Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah penelitian mengungkapkan cahaya pertama yang menyala di awal alam semesta. Ternyata asalnya dari galaksi kerdil.
Cahaya pertama itu terjadi jauh setelah Big Bang terjadi. Saat fenomena itu terjadi cahaya tidak bisa menembus antariksa yang penuh dengan kabut plasma.
Waktu berlalu, dan saat alam semesta mending sekitar 300 ribu tahun setelahnya, proton dan elektron berkumpul membentuk gas hidrogen netral serta sedikit helium. Berbeda dari sebelumnya, media ini membuat sedikit cahaya diproduksinya.
Dari sini juga bintang pertama lahir. Bintang-bintang itu menghasilkan radiasi kuat melepaskan elektron dari nukleus dan menginosiasi ulang gas. Pada saat ini juga, alam semesta mengembang membuat gas menyebar dan cahaya mulai bisa terlihat.
Baru 1 miliar tahun setelah Big Bang terjadi, alam semesta sudah terinosasi ulang. Di sanalah cahaya mulai terlihat dengan cukup jelas.
Hasil temuan ini juga berbeda dengan perkiraan sebelumnya bahwa sumbernya berasal dari sesuatu yang kuat. Ternyata re-ionisasi berasal dari galaksi-galaksi kerdil, dikutip dari Science Alert, Jumat (15/11/2024).
Para ilmuwan menggunakan data JWST dari gugus galaksi dengan dukungan data Hubble untuk melihat spektrum dari galaksi-galaksi kecil. Hasilnya tiap galaksi itu jauh lebih terang dari perkiraan.
“Meski ukurannya kecil, galaksi dengan bermassa rendah ini jadi penghasil radiasi energik yang produktif dan kelimpahannya pada periode itu begitu besar membuat pengaruh kolektif bisa mengubah seluruh keadaan,” kata astrofisikawan dari Institut d’Astrophysique de Paris, Hakim Atek.
Astrofisikawan Themiya Nanayakkara dari Universitas Teknologi Swinburne menjelaskan ada banyak pekerjaan yang perlu dikerjakan setelah temuan tersebut. Karena ada banyak pertanyaan menarik untuk melihat sejarah awal mula alam semesta.
“Kita sekarang masuk ke wilayah yang belum dipetakan JWST,” jelasnya.
“Pekerjaan ini membuka banyak pertanyaan menarik yang harus dijawab dalam upaya memetakan sejarah evolusi awal mula kita,” imbuh dia.
(dem/dem)