Surabaya (Beritajatim.com) – Surabaya International Jewellery Fair (SIJF) 2025 kembali hadir di Surabaya. Ditengah tantangan melemahnya daya beli masyarakat, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian RI, Reni Yanita M,Si, yakin industri perhiasan akan tetap optimis meskipun terjadi lonjakan harga emas global.
“Ini memang kegiatan rutin, jadi di tengah suasana ataupun peningkatan harga emas, APEPI tetap memberanikan diri untuk melanggarkan pameran ini,” ujar Reni Yanita.
Menurutnya, menjaga momentum pertumbuhan industri perhiasan sangat penting. Ia mencatat bahwa kinerja ekspor untuk industri perhiasan menunjukkan angka yang sangat signifikan.
“Kinerja ekspor untuk industri perhiasan menunjukkan angka yang signifikan tumbuhnya 37% dibandingkan periode yang sama tahun depan. Jadi ini harus di jaga agar tetap tumbuh.” ucapnya seusai berkeliling ke tenant yang ada di Surabaya International Jewellery Fair (SIJF) 2025. di Grand Ballroom Hotel Shangri-La Surabaya.
Kegiatan yang dihelat selama empat hari, yakni 9-12 Oktober 2025 ini menjadi satu-satunya pameran perhiasan skala besar di wilayah Jawa Timur, SIJF tetap menjadi magnet bagi berbagai kalangan.
Pameran ini diikuti oleh berbagai bidang usaha perhiasan dari dalam dan luar negeri, mencakup pabrik, distributor, toko perhiasan, mekanika permesinan dan kemasan perhiasan, serta desainer dan pengrajin.
Pemerintah juga menargetkan peningkatan peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor emas, di mana tahun lalu berada di peringkat 12. Reni Yanita juga menekankan pentingnya hilirisasi komoditas emas, yang tidak terbatas hanya pada emas, namun juga perak, batu-batu alam, dan mutiara.
“Kalau hilir kan kaitannya dengan desain, dengan keunikan, dengan karakteristik, nah ini juga yang tantangan kita sebenarnya,” tambahnya.
Strategi Industri dan Prediksi Kenaikan Emas Global
Iskandar Husin, Sekertaris Jenderal APEPI sekaligus Ketua Penyelenggara SIJF, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas global disebabkan oleh perubahan perilaku negara-negara dunia yang kembali menjadikan emas sebagai safe haven, menggantikan Dolar AS, sehingga terjadi permintaan emas yang tinggi. Ia memprediksi bahwa harga emas akan terus melonjak.
“Dulu diprediksi sampai akhir tahun emas diperkirakan akan menjadi USD4.000 per troyan, tapi ternyata dua hari kemarin sudah meledak. Malah diprediksi sampai di akhir tahun, emas bisa di USD4.900 per troyan.” Paparnya.
Untuk mensiasati kenaikan harga dan tetap menjaga daya beli masyarakat, industri perhiasan menerapkan strategi penyesuaian kadar emas.
Penyesuaian kadar emas tidak lagi kaku di 18 atau 17 karat, tetapi mulai merambah ke 14 atau 12 karat, tanpa mengurangi kualitas dan desain perhiasan. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia sebagai pecinta emas dan menjadikannya sebagai instrumen investasi, masih cenderung mencari emas dengan kadar tinggi, namun dengan mengurangi berat pembelian, misalnya dari 10 gram menjadi 5 atau 3 gram.
Iskandar Husin juga menegaskan bahwa harga perhiasan di Indonesia relatif kompetitif dan tidak jauh berbeda dari harga internasional.
Jenis perhiasan yang paling banyak dicari tetap pada perhiasan-perhiasan utama, yaitu cincin dan giwang, diikuti oleh liontin dan gelang. Tren saat ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai beralih dari perhiasan berukuran besar ke yang lebih kecil (di bawah 5 gram atau 3 gram), namun dengan bentuk yang lebih unik dan kreatif.
Dengan adanya pameran ini dan upaya-upaya strategis dari APEPI, industri perhiasan Indonesia optimistis untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan penjualannya.[rea]
