3. Memiliki 15.000 Spesies Tanaman Mangrove
Kawasan Hutan Mangrove di Cilacap tercatat memiliki koleksi spektakuler dengan sekitar 15 ribu spesies tanaman, menjadikannya salah satu kawasan konservasi mangrove terkaya di wilayah pesisir Jawa Tengah. Ekosistem ini menampung beragam jenis tanaman mangrove seperti tancang, api-api, bakau bandul, bakau kacangan, jeruju, waru, dan ketapang, yang membentuk habitat kompleks bagi keanekaragaman hayati laut dan darat.
Sebagai kawasan ekologis yang multifungsi, hutan mangrove ini menjadi rumah bagi berbagai biota perairan seperti ikan gelodok, ikan uca, udang pistol, dan ikan tanggal. Kawasan ini juga menjadi tempat berkembang biak dan berlindung bagi beragam jenis burung.
Selain nilai ekologis, kawasan ini telah dikembangkan menjadi destinasi wisata alam yang edukatif. Pengunjung dapat menelusuri keunikan ekosistem mangrove dan mempelajari potensi pemanfaatan sumber daya alam, termasuk penggunaan limbah mangrove sebagai bahan pewarna alami dalam proses pembuatan batik.
4. Pertemuan Budaya Banyumasan dengan Budaya Sunda
Kabupaten Cilacap memiliki karakteristik unik sebagai wilayah pertemuan antarbudaya, terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Tengah dengan batas langsung bersama Provinsi Jawa Barat. Komposisi demografis didominasi oleh suku Jawa, namun keberadaan suku Sunda memberikan nuansa kultural yang beragam akibat kedekatan geografis dengan wilayah Priangan Timur.
Warisan budaya tercermin dalam ragam dialek dan gaya bahasa yang masih kental dengan logat ngapak, mencerminkan perpaduan identitas kedaerahan yang kompleks. Kekayaan tradisi tampak dari keberagaman seni pertunjukan yang berkembang.
Seperti hal nya Tari Jaipong, Wayang Golek, Seni Wacan, Sholawatan, Janen, Embek, Sintren, dan Karawitan Sunda. Hal ini menegaskan posisi Cilacap sebagai kawasan lintas budaya dengan identitas kultural yang kaya dan dinamis.
Penulis: Ade Yofi Faidzun