Ini Tiga Tantangan Besar Produksi Pertanian Indonesia

27 March 2023, 16:58

ANCAMAN krisis pangan menjadi salah satu isu yang menjadi prioritas global terutama dengan adanya prediksi ledakan jumlah populasi dunia. Di Indonesia, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 319 jiwa pada 2045 dengan laju pertumbuhan penduduk pada 2022 lalu, yang mencapai 1,17%. 

Dengan semakin besarnya populasi, baik secara global maupun nasional, ketahanan pangan menjadi tantangan tersendiri yang perlu dihadapi saat ini. Upaya ketahanan pangan sendiri dapat diimplementasikan melalui berbagai program maupun inisiatif pada lintas sektor, khususnya terkait proses produksi petani kecil sebagai produsen utama bahan dasar pangan. 

Terkait hal tersebut, peran pemerintah selaku regulator dan pelaku industri penunjang juga tidak terlepas sebagai pendukung produktivitas petani kecil di Indonesia.

Baca juga: Petani Milenial Perkuat Ketahanan Pangan

Urgensi mengenai tantangan produksi pangan dan krisis pangan sendiri menjadi pembahasan utama pada Seminar Nasional Pangan Hasil Focus Group Discussion Nagara Institute pada 16 Maret 2023. 

Seminar tersebut dihadiri oleh sejumlah pengambil kebijakan dalam ekosistem pertanian, yakni Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, beberapa anggota Komisi IV DPR-RI, dan sejumlah ahli pangan seperti ahli Pangan IPB Prof Dwi Andreas. 

Baca juga: Mardiono Puji Kinerja Positif Bupati Situbondo, Kader PPP yang Berprestasi

Hasil diskusi tersebut mengidentifikasi tiga tantangan utama produktivitas pertanian Indonesia, yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan, yakni:

Literasi dan adaptasi teknologi petani yang masih rendah

Menurut data Badan Statistik Nasional (BSN), pertanian di Indonesia masih didominasi oleh petani kecil berlahan sempit dengan persentase mencapai 72,19%. 

Dengan persentase besar tersebut, masih ditemukan berbagai permasalahan yang mempengaruhi produktivitas petani dalam memenuhi permintaan pangan domestik yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu permasalah terbesar yang dihadapi petani kecil antara lain adalah minimnya pengetahuan agrikultur dan adaptasi teknologi yang rendah. 

Permasalahan ini juga menjadi salah satu paparan yang disebut oleh Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko pada kesempatan FGD Nagara Institute. 

“Petani kita ya begitulah, begitu ada teknologi mereka tidak semerta-merta mau menerima. Selain itu ada juga permasalahan pascapanen, dimana kalau kita bicara pasca panen itu lossnya bisa 10%. Bisa dibayangkan kalau 10 hektare itu berarti satu per sepuluhnya hilang.”

Menanggapi permasalahan tersebut, berbagai program pemberdayaan dan literasi petani seperti penguatan sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi pertanian dengan kurikulum pengembangan produk hasil pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan kompetensi para petani dalam melakukan pengelolaan pertanian dan manajemen keuangan terutama dalam konteks pertanian berkelanjutan. 

Selain itu, adaptasi teknologi petani juga perlu dilakukan melalui pengembangan mesin pertanian yang sesuai dengan skala lahan kecil sehingga dapat mendukung produktivitas pertanian secara maksimal dengan juga memperhatikan keberlanjutan tanpa merusak kualitas lahan pada jangka panjang.

Sulitnya akses ermodalan dan ketergantungan petani pada pupuk dan bibit subsidi

Permasalahan kedua adalah adanya keterbatasan akses dan ketergantungan tinggi petani akan pupuk dan bibit subsidi pemerintah yang dialokasikan secara terbatas. 

Kesulitan akses permodalan petani dalam membeli pupuk dan bibit berkualitas menyebabkan kebanyakan petani masih mengandalkan bantuan dari pemerintah. 

Walau sejatinya pemerintah memang telah mempersiapkan alokasi pupuk dan bibit bersubsidi di tiap daerah setiap tahunnya, namun inisiatif petani dalam meningkatkan produktivitasnya secara mandiri masih perlu terus dibangun sehingga tidak terjadi kelangkaan bibit maupun pupuk terutama ketika memasuki musim tanam.

Khusus terkait pupuk, untuk meningkatkan produktivitas petani lewat ketersediaan pupuk, dalam jangka pendek pasokan kalium sebagai bahan baku pupuk juga menjadi perhatian pemerintah yang dalam hal ini masih bergantung lewat impor. 

Dalam jangka panjang, pembangunan atau investasi fasilitas produksi bahan baku pupuk serta perbaikan sistem subsidi pupuk dan jaminan ketersediaan variasi kombinasi pupuk untuk kesesuaian dengan kondisi geografis juga diperlukan dalam menunjang produktivitas pertanian di Indonesia.

Perubahan iklim dan cuaca ekstrem

Tantangan lain yang dihadapi petani kecil antara lain adalah perubahan iklim dan dampaknya pada siklus produksi petani. Perubahan pola curah hujan, dan peristiwa cuaca ekstrem yang belakangan lebih sering pada akhirnya juga turut mempengaruhi hasil panen dan kualitas produksi pertanian. 

Hal itu kemudian juga diperparah dengan minimnya pengetahuan dan sumber daya pertanian dalam penerapan praktik pertanian berkelanjutan sehingga dampak perubahan iklim lebih sulit untuk dibendung.

Di balik berbagai tantangan yang dihadapi oleh petani kecil, potensi produksi pertanian petani masih dapat terus dikembangkan melalui berbagai usaha dan kerjasama baik dari pemerintah dan pelaku industri penunjang seperti produsen pupuk dan bibit. 

Dengan memaksimalkan potensi tersebut, kedepannya ketahanan pangan dan mitigasi krisis pangan di Indonesia dapat tercapai sehingga stok pangan dapat lebih terjamin baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya. 

Selain itu, dengan dimaksimalkannya sumber daya manusia dan praktik penerapan pertanian berkelanjutan, perekonomian dan kesejahteraan petani kecil di Indonesia dapat diprediksikan meningkat dari sebelumnya. (RO/Z-1)

Partai

Institusi

K / L

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi