TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS sebagai kolaborasi biasa.
Indonesia bergabung dengan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab di BRICS.
Airlangga mengatakan bergabungnya Indonesia ke BRICS hanya kolaborasi biasa karena sebelumnya RI sudah pernah menjalin kerja sama dengan berbagai negara anggota lainnya.
Contohnya seperti Indonesia yang merupakan bagian dari Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), di mana India merupakan bagian dari ini juga.
Lalu, Indonesia juga bagian dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) bersama negara Asia Tenggara lainnya. China ada di dalam ini karena mereka merupakan salah satu negara pendiri.
Indonesia juga sedang membahas perjanjian dagang Free Trade Agreement dengan Uni Ekonomi Eurasia, yang mana Rusia merupakan bagian dari uni kerja sama ekonomi ini.
“Jadi tidak ada hal yang baru bagi kerja sama anggota BRICS dengan Indonesia, hanya kolaborasi biasa yang kami bangun dengan negara-negara di bagian selatan dunia,” kata Airlangga dalam acara Business Competitiveness Outlook 2025 di Jakarta, Senin (13/1/2025).
Selain itu, kata Airlangga, Presiden Prabowo Subianto juga memastikan dengan bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS tak berarti RI beraliansi.
Prabowo memastikan hal tersebut ketika bertemu Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba.
“Bergabung BRICS menjadi pembicaraan masyarakat internasional dan bapak presiden menjelaskan kepada PM Jepang bahwa Indonesia sendiri adalah negara yang tidak beraliansi,” ujar Airlangga.
Sengaja informasi, Indonesia kini telah bergabung sebagai anggota penuh BRICS.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri RI menyebut, bergabungnya Indonesia dalam BRICS mencerminkan peningkatan peran aktif Indonesia dalam isu-isu global serta komitmen untuk memperkuat kerja sama multilateral demi mewujudkan tatanan global yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Mengutip Britannica, istilah BRICS awalnya merujuk pada sekelompok negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat.
Jika pertumbuhan ini dipertahankan pada tingkat yang sama, negara-negara tersebut, diyakini akan menjadi pelaku ekonomi dominan di abad ke-21.
Dibentuk pada tahun 2009, BRICS diambil dari nama-nama anggota awalnya, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa).
Sejak itu, nama tersebut, diadopsi sebagai nama organisasi antarpemerintah formal yang bertujuan untuk menciptakan integrasi dan koordinasi ekonomi serta geopolitik yang lebih kuat di antara negara-negara anggotanya.
Untuk bergabung dengan BRICS, anggota baru harus disetujui secara bulat oleh semua anggota yang sudah ada.
Pada pertemuan puncak BRICS 2023 di Afrika Selatan, BRICS mengundang Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir, Ethiopia, dan Argentina sebagai negara anggota baru.
Semua negara tersebut, setuju untuk bergabung kecuali Argentina.
Nama informal BRICS+ terkadang digunakan untuk menggambarkan perluasan organisasi ini.
Indonesia sebenarnya telah dipandang sebagai kandidat anggota penuh BRICS sejak tahun 2011, mengutip eastasiaforum.org.
Akan tetapi setelah menghadiri KTT BRICS di Afrika Selatan pada Kamis (24/8/2023), Jokowi yang saat itu menjabat sebagai presiden, menyebut Indonesia masih mempertimbangkan keikutsertaannya.
“Kita ingin mengkaji dan menghitung terlebih dahulu,” kata Jokowi, mengutip artikel Tribunnews pada 28 Agustus 2023.
“Kita tidak ingin tergesa-gesa,” tambahnya.