namun, Israel menyatakan kekecewaan mendalam terhadap AS setelah data tersebut bocor dan dipublikasikan.
Israel menganggap hal ini sebagai pelanggaran kerahasiaan intelijen yang dapat membahayakan sumbernya.
Sebelumnya, pada Senin (24/3/2024), jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, menulis sebuah artikel yang mengungkap percakapan rahasia dalam grup obrolan Signal.
Obrolan tersebut melibatkan pejabat AS yang membahas rincian tentang serangan militer yang diantisipasi terhadap Houthi.
Menurut Goldberg, pada 11 Maret 2025, ia menerima permintaan panggilan di aplikasi Signal dari seorang pengguna bernama Mike Waltz, nama penasihat keamanan nasional presiden AS.
Dua hari kemudian, ia ditambahkan ke grup obrolan tertutup tempat pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump membahas serangan militer di Yaman.
Pada 15 Maret 2025, seorang pengguna di grup tersebut, Pete Hegseth (nama Menteri Pertahanan AS), mengunggah pesan yang merinci serangan AS yang akan datang terhadap Houthi, termasuk target, jenis senjata yang digunakan, dan perkiraan waktu serangan.
Tak lama kemudian, unggahan di media sosial mulai melaporkan serangan udara AS di Yaman, yang menunjukkan waktu kebocoran informasi bertepatan dengan operasi sebenarnya.
Menyusul kontroversi seputar laporan tersebut, Donald Trump menyatakan kelompok tersebut tidak merilis informasi rahasia.
Presiden AS menegaskan ia tidak melihat adanya ancaman keamanan dalam masalah tersebut, seperti diberitakan Saudi Shafaqna.
Ia juga menyatakan keyakinan penuh terhadap tim keamanan nasionalnya, termasuk Waltz, meskipun adanya skandal pelanggaran data.
Sementara itu, Mike Waltz membantah mengetahui mengapa Goldberg ditambahkan ke obrolan tertutup.
Sementara Departemen Pertahanan AS belum mengeluarkan komentar resmi apa pun tentang masalah tersebut.
Sebelumnya AS memulai serangannya terhadap Houthi di Yaman pada 15 Maret 2025.
Sekutu Israel tersebut meluncurkan serangan Udara di berbagai kota di Yaman utara.
Houthi memulai kembali operasi militernya terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah pada 14 Maret 2025, menyusul penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Houthi agar membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Sebelumnya pada 19 November 2023, Houthi menyatakan solidaritas untuk mendukung Gaza yang menghadapi serangan Israel.
Serangan Houthi terhadap Israel sempat berhenti ketika Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2025, sebelum akhirnya Israel melanggar perjanjian tersebut dengan meluncurkan serangan ke Gaza pada 18 Maret 2025.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel