TRIBUNNEWS.COM – Perpecahan politik semakin menjadi dalam penanganan Israel atas perang Gaza.
Para pemimpin oposisi menuduh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal melindungi warga, tak lama setelah rentetan roket baru dari Gaza menghantam Israel selatan.
Pemimpin oposisi Yair Lapid meminta pemerintah untuk mengundurkan diri.
Ia menyebut Netanyahu telah “meninggalkan” masyarakat di tengah permusuhan yang sedang berlangsung.
“Sepuluh roket ditembakkan ke Israel saat Netanyahu sedang berlayar di Sungai Danube,” kata Lapid, merujuk pada kunjungan perdana menteri ke luar negeri.
Mantan Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Benny Gantz juga mengkritik pemerintah.
Dirinya memperingatkan Israel layak mendapatkan kepemimpinan yang berfokus pada mengalahkan musuh-musuh, bukan pada kekacauan internal.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich membela pendekatan garis keras koalisi, dengan menegaskan bahwa serangan roket yang baru-baru ini terjadi memperkuat kebutuhan untuk “menghancurkan Hamas tanpa penundaan.”
Dampak politik terjadi saat sirene berbunyi di Ashdod, Ashkelon, Yavne, dan wilayah selatan Tel Aviv.
Militer Israel mengatakan sekitar 10 roket ditembakkan dari Gaza ke wilayah Lachish.
Sebagian besar berhasil dicegat, tetapi beberapa menyebabkan cedera dan kerusakan, termasuk di Ashkelon, tempat layanan darurat melaporkan sedikitnya tiga warga sipil terluka.
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai balasan atas serangan udara Israel di Gaza.
Perang yang sedang berlangsung tersebut telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 115.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Media Israel melaporkan meningkatnya tekanan publik untuk mencapai kesepakatan penyanderaan.
Sebuah jajak pendapat Channel 12 menunjukkan 90 persen pemilih oposisi dan lebih dari separuh pendukung koalisi mendukung kesepakatan untuk membebaskan tawanan yang tersisa dan mengakhiri perang.
Keluarga dari 59 sandera yang masih ditawan di Gaza mengungkapkan rasa frustrasi yang semakin meningkat, memperingatkan bahwa pertempuran yang baru akan menempatkan orang yang mereka cintai pada risiko yang lebih besar.
Serangan Balasan
Brigade Al-Qassam, mengumumkan mereka telah membombardir kota Ashdod dengan rentetan roket.
Serangan tersebut sebagai respons atas pembantaian Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza.
“Brigade Qassam membombardir kota Ashdod yang diduduki dengan rentetan roket sebagai respons atas pembantaian warga sipil oleh Zionis,” tulis Brigade Al-Qassam dalam postingannya di Telegram, Senin (7/4/2025).
Setelah peluncuran roket tersebut, sirene berbunyi di pinggiran selatan Tel Aviv, Ashkelon, dan Ashdod, mendorong penduduk untuk menuju tempat perlindungan dan mengantisipasi serangan roket berikutnya.
“Tujuh orang terluka dan dipindahkan ke Rumah Sakit Barzilai di Ashkelon setelah sebuah roket jatuh di kota itu,” lapor Channel12 Israel.
“Tim penyelamat menanggapi empat lokasi di mana pecahan peluru dan mungkin roket jatuh di Ashdod dan Ashkelon,” lapor media Israel.
Sementara itu, pihak berwenang mengatakan 12 warga Israel terluka dalam serangan roket di Ashkelon.
Beberapa di antaranya adalah sejumlah orang yang terluka saat berlari menuju tempat perlindungan.
Pemerintah Kota Ashkelon melaporkan sebuah roket jatuh di kota itu, menyebabkan kerusakan properti dan kemungkinan luka ringan pada satu orang.
Layanan ambulans Israel mengatakan krunya sedang menangani empat lokasi di mana pecahan rudal jatuh.
“Kami telah mendatangi daerah-daerah di mana sirene berbunyi setelah serangan roket dan akan memberikan informasi kemudian,” kata Layanan Ambulans Israel.
Sementara tentara pendudukan Israel mengumumkan setidaknya 10 rudal diluncurkan dari Gaza pada malam ini.
Mereka mengatakan sebagian besar roket itu berhasil dicegat, seperti diberitakan Al Jazeera.
Peluncuran roket ini terjadi setelah Israel memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza.
Pada 18 Maret 2025, Israel meluncurkan serangan udara dan melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas di Jalur Gaza pada 19 Januari lalu.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza membunuh lebih dari 50.669 warga Palestina dan melukai lebih dari 115.225 lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza hingga hari Minggu (6/4/2025).
Selain itu, 36 warga Palestina tewas dalam serangan Israel selama 24 jam terakhir di Jalur Gaza, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel