Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan penurunan 2,2 poin, dari 117,2 pada Agustus menjadi 115 pada September 2025. Salah komponen yang masih menunjukkan pesimisme adalah indeks ketersediaan lapangan kerja.
Penurunan IKK pada September 2025 ini melanjutkan penurunan yang terjadi pada bulan sebelumnya, sebesar 0,9 poin yaitu dari 118,1 pada Juli 2025 menjadi 117,2 pada Agustus 2025.
Sebagai informasi, IKK menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi mereka terhadap masa depan. IKK merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.
IKK menggunakan tahun acuan dengan nilai 100. Artinya indeks kepercayaan konsumen pada September 2025 masih berada di zona optimistis atau di atas nilai acuan.
“Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
Lebih lanjut, Denny menjelaskan bahwa tetap kuatnya keyakinan konsumen pada September 2025 ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga masih berada di level optimistis.
Hanya saja, IKE tercatat sebesar 102,7 atau lebih rendah dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 105,1. Begitu juga IKE yang berada di level 127,2, turun dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 129,2.
IKE menjadi indeks yang turun paling dalam, yakni sebesar 2,4 poin dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh indeks penghasilan saat ini turun 4 poin, indeks pembelian barang tahan lama turun 1,9 poin, dan penurunan indeks ketersediaan lapangan kerja yang juga turun 1,2 poin.
Dari tiga komponen itu, indeks ketersediaan lapangan kerja menjadi satu-satunya yang berada di zona pesimis atau di bawah nilai acuan yaitu di level 92 pada September 2025.
Sementara berdasarkan indeks ekspektasi penghasilan per kelompok pengeluaran pada September 2025, sebagian mengalami penurunan dari bulan sebelumnya.
Penurunan tercatat pada responden pengeluaran Rp2,1 juta—Rp3 juta (dari 127,4 menjadi 120,8) dan pengeluaran Rp3,1 juta—Rp4 juta (dari 133,5 menjadi 127,6).
Sebaliknya, ada yang mengalami kenaikan ekspektasi seperti dari kelompok pengeluaran Rp1 juta—Rp2 juta (dari 121,5 menjadi 124,5), pengeluaran Rp4,1 juta—Rp5 juta (dari 135,9 menjadi 137), dan pengeluaran >Rp5 juta (dari 143,8 menjadi 144,5).
Berdasarkan usia, indeks ekspektasi penghasilan juga mengalami penurunan di sebagian kelompok usia. Penurunan terbanyak tercatat pada responden usia 51—60 tahun (dari 134,6 menjadi 125,3), kemudian usia 31-40 tahun (dari 139 menjadi 135,4).
Sebaliknya, yang mengalami kenaikan ekspektasi penghasilan adalah kelompok usia 20—30 tahun (dari 137,6 menjadi 138,6), usia 41—50 tahun (dari 137,1 menjadi 138,2), dan usia >60 (dari 101 menjadi 111).
Secara spasial, IKK menurun di beberapa kota yang disurvei terutama di Medan, Manado, dan Padang. Sementara beberapa kota IKK mengalami kenaikan terutama di Mataram, Makassar, dan Pontianak.
