Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Investasi Asing Masih Sulit Masuk, Anak Buah Zulhas Ungkap Masalahnya

Investasi Asing Masih Sulit Masuk, Anak Buah Zulhas Ungkap Masalahnya

Bisnis.com, JAKARTA – Staf Ahli Menko Pangan Drajad Wibowo menuturkan tidak konsistennya kebijakan hilirisasi menjadi penyebab sulitnya investasi masuk ke dalam negeri.

Perubahan kebijakan yang mendadak ini mengarah pada ketidakstabilan yang dapat merugikan investor. Pemerintah, kata Drajad, harus memahami bahwa untuk menciptakan iklim investasi yang sehat, konsistensi regulasi sangat penting. 

Jika pemerintah terus mengubah kebijakan tanpa memberi kepastian, maka akan sulit untuk menarik investasi besar, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan komitmen jangka panjang.

Menurutnya, banyak negara lain seperti Vietnam justru lebih dipilih oleh investor asing karena kepastian hukum dan kebijakan yang lebih stabil. 

Meskipun seringkali Indonesia mengundang investor dengan janji-janji menggiurkan, kenyataannya banyak investor yang justru merasa kecewa setelah berinvestasi di Indonesia karena adanya perubahan aturan yang tidak terduga.

“Jika kita ingin mendorong hilirisasi dan industrialisasi, kita harus memperbaiki kualitas kebijakan dan komitmen kita. Ini adalah tantangan besar yang harus segera kita atasi, agar Indonesia bisa menjadi tujuan utama investasi,” kata Drajad dalam FGD Bisnis Indonesia Economic & Financial Report 2014—2024 di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2024).

Paling baru, Drajad mengatakan dirinya mendapatkan keluhan dari duta besar (dubes) salah satu negara sahabat mengenai kesulitan meyakinkan industri besar di negaranya untuk berinvestasi di Indonesia.

Dubes tersebut, kata Drajad mengungkapkan  meskipun pihaknya menawarkan potensi investasi sebesar US$2 miliar. Namun hal tersebut tidak bisa terjadi karena adanya kebijakan yang tidak pasti.

“Begitu dia investasi, ya otomatis karena dia investasi, jual produknya harganya relatif agak tinggi. Tiba-tiba negara memutuskan, karena ada satu negara yang produknya gak bisa dijual di Eropa, kemudian didam masuk ke Indonesia,” ujarnya.