Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Jadi Begini – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Jadi Begini

Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Jadi Begini

Jakarta

Ilmuwan mencoba fermentasi miso di luar angkasa, tapi anehnya, rasa makanan itu tidak lagi sama seperti yang ada di Bumi. Miso adalah pasta kacang kedelai yang difermentasi khas Jepang.

Dikutip dari IFLScience, Rabu (9/4/2025) para ilmuwan mencoba membuatnya di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mereka mengirim kontainer kecil berisi ‘calon bakal miso’. Ia didiamkan selama 30 hari sehingga terfermentasi dan berubah jadi miso.

Untuk membedakannya, ada dua kelompok kontrol miso lainnya yang difermentasi di Bumi. Satu di Cambridge dan satu lagi di Copenhagen, Denmark. Hasilnya, miso luar angkasa memiliki bau dan rasa yang mirip dengan dua kelompok miso di Bumi, tetapi memiliki rasa yang lebih gurih dan lebih gurih. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal iScience.

“Ada beberapa fitur lingkungan luar angkasa di orbit Bumi rendah — khususnya gravitasi mikro dan peningkatan radiasi — yang dapat berdampak pada cara mikroba tumbuh dan bermetabolisme dan dengan demikian cara kerja fermentasi,” kata salah satu penulis utama Joshua D. Evans dari Technical University of Denmark.

Pada intinya, ilmuwan-ilmuwan ingin mengeksplorasi dampak dari kondisi tersebut. Dengan menganalisis komunitas mikroba, menjadi jelas bahwa meskipun fermentasi mungkin dilakukan di luar angkasa.

Selain itu, perbedaan dalam hal tempat mikroba tumbuh subur mungkin memengaruhi tidak hanya produksi produk makanan masa depan tetapi juga kesehatan kita.

“Fermentasi (di ISS) menggambarkan bagaimana sistem kehidupan pada skala mikroba dapat tumbuh subur melalui keragaman komunitas mikrobanya, yang menekankan potensi kehidupan untuk ada di luar angkasa,” jelas salah satu penulis utama Maggie Coblentz dari Massachusetts Institute of Technology.

“Meskipun ISS sering dianggap sebagai lingkungan yang steril, penelitian kami menunjukkan bahwa mikroba dan kehidupan nonmanusia memiliki peran di luar angkasa, sehingga menimbulkan pertanyaan bioetika yang signifikan tentang pemindahan tanaman dan mikroba dari planet asal mereka dan memperkenalkannya ke lingkungan luar angkasa,” tambahnya.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ISS dapat menjadi rumah bagi mikroba yang juga ditemukan di Bumi. Eksperimen ini merupakan awal dan bagian dari percakapan bidang ilmiah dan teknik di luar angkasa.

“Cara kami merancang sistem di luar angkasa mengirimkan pesan yang kuat tentang siapa yang termasuk di sana, siapa yang diundang, dan bagaimana orang-orang itu akan mengalami luar angkasa,” ujar Coblentz.

(ask/fay)

Merangkum Semua Peristiwa