Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Inilah Dua Sosok Pemimpin yang Nyaris Terlupakan dalam Sejarah Indonesia

Inilah Dua Sosok Pemimpin yang Nyaris Terlupakan dalam Sejarah Indonesia

Liputan6.com, Yogyakarta – Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat adalah dua tokoh penting yang pernah memimpin Indonesia pada masa krisis, meski jarang disebut sebagai presiden. Ketika Belanda melakukan Agresi Militer II pada tahun 1948, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap.

Untuk menjaga kedaulatan, Sjafruddin yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran, membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Pada 13 Juli 1949, mandat PDRI dikembalikan kepada Soekarno.

Mr. Assaat juga berperan penting saat Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 1949. Soekarno dan Hatta menjabat sebagai Presiden dan Perdana Menteri RIS, sedangkan Mr Assaat ditunjuk sebagai pelaksana tugas Presiden Republik Indonesia yang wilayahnya terbatas di Yogyakarta.

Selama menjabat, Mr. Assaat hidup sederhana dan menandatangani pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada 15 Agustus 1950, ia mengembalikan jabatan tersebut kepada Soekarno setelah RIS dibubarkan.

Sjafruddin Prawiranegara menjabat sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949. Sjafruddin ditugaskan untuk membentuk PDRI di Bukittinggi sebagai upaya untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia masih memiliki kedaulatan.

Sedangkan Mr. Assaat menjabat sebagai Acting President atau Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia dari 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950. Assaat menerima kekuasaan dari Soekarno setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.

Selain membentuk PDRI di Bukittinggi, Sjafruddin juga berhasil mempertahankan pemerintahan darurat ini dari serangan Belanda. Ia berhasil menggalang dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sjafruddin memiliki visi yang kuat untuk membangun ekonomi Indonesia yang mandiri dan kuat. Ia merumuskan berbagai kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan distribusi barang kebutuhan pokok.

Begitu juga dengan Mr Assaat yang berperan penting dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Ia berhasil memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam perundingan tersebut.

Pendirian Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu kontribusi terbesar Mr. Assaat bagi bangsa Indonesia. UGM telah melahirkan banyak tokoh-tokoh penting bangsa.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun