Orthoreovirus diketahui menginfeksi berbagai jenis mamalia seperti rusa berekor putih, kelelawar, bahkan manusia.
Meski keberadaannya telah lama terdeteksi, sejauh ini efek infeksinya terhadap manusia masih belum sepenuhnya dipahami oleh komunitas ilmiah.
Dalam sejumlah kasus langka, virus ini pernah dikaitkan dengan penyakit serius, termasuk ensefalitis (radang otak), meningitis (radang selaput otak), serta gangguan saluran pencernaan yang cukup parah pada anak-anak.
“Kita harus memberi perhatian lebih pada orthoreovirus dan mengetahui cara mendeteksinya dengan cepat,” ujar Lednicky dalam pernyataan resminya yang dirilis bersamaan dengan hasil studi.
Sementara itu, rekan peneliti sekaligus kandidat Ph.D. dari University of Florida, Emily DeRuyter, menjelaskan orthoreovirus awalnya dianggap sebagai orphan virus, yaitu virus yang ditemukan di tubuh mamalia, termasuk manusia,
Kendati demikian, virus tersebut sebelumnya tidak diasosiasikan dengan penyakit. Namun, penelitian terkini justru menunjukkan potensi ancaman klinisnya terhadap sistem pernapasan, saraf pusat, hingga saluran pencernaan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4791367/original/044709300_1712024688-closeup-view-black-cat-calmly-lying-ground-completely-ignoring-camera.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)